MENGHADIRKAN HATI ORANG LAIN
Oleh : Azwir B. Chaniago
Judul tulisan ini sepintas mungkin
sedikit membingungkan. Akan menimbulkan berbagai pertanyaan. Dimana hati orang
lain mau dihadirkan ?. Bagaimana caranya menghadirkan hati orang lain ?. Siapa
yang bisa menghadirkan hati orang lain ?. Ketahuilah bahwa yang dimaksud disini
adalah bagaimana dalam keadaan tertentu kita bisa menghadirkan hati atau perasaan orang lain pada diri kita. Lebih jelasnya
adalah bagaimana kita berusaha memahami hati
dan perasaan orang lain pada pada diri
kita. Ini memang tidak mudah.
Rasulullah pernah mengajarkan metode
tarbiyah menghadirkan hati atau perasaan orang lain kepada seorang pemuda yaitu
sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits dari Abu Umamah.
Abi Umamah telah berkata: Sesungguhnya seorang
pemuda datang kepada Nabi seraya
berkata: “Ya Rasulullah, izin aku berzina”.
Maka para sahabat
berpaling kepada pemuda ini sambil menahannya, dan berkata: “Jangan, jangan (janganlah kamu berkata seperti itu). Maka beliau bersabda : “Bawa pemuda itu mendekat denganku”. Maka pemuda itu telah
mendekat kepada Rasulullah.
(Abu Umamah)
berkata: maka (pemuda itu) lalu duduk dekat
Rasulullah.
Beliau bersabda:
“Apakah kamu suka itu (perbuatan zina) terjadi pada ibumu ?” Lantas pemuda itu
menjawab: “Demi Allah, tidak. Diriku jadi tebusannya.
Rasulullah
bersabda: “(Begitulah juga halnya) orang lain juga tidak suka hal itu (terjadi)
kepada ibu-ibu mereka”.
Rasulullah bersabda lagi : “Apakah kamu suka itu
(perbuatan zina) terjadi kepada anak perempuanmu ?” Lantas pemuda itu menjawab:
“Demi Allah, tidak. Diriku jadi tebusannya.
Rasulullah bersabda: “(Begitulah juga
halnya) orang lain juga tidak suka hal
itu (terjadi) kepada anak-anak perempuan mereka”.
Rasulullah bersabda lagi : “Apakah kamu suka itu
(perbuatan zina) terjadi kepada saudara perempuanmu ?” Lantas pemuda itu
menjawab: “Demi Allah, tidak. Diriku jadi tebusannya. Rasulullah bersabda: “(Begitulah
juga halnya) orang lain juga tidak suka hal itu (terjadi) kepada
saudara-saudara perempuan mereka”.
Rasulullah bersabda lagi: “Apakah kamu suka itu (perbuatan
zina) terjadi kepada bibimu (dari pihak
ayah) ?” Lantas pemuda itu menjawab: “Demi Allah, tidak. Diriku jadi tebusannya. Rasulullah bersabda :
“(Begitulah juga halnya) orang lain tidak suka hal itu (terjadi) kepada bibi
bibi (dari pihak ayah) mereka”.
Rasulullah bersabda lagi: “Apakah kamu suka itu
(perbuatan zina) terjadi kepada bibimu (dari
pihak ibu) ?” Lantas pemuda itu menjawab: “Demi Allah, tidak. Diriku jadi
tebusannya.
Rasulullah
bersabda : “(Begitulah juga halnya) orang lain tidak suka hal itu (terjadi)
kepada bibi bibi (dari pihak ibu) mereka”.
Abu Umamah
berkata: Maka Rasulullah meletakkan
tangannya di atas tubuh pemuda itu, lalu berdoa: “Allahhummaghfir zanbahu, wa
thahir qalbahu wa hassin farjahu”. Ya Allah ampunkanlah dosanya, sucikanlah
hatinya (dari memikirkan sesuatu maksiat), dan jagalah kemaluannya (dari
melakukan zina)
Semenjak itu, dengan doa Rasul, pemuda tersebut tidak
lagi condong untuk melakukan maksiat. (H.R Imam Ahmad, dinilai Dishahihkan oleh
Syaikh al-Albani. Kitab Silsilah
Hadits Shahih).
Lihatlah
dari hadits diatas bagaimana Rasulullah telah mengajarkan pemuda itu agar maun
memahami hati dan perasaan orang lain. Diantara
pertanyaan beliau adalah : Apakah kamu suka jika ibumu, anak perempuanmu,
saudara perempuanmu dan bibimu diperlakukan tidak baik. Pemuda itu menjawab
tidak. Disini Rasulullah mengingatkan bahwa kalau kamu tidak suka maka orang
lain juga tidak suka. Dan inilah pelajaran berharga. Hadirkanlah hati dan
perasaan orang lain pada diri anda.
Kalau anda tidak suka diperlakukan tidak baik maka orang lain juga tidak suka
diperlakukan tidak baik. Begitupun sebaliknya.
Sungguh
sangatlah bermanfaat kalau kita selalu
berusaha dan mampu menghadirkan hati dan perasaan orang lain dalam diri kita, diantaranya :
Pertama : Terjaga dari
perbuatan buruk karena kita paham kalau kita diperlakukan buruk kita merasa
sakit orang lainpun demikian. Dengan demikian kita akan terhindar dari
perbuatan menzhalimi orang lain.
Kedua : Kita akan
berusaha membantu dan berbuat baik kepada orang lain karena kita tahu bahwa
kalau kita dibantu dan diberikan kebaikan kita merasa senang begitupun pula
orang lain. Dengan demikian kita termotivasi berbuat kebaikan bagi orang lain.
Rasulullah
Bersabda : “La yu’minu ahadukum hatta yuhibba liakhihi maa yuhibbu linafsih
(minal khairi). Tidak sempurna iman seseorang diantara kalian hingga ia mencintai
untuk saudaranya segala
apa yang ia cintai untuk dirinya (berupa kebaikan) H.R Imam Bukhari dan Imam
Muslim.
Jadi
seseorang yang beriman harus mencintai untuk kaum yang beriman apa yang ia
cintai untuk dirinya dan tidak menyukai untuk mereka apa yang tidak ia sukai
untuk dirinya.
Saudaraku,
inilah kesimpulan makna menghadirkan hati dan perasaan orang lain yaitu jika
kita suka kebaikan maka ketahuilah orang lain juga ingin kebaikan. Jika kita
tidak suka keburukan dan kezhaliman maka orang lain juga demikian.
Semoga
Allah memberikan kekuatan kepada kita untuk mampu menghadirkan hati dan
perasaan orang lain dalam diri kita.
Wallahu
A’lam. (216)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar