TERGESA GESA TIDAK DIANJURKAN
Oleh : Azwir B. Chaniago
Muqaddimah.
Sungguh manusia diciptakan Allah dengan berbagai sifat atau
tabiat. Salah satu sifat atau tabiat yang ada pada diri setiap orang adalah tabiat
tergesa gesa. Tergesa gesa untuk mendapatkan segala sesuatu yang diinginkan
ataupun tergesa gesa untuk melihat hasil usahanya.
Allah berfirman : Wa kaanal insanu ‘ajuulaa” Dan manusia
(itu) bersifat tergesa gesa. (Q.S al Isra’ 11)
Allah berfirman : “Khuliqal insaanu min ‘ajalin” Manusia itu
diciptakan (bersifat) tergesa gesa. (Q.S al Anbiyaa’ 37)
Secara asal, tergesa gesa itu adalah suatu yang tidak
dianjurkan, sering merugikan dan mendatangkan penyesalan dikemudian hari.
Rasulullah mengingatkan bahwa tergesa gesa itu dari syaithan. Rasulullah
bersabda : “Atta’anni minallah wa ‘ajaltu minasy syaithan. Ketenangan
adalah dari Allah sedangkan tergesa gesa itu datangnya dari syaithan. (H.R Abu
Ya’la dan al Baihaqi, dihasankan oleh Syaikh al Albani).
Tergesa gesa cenderung mendatangkan penyesalan.
Sikap tergesa gesa cenderung mendatangkan penyesalan
dikemudian hari. Orang yang memiliki sikap tergesa gesa sering mengabaikan
akibat buruk dari perkataan atau pun perbuatannya. Biasanya dia belum sempat
berfikir jernih lalu dengan tergesa gesa, langsung berkata ataupun berbuat.
Setelah itu baru merasa ada penyesalan. Akhirnya dia berkata kenapa tadi saya mengatakan itu atau
kenapa saya berbuat begini.
Dalama sebuah atsar yang diriwayatkan oleh Imam Baihaqi
disebutkan bahwa seorang ‘alim yaitu Dzun
Nun Tsamban bin Ibrahim, seorang murid Imam Malik pernah berkata : Ada empat
hal yang memiliki buah yaitu :
Pertama :Tergesa gesa, buahnya adalah penyesalan.
Kedua : Kagum kepada diri sendiri,
buahnya adalah dibenci manusia.
Ketiga : Keras kepala, buahnya adalah kebingungan
Keempat : Tamak, buahnya adalah kemiskinan
Dalam satu riwayat disebutkan bahwa pada suatu kali Khalifah
Harun al Rasyid ingin mengangkat seorang qadhi atau hakim. Orang yang akan
diangkat itu berkata : Ya Khalifah, saya tidak layak menjadi qadhi. Saya tidak
banyak memahami ilmu fiqih.
Khalifah menjawab : Aku melihat pada dirimu terdapat tiga
keutamaan :
Pertama : Engkau memiliki kehormatan diri. Dan kehormatan diri akan
menghindarkan seseorang dari kerendahan.
Kedua : Engkau memilki ketenangan dan kesabaran atau hilm. Hilm akan
menghindarkan seseorang dari ketergesa gesaan. Barangsiapa yang tidak
tergesa gesa maka akan sedikit kesalahannya.
Ketiga : Engkau senang bermusyawarah pada semua urusan. Barangsiapa yang selalu
bermusyawarah maka akan banyak benarnya.
Adapun kekuranganmu dalam hal ilmu fiqih, kata Khalifah, aku
akan mengumpulkan ahlinya untuk membantumu. Kemudian orang itu diangkat sebagai
qadhi. Selama menjalani tugasnya sebagai
qadhi dia tidak mendapat celaan terhadap dirinya.
Diantara faedah yang bisa diambil dari kisah ini adalah bahwa
sikap tidak tergesa gesa akan mendatangkan
manfaat, jauh dari penyesalan dan
sedikit kesalahan.
Rasulullah bersabda : “Innamal ‘ilm bit ta’allum, wa innamal
huluma bit tahallum. Waman yatahararal kahira yu’tihi waman yatawaqqay syarra
yuuqah” Sesungguhnya ilmu didapat dengan belajar dan sesungguhnya hilm
(ketenangan, kesabaran) didapat dengan melatihnya. Barangsiapa yang berusaha
untuk mendapatkan kebaikan maka Allah akan memberikannya. Barang siapa yang
berusaha untuk menghindari keburukan niscaya akan terhindar darinya (H.R ath
Thabrani, dihasankan oleh Syaikh al Albani).
Tergesa gesa yang harus dihindari.
Sifat tergesa gesa memang tidak selamanya buruk tapi
cenderung mendatangkan keburukan, diantaranya adalah :
Pertama : Tergesa gesa dalam meminta pengabulan doa.
Salah satu penghalang dikabulkannya doa adalah tergesa gesa,
minta segera dikabulkan. Bahkan ada diantara manusia yang putus asa dalam
berdoa karena dia merasa Allah belum juga mengabulkan doanya. Ada yang berkata : Aku sudah capek berdoa tapi
belum juga dikabulkan. Akhirnya dia berhenti berdoa. Pada hal Allah telah
menjanjikan pengabulan doa bagi hamba hamba-Nya.
Rasulullah telah bersabda : “Yustajaabu li ahadikum maa lam
ya’jal, yaquulu : Qad da’autu falam yustajab lii” Senantiasa akan dikabulkan
doa salah seorang dari kamu selama ia tidak tergesa gesa
(untuk dikabulkan), yakni berkata : Aku sudah berdoa namun tidak dikabulkan
bagiku. (H.R Imam Bukhari dari Abu Hurairah).
Kedua : Tergesa gesa dalam berbicara dan memberi nasehat.
Ketahui telah bahwa Rasulullah adalah sangat teratur
perkataannya, jelas dan tidak tergesa gesa dalam berbicara. Dengan demikian
para sahabat mudah memahami dan mengerti apa yang beliau katakan dan apa yang
beliau nasehatkan.
Dalam sebuah atsar disebutkan bahwa Ummul Mukminin, Aisyah
pernah mengingatkan Abu Hurairah ketika pada suatu kali dia berbicara dengan
cepat, terburu buru.
Ketiga : Tergesa gesa dalam membantah dan menyalahkan.
Jika kita melihat ada saudara kita yang melakukan kesalahan
dalam ibadah ataupun muamalah dan yang
lainnya, maka janganlah tergesa gesa dalam menyalahkan apalagi sampai
mencelanya. Pastikan dulu bahwa yang dia lakukan itu betul betul suatu
kesalahan yang pantas diingkari dalam timbangan syariat. Kalau sudah jelas bahwa yang dilakukan itu
adalah memang kesalahan maka beri
nasehat untuk perbaikan.
Said bin Jubair seorang Tabi’in senior, seorang yang
berilmu, ahli tafsir, murid Ibnu Abbas, jika pada suatu waktu beliau melihat
seseorang melakukan suatu ibadah berbeda dengan yang beliau ketahui dan yang
beliau amalkan maka beliau tidak langsung menyalahkan. Beliau mengambil sikap
baik sangka dulu. Beliau akan berkata dalam dirinya : (1) Orang ini mungkin belum tahu (2) Orang ini
mungkin lupa (3) Orang ini mungkin terpaksa atau (4) Orang ini lebih tahu
daripada saya.
Setelah berfikir seperti
demikian barulah beliau bertanya
kepada orang tersebut kenapa dia melakukan seperti itu. Tidak seperti yang
diketahui beliau. Pada hal beliau adalah orang yang sangat berilmu, sangat
‘alim, tapi tidak tergesa gesa dalam menyalahkan. Bandingkan dengan sebagian orang orang di
zaman sekarang. Begitu melihat saudaranya melakukan suatu ibadah yang berbeda
dengan yang dipahami dan yang diamalkannya maka langsung menyalahkan bahkan
sampai ada yang mencela. Padahal ilmunya, jika dibandingkan dengan Said bin
Jubair tentu masih sangat jauh.
Keempat : Tergesa gesa dalam belajar dan segera menunjukkan
hasilnya.
Keadaan ini sering menghinggapi para penuntut ilmu terutama
tahap pemula. Baru belajar beberapa waktu dan ilmu belum seberapa sudah ingin
segera naik mimbar memberi tausiah. Ini bisa berakibat banyak salahnya dari
benarnya karena tergesa gesa. Ketahuilah bahwa ilmu syar’i tidak dapat
diperoleh dalam waktu singkat, tapi butuh waktu, kesabaran dan ketekunan.
Perhatikanlah nasehat
Imam asy Syafi’i kepada penuntut ilmu yang beliau tulis dalam bentuk syair.
Nasehat tersebut berisi enam perkara yaitu :
Saudaraku, engkau tidak akan mendapatkan ilmu
melainkan dengan enam perkara
Kukabarkan kepadamu rinciannya dengan
jelas
(1) KECERDASAN,
(2) KEMAUAN KERAS, (3) BERSUNGGUH
SUNGGUH, (4) BEKAL YANG CUKUP, (5) BIMBINGAN
GURU DAN (6) WAKTUNYA YANG LAMA.
Kelima : Tergesa gesa untuk mendapatkan hasil dari dakwah.
Dakwah adalah ajakan beriman kepada Allah dan kepada segala hal yang dibawa
oleh para Rasul-Nya serta ajakan kepada menta’atinya dengan sesuatu yang mereka
perintahkan (Majmu’ Fatawa, Ibnu Taimiyah)
Sungguh da’wah membutuhkan kesabaran. Tidak dapat dilihat
hasilnya dalam sekejap. Seorang da’i janganlah bersedih apalagi berputus asa,
jika dakwahnya belum memberikan hasil.
Sangat tidaklah mudah mengajak seseorang yang terbiasa dan dalam waktu yang
cukup lama berada dalam kubangan
kemaksiatan untuk bisa dalam sekejap berubah. Jangan lupa bahwa hidayah itu
adalah dari Allah dan para da’i hanya sebagai penyeru.
Perubahan itu biasanya terjadi bertahap , berangsur
angsur. Tidaklah mungkin melihat hasil
dakwah dengan segera. Janganlah tergesa
gesa untuk bisa melihat hasil dakwahya. Tapi teruslah berdakwah dengan ikhlas
mencari ridha Allah semata.
Ketahuilah saudaraku, bahwa Allah melarang manusia mimun
khamer adalah juga secara bertahap sebelum larangan secara total sebagaimana
dimaksud dalam surat al Maidah 90.
Rasulullah, semenjak beliau diangkat sebagai Rasul, berdakwah
di Makkah, dikampung halaman beliau sendiri selama 10 tahun, belum
memperlihatkan hasil yang banyak. Hasil dakwah beliau barulah sepenuhnya
berhasil pada saat beliau berada di Madinah selama 13 tahun.
Ingatlah kisah Nabi Nuh yang berdakwah selama 950 tahun, dan mendapat pengikut sekitar 85 orang saja.
Keenam : Tergesa gesa menjawab pertanyaan dan berfatwa.
Menjawab pertanyaan dan berfatwa tentang agama ini haruslah
dengan ilmu yang mumpuni yang disandarkan kepada al Qur an, as Sunnah. Tidaklah
pantas bagi seseorang ketika ditanya
sesuatu tentang agama ini, serta merta menjawab dan berfatwa tanpa mengetahui
lebih dahulu dalilnya yang shahih. Jika seseorang menjawab pertanyaan atau
berfatwa atas dasar kejahilan atau atas dasar akalnya maka ia akan menyelesihi
kebenaran dan bisa menyesatkan orang lain.
Rasulullah bersabda : ”Mereka (orang jahil) ditanya,
kemudian berfatwa tanpa ilmu sehingga mereka sesat lagi menyesatkan (H.R
Imam Bukhari dan Imam Muslim).
Saat ini memang ada diantara manusia yang dengan mudah
menjawab semua pertanyaan tentang agama yang diajukan kepadanya. Hampir tidak
pernah kedengaran darinya kata kata laa adri, aku tidak tahu, kecuali dai yang
betul betul mumpuni ilmunya. Ketahuilah
bahwa menjawab tidak tahu atas suatu pertanyaan tentang agama adalah bagian
dari menghormati ilmu agama.
Para salafush shalih sangatlah takut menjawab suatu
pertanyaan yang diajukan kepadanya. Khawatir kalau salah karena semuanya akan
dipertanggung jawabkan kelak. Mereka lebih senang jika yang menjawab pertanyaan
adalah orang lain bukan dirinya.
Abu Hushain al Asadi berkata : Sesungguhnya salah seorang
dari kalian telah berani berfatwa pada suatu permasalahan. Pada hal jika
permasalahan itu diajukan kepada Kahlifah Umar bin Khaththab, maka beliau akan
mengumpulkan ahli Badr (orang yang ikut perang Badr dan dalam ilmunya) untuk
meminta pendapatnya.
Ketujuh : Tergesa gesa mendatangi masjid ketika mendengar
iqamah.
Ada sebagian saudara kita yang mendatangi masjid dengan
tergesa gesa bahkan setengah berlari jika sudah mendengar iqamah sudah dikumandangkan.
Ketahuilah bahwa kita memang sangat dianjurkan agar bersegera menuju masjid
untuk shalat berjamaah tapi bukan dengan tergesa gesa ataupun terburu buru.
Tidaklah dianjurkan mendatangi masjid dengan tergesa gesa tapi yang dianjurkan
adalah bersegera dan berjalan dengan tenang. Rasulullah telah mengingatkan kita
semua tentang hal ini.
Rasulullah bersabda :
“Idza sami’tumul iqaamata famsyuu ilash shalaati wa ‘alaikum
bissakiinati wal waqaari walaa turi’uu famaa adraktum fashalluu, wamaa faatakum
fa-atimmuu” . Jika kalian mendengar iqamat, maka bersegeralah
berjalan menuju shalat. Hendaklah kalian menjaga ketenangan, janganlah tergesa
gesa. Gerakan apapun yang
kamu dapati, kerjakanlah dan yang terluput sempurnakanlah. (H.R Imam Bukhari
dan Imam Muslim).
Jadi tergesa gesa tidaklah
dianjurkan karena cenderung kepada keburukan tapi bersegera dalam
melakukan kebaikan adalah sangat ditekankan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : “Fastabiqul khairaat” Maka
berlomba lombalah kamu dalam kebaikan (Q.S al Baqarah 148).
Wallahu A’lam. (214)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar