BERLAKU BAIK KEPADA YANG BERSALAH
Oleh : Azwir B. Chaniago
Berlaku
baik kepada orang yang bersalah apalagi memaafkannya adalah sangat tidak mudah untuk dilakukan.
Mungkin mudah dalam ucapan. Kenapa, karena memang umumnya manusia tidak suka diperlakukan
tidak baik. Jika dizhalimi, maka kecendrungan manusia adalah membalas kalau
perlu membalas dengan yang lebih zhalim lagi.
Apalagi jika dia mampu dan punya kekuasaan dan kekuatan untuk membalas.
Sungguh
Rasulullah diutus membawa risalah Islam ini betul betul rahmatan lil a’alamin. Ketahuilah bahwa di
dalam Islam umatnya dianjurkan untuk tetap berlaku baik terhadap orang yang
bersalah. Bahkan dianjurkan pula untuk memberi maaf. Wallahu A’lam, inilah salah
satu makna dari Islam adalah agama rahmatin lil ‘alamin, rahmat bagi
seluruh alam.
Sungguh
sangatlah banyak contoh dari Rasulullah
dan para sahabat yang memberikan pelajaran bagi kita untuk senantiasa berbuat
baik kepada orang orang yang bersalah. Diantaranya adalah :
Pertama
: Kisah Rasul berdakwah ke Thaif.
Sewaktu
Rasulullah berdakwah ke Thaif ternyata penduduk Thaif menolak dakwah beliau.
Bukan hanya menolak bahkan mereka memperlakukan Nabi dengan tidak baik, ada
yang mencaci, berkata kasar bahkan menyakiti beliau.
Dalam keadaan demikian
Malaikat Jibril datang dan berkata kepada beliau : Wahai Muhammad, Allah telah
mendengar ucapan mereka kepada engkau. Ini ada malaikat penjaga gunung yang
diutus Allah kepadamu untuk mentaati segala yang engkau perintahkan kepadanya.
Jika engkau menghendaki niscaya malaikat penjaga gunung ini akan meratakan
negeri Thaif dengan tanah.
Terhadap
tawaran Jibril ini Rasulullah hanya
menjawab : “Bal arjuu an yukhrijallahu
min ashlaabihim man ya’budhullaha wahdahu laa yusyriku bihi syai-an.” Tidak, bahkan
aku berharap dari keturunan mereka akan
muncul orang yang beribadah kepada Allah yang tidak menyekutukannya dengan
sesuatu.
Didalam riwayat yang lain
disebutkan bahwa Rasulullah berdoa :
“Rabbighfir li qaumii fa innahum laa ya’lamun.” Ya Rabb beri petunjuk kepada kaumku, karena
mereka tidak mengerti. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).
Kedua
: Kisah seorang Arab Badui buang air kecil di masjid
Dari
Anas bin Malik radhiyallahu anhu, beliau berkata : Seorang Arab Badui pernah
memasuki masjid, lantas dia buang air kecil di salah satu sisi masjid. Lalu para sahabat
menghardik orang ini. Namun Nabi shallallahu alaihi wa sallam melarang tindakan
para sahabat tersebut. Tatkala orang tadi telah menyelesaikan hajatnya, Nabi
shallallahu alaihi wa sallam lantas memerintahkan para sahabat untuk mengambil
air, kemudian bekas kencing itu pun disirami. (HR. Bukhari no. 221 dan Muslim
no. 284)
Atas kejadian ini para sahabat memang geram
dan menghardik Badui ini. Tetapi Rasulullah bersikap santun dan memberi nasehat
dengan arif kepada orang Badui ini. Beliau bersabda : “Sesungguhnya Masjid
adalah tempat beribadah kepada Allah dan bukanlah tempat membuang kotoran. (H.R
Imam Muslim).
Diantara faedah
dengan sikap santun Rasulullah dalam hal ini, disebutkan oleh Syaikh Utsaimin : Nabi shallallahu alaihi wa sallam memiliki
sikap yang sangat bagus dalam menyikapi umatnya. Beliau shallallahu alaihi wa
sallam melarang para sahabat untuk menghardik orang ini karena ada bahaya yang
ditimbulkan di balik itu. Di antara bahayanya adalah akan memudharatkan orang
ini disebabkan kencing yang diperintahkan dihentikan seketika. Bahaya lainnya
adalah aurat orang ini bisa terbuka karena kaget, sehingga berbalik, kemudian
para sahabat kemungkinan bisa melihat auratnya. Kalau dia masih tetap kencing lalu
dipaksa berhenti, maka kemungkinan
celananya bisa terkena najis. Bahkan najisnya akan meluas di tempat dia
kencing, bahkan bisa mengena ke bagian masjid lainnya. (Syarah Bulughul Maram).
Lihatlah
bukti sikap baik Rasulullah terhadap orang yang bersalah dalam kisah ini. Abu
Hurairah berkata : “Tatkala kami sedang duduk duduk di sekitar Rasulullah
datanglah seorang laki laki. Dia berkata : Wahai Rasulullah, celakalah aku.
Beliau bertanya : Ada apa denganmu ?. Dia menjawab saya telah mengumpuli istri
saya pada hal saya sedang berpuasa.
Rasulullah
lalu bertanya : Apakah engkau memiliki seorang budak yang bisa engkau bebaskan
? Dia menjawab : Tidak. Rasulullah kembali bertanya : Apakah engkau mampu
berpuasa dua bulan berturut turut ?. Dia
menjawab : Tidak. Rasulullah bertanya lagi : Apakah kamu mampu memberi makan
kepada enam puluh orang miskin. ? Dia menjawab : Tidak wahai Rasulullah.
Lalu
Rasulullah diam sejenak. Tiba tiba dibawakan sekeranjang kurma kepada
Rasulullah. Lalu beliau bertanya : Mana laki laki yang tadi bertanya ? Dia
menjawab : Saya ya Rasulullah. Beliau berkata : Ambillah sekeranjang kurma ini
dan bersedekahlah dengan kurma ini. Laki laki tadi malah berkata : Apakah
kepada orang yang lebih miskin dari saya wahai Rasulullah ? Demi Allah tidak
ada keluarga di daerah ini yang lebih miskin daripada saya.
Rasulullah
akhirnya tertawa hingga gigi geraham beliau terlihat. Lalu bersabda :
“Berikanlah kurma ini kepada keluargamu”. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).
Keempat
: Ali bin Abi Thalib memperlakukan pembunuhnya dengan baik.
Sungguh
ini juga pelajaran yang sangat berharga bagi seorang hamba yang ingin berbuat baik kepada orang berbuat
salah meskipun akhirnya dia harus dihukum sesuai syariat karena kesalahannya.
Peristiwa ini terjadi pada tahun 40 H. Ali bin Abi
Thalib ditikam oleh Abdurrahman bin Muljam, seorang Khawarij tulen, pada waktu
baru keluar dari rumah untuk melaksanakan shalat shubuh di Masjid. Ali bin Abi
Thalib menderita luka parah kena tikaman pisau.
Ibnu Muljam mengatakan bahwa pisau itu sudah diberinya racun selama tujuh hari sehingga tidak ada kemungkinan Ali akan
sembuh dari lukanya itu.
Dalam
keadaan kritis tersebab tikaman pisau beracun itu Ali bin Abi Thalib masih
memperlihatkan ketinggian dan kemuliaan akhlaknya yaitu akhlak yang dituntun
oleh Islam. Beliau bertanya kepada orang orang : Apa tindakan yang kalian
lakukan terhadap orang yang telah menikamku. Lalu ada yang menjawab : Kami
sudah menangkapnya.
Ali
bin Abi Thalib meminta kepada orang orang agar memperlakukan Ibnu Muljam yang
telah menikamnya itu dengan baik. Beliau berkata : Beri dia makan dengan
makananku dan beri dia minum dengan minumanku. Jika aku masih hidup serahkan
urusan orang itu kepadaku. Kalau aku mati bunuhlah dia dengan sekali tebasan
pedang, jangan lebih. (DR. Utsman bin Muhammad al Khamis, Kitab Hiqbah Minat
Taariikh).
Semoga
ini menjadi i’tibar atau pelajaran bagi kita untuk berlaku baik kepada
seseorang yang melakukan kesalahan.
Wallahu
A’lam. (215)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar