JANGAN SUKA BURUK SANGKA
Oleh : Azwir B. Chaniago
Sungguh buruk sangka termasuk
perangai yang perlu
dijauhi. Tidaklah patut seorang muslim mengikuti prasangka
buruknya kepada sesama muslim. Tidak boleh bagi siapapun merusak harga diri saudaranya
sesama muslim apalagi hanya berdasarkan dugaan dan prasangka yang belum tentu
benar.
Allah berfirman : “Wa maa
yattabi’u aktsaruhum illaa zhanna, innazh zhanna laa yughnii minal haqqi
syai-a, innallaha ‘alimun bimaa yaf’aluun” Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti
kecuali persangkaan saja. Sungguh persangkaan itu tidak sedikitpun berguna
untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Mahamengetahui apa yang mereka
kerjakan (Q.S Yunus 36)
Allah juga berfirman : Yaa
aiyuhal ladzina aamanuj tanibuu katsiran minazh zhaani, inna ba’dhazh zhanni
itsmun” Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka
(kecurigaan) karena sebagian prasangka itu adalah dosa”. (Q.S al Hujurat 12)
Berkenaan dengan ayat ini al Imam
Ibnu Katsir berkata : Allah melarang para hamba-hambaNya yang beriman, dari
perbuatan curiga, prasangka, dan dugaan, baik kepada keluarganya, kerabat atau
manusia pada umumnya jika tidak pada tempatnya. Sebab pada sebagian prasangka
dan curiga itu terdapat dosa, maka jauhilah perbuatan banyak curiga sebagai
pencegah dari dosa.
Seorang muslim adalah orang yang
selalu memberi udzur kepada orang lain sehingga batinnya selamat. Sedangkan
orang munafik adalah orang yang selalu mencari-cari kesalahan dan aib orang lain
karena batinnya buruk.
Rasulullah bersabda:“Iyyaakum wazh-zhan. Fainnazh
zhanna ahdzabul haditsi” Waspadalah kalian terhadap prasangka
karena prasangka adalah seburuk buruk perkataan (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).
Umar bin Khaththab mengatakan:
“Janganlah kamu curiga terhadap suatu ucapan yang terlontar dari saudaramu
sesama muslim, melainkan lihatlah kebaikan, selagi dirimu masih mendapatkan
celah kebaikan dalam ucapan tersebut (Kitab al Zuhd, Imam Ahmad).
Ketahuilah bahwa buruk sangka sering
terjadi karena seseorang itu tidak mengetahui suatu keadaan secara benar
sehingga muncul prasangka yang tidak jelas arahnya. Oleh karena itu seorang
hamba semestinya takut kepada Allah dan selalu berhati hati jika muncul perasaan
buruk sangka dalam dirinya.
Sungguh Allah telah mengingatkan dalam firman-Nya :“Walaa
taqfu maa laisa laka bihii ‘ilmun, innas sam’a wal bashara wal fu-aada kullu
ulaaika kaana ‘anhu mas-uulaa. Dan
janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya
pendengaran, penglihatan dan hati semuanya itu akan diminta pertanggung
jawabannya. (Q.S al Isra 36)
Imam asy Syaukani, dalam Kitab Fathur Rabbani menceritakan : “Pernah
dikisahkan bahwa ada seorang penguasa yang hendak menghukum dengan hukuman mati
seorang rakyatnya karena kesalahan yang tidak seberapa. Lalu ada seorang ulama
yang berusaha dan berupaya melobi penguasa agar memaafkan dan tidak menghukum
mati orang itu. Akhirnya terjadilah kesepakatan bahwa hukuman mati dibatalkan
dan diganti dengan hukuman cambuk. Tentu ulama ini sangat senang karena
usahanya orang yang bersalah ini bisa diselamatkan.
Tapi penguasa memberi syarat bahwa hukuman beberapa kali
cambukan itu harus dilaksanakan di depan orang banyak dan yang melakukan
cambukan haruslah ulama tadi. Pada saat pelaksanaan cambukan orang orang
mencela, mencemooh bahkan ada yang menghina ulama tadi yang telah bekerjasama
dengan penguasa untuk menzhalimi manusia dengan hukuman cambuk tersebut”.
Andaikata orang orang tahu fakta dan jalan cerita yang
sesungguhnya tentu mereka akan sangat berterima kasih dan mendoakan kebaikan
bagi ulama itu, bukan mencela dan menghinanya. Sungguh ini adalah satu contoh
akibat berburuk sangka, tanpa mengetahui kejadian yang sebenarnya.
Wallahu A’lam. (200)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar