SEMBUNYIKAN KEBAIKAN DAN KEBURUKAN
Oleh : Azwir B. Chaniago
Seorang hamba sangat dianjurkan untuk menutup atau
menyembunyikan keburukan, kesalahan atau dosa dosanya dimasa lalu. Bahkan tanpa
dianjurkan pun, semua orang yang
berakal akan berusaha menyembunyikannya karena malu jika diketahui orang
lain. Meskipun demikian ada juga yang suka membicarakan aibnya dimasa lalu
bahkan membanggakannya. Ya begitulah macam dan ragam manusia.
Ketahuilah bahwa jika seseorang telah bertaubat dari berbagai
dosa dan maksiatnya dimasa lalu, maka wajib baginya untuk menutup semua aib
atau keburukannya itu. Dia haruslah berusaha menyembunyikannya. Jangan pernah
sekalipun menceritakannya kepada orang lain. Sungguh menyembunyikan atau
menutup aib masa lalu adalah salah satu adab setelah bertaubat.
Seorang yang telah melakukan kemaksiatan dimasa lalu jangan
menyebarkannya kepada manusia. Menceritakan aibnya dimasa lalu dianggap sebagai
perbuatan menyebarkan kedurhakaan dan kekejian. Memang terkadang kita melihat
ada sebagian orang yang telah betul betul bertaubat dari suatu kemaksiatan lalu
berbangga diri menceritakannya dihadapan orang banyak. Menceritakan kemaksiatan
dimasa lalu adalah suatu sikap tercela. Berusahalah menghindarinya
Rasulullah bersabda : “Seluruh umatku dimaafkan kecuali al
mujaahiriin (orang yang menyebarkan perbuatan maksiatnya). Termasuk ijhaar
adalah seorang hamba yang melakukan maksiat pada malam hari. Kemudian pada pagi
harinya Allah menutupi aibnya. Namun ia malah berkata : Wahai Fulan. Aku telah
melakukan begini dan begini tadi malam. Pada malam hari Allah menutupi aibnya
tetapi keesokan harinya ia membuka penutup Allah dari aib dirinya”. (H.R Imam
Bukhari dan Imam Muslim).
Lalu bagaimana dengan kebaikan kebaikan. Yang utama adalah
jika bisa disembunyikan maka sembunyikanlah sebagaimana seseorang
menyembunyikan aib dan keburukan keburukannya. Ini bermanfaat untuk memelihara
diri dari ujub, riya’ dan sum’ah yang bisa menghapuskan nilai kebaikan itu.
Jadi jagalah amal kebaikan yang telah kita lakukan. Menjaga amal kebaikan
haruslah melebihi cara kita menjaga rupiah atau rial yang kita miliki. Rupiah
dan rial mungkin hanya modal kita di dunia tapi amal shalih adalah modal kita
menghadap Allah Subhanahu wa Ta’ala di akhirat kelak. Jadi jagalah dengan baik,
jangan sampai hilang tak ada bekas.
Ketahuilah bahwa orang beriman akan merasa sangat puas
hatinya jika amal shalihnya hanya dilihat dan diketahui Allah saja. Dan dia
berusaha semampunya agar tidak dilihat
orang lain jika itu bisa disembunyikan.
Rasulullah bersabda : “Akhfi hasanataka kamaa tukhfii
saiyiatika, walaa takunanna mu’jaban bi’amalika, falaa tadrii asyaqiyun anta am
sa’iidun” Sembunyikanlah kebaikan kebaikanmu sebagaimana engkau
menyembunyikan keburukan keburukanmu. Janganlah engkau kagum dengan amalan
amalanmu, sesungguhnya engkau tidak tahu apakah engkau termasuk orang yang
celaka (masuk neraka) atau orang yang bahagia (masuk surga). H.R al Baihaqi
dalam Syu’ab al Iman.
Insya Allah
bermanfaat. Wallahu a’lam. (170)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar