TENTANG JABATAN DAN KEKAYAAN
Oleh : Azwir B. Chaniago
Dengan kehendak-Nya, Allah menciptakan manusia dalam berbagai
keadaan. Diantaranya ada yang diberi pangkat dan jabatan yang tinggi tapi banyak pula yang tidak memiliki pangkat
atau jabatan apapun. Ada pula manusia yang diberi kekayaan yaitu harta yang
banyak dan ada pula yang diberi harta secukupnya saja. Semua ini tentu memiliki
hikmah yang banyak. Allahu A’lam.
Sungguh hampir semua
orang menginginkan jabatan atau kekayaan. Ketahuilah bahwa pada hakikatnya jabatan dan kekayaan tidaklah selamanya
terpuji tapi tidak pula selamanya tercela. Terkadang bisa mendatangkan mudharat
dan terkadang bermanfaat.
Syaikh Abu Bakr Jabir al Jazairi, dalam Kitabnya Minhaaj al
Muslim menyebutkan lima macam keadaan yang bisa membuat dan mendorong manusia
menjadi sombong. Dua diantaranya adalah pertama
: Jabatan atau pangkat, kedua : Harta kekayaan.
Sekiranya pangkat dan kekayaan akan mendatangkan kesombongan
bagi pemiliknya maka ini adalah musibah dan kerugian yang besar. Pangkat atau
jabatan, kekayaan atau harta tentu akan mendatangkan kemaslahatan jika berada
pada orang yang benar benar beriman dan
bertakwa. Diantara yang bisa kita jadikan ibrah atau pelajaran adalah :
Pertama : Utsman bin Affan adalah seorang sahabat yang kaya raya. Tapi kekayaannya
tidaklah membuat dia menjadi sombong. Bahkan hartanya yang berlimpah menjadi salah satu jalan baginya
untuk mencari surga yang tinggi, karena digunakan untuk kemashlahatan kaum
muslimin dan untuk membela agama Allah.
Kedua : Umar bin Abdul Aziz. Dalam masa kurang dari tiga tahun menjadi
khalifah ternyata dengan karunia Allah beliau bisa menjadikan negerinya makmur. Diriwayatkan
bahwa pada tahun kedua pemerintahan Umar bin Abdul Aziz maka orang orang kaya mulai
mendapat kesulitan untuk membayar zakat
karena di negerinya sudah tidak ada lagi orang yang miskin dan pantas menerima zakat. Allah Subhanahu wa
Ta’ala telah memberikan berkah terhadap negerinya karena keimanan dan ketakwaan
dirinya sebagai khalifah dan juga ketakwaan rakyatnya.
Allah berfirman : “Walau anna ahlal quraa aamanuu wattaqau
lafatahnaa ‘alaihim barakaatin minas samaa-i wal ardhi, wa laakin kadzdzabuu fa
akhadznaa hum bimaa kaanu yaksibuun”. Dan sekiranya penduduk negeri beriman
dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan
dari bumi. Tetapi ternyata (mereka) mendustakan (ayat ayat Kami) maka Kami
siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan. (Q.S al A’raaf 96).
Jadi masalahnya bukan pada jabatan atau pangkat. Bukan pada
harta ataupun kekayaan tapi persolannya berada pada siapa yang memegang pangkat
ataupun kekayaan tersebut. Sungguh
sebaik baik jabatandan sebaik baik harta adalah yang digunakan untuk mencari ridha Allah.
Mengenai jabatan dan harta, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
berkata : Adapun adanya jabatan dan harta bila dipergunakan untuk :
Pertama : Mencari ridha Allah.
Kedua : Menegakkan kebenaran
Ketiga : Mencari negeri akhirat
Keempat : Membantu terlaksananya ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya.
Kelima : Tidak memperlambat jihad membela agama Allah, sebagaimana jabatan yang
dipegang oleh Rasulullah, KKhalifah Abu Bakar dan Umar bin Khaththab.
Keenam : Tidak menghalangi dari mengingat perintah dan larangan Allah.
Maka jika demikian keadaanya, kata beliau, ini termasuk paling besarnya nikmat yang Allah
Ta’ala berikan kepada hamba-Nya. (Majmu’ Fatawa).
Wallahu a’lam. (210)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar