KHAWARIJ MEMBUNUH ALI BIN ABI THALIB
Oleh : Azwir B. Chaniago
Khawarij adalah sekte pertama yang menyimpang dari ajaran
Islam yang benar. Sekte ini mulai ada pada zaman pemerintahan Khalifah Utsman
bin Affan. Kemudian berlanjut pada zaman Khalifah Ali bin Abi Thalib dan
seterusnya. Penyimpangan yang mendasar pada sekte ini adalah meyakini bahwa
pelaku dosa besar adalah kafir, kekal di neraka jika tidak
bertaubat sampai akhir hayatnya. Sekte ini pula yang mengkafirkan orang orang
muslim karena perbuatan maksiat bahkan dianggap kafir karena suatu hal yang
mereka anggap maksiat.
Diantara pemimpin Kaum Muslimin yang mereka kafirkan adalah
Ali bin Abi Thalib dan juga semua pengikutnya. Bahkan bukan hanya mengkafirkan
tapi menghalalkan darahnya dan menurut mereka, pantas untuk dibunuh. Lalu
terjadilah pembunuhan yang mereka rencanakan.
Kisahnya adalah bahwa pada tahun 40 H, dua tahun setelah
perang Nahrawan, yaitu tahun 38 H, pasukan
Ali bin Abi Thalib memporak porandakan kekuatan
orang orang Khawarij yang berpusat di Nahrawan, maka tiga orang militan
Khawarij berangkat ke Mekah. Mereka adalah Abdurrahman bin Muljam al Muradi, al
Bark al Tamimi dan Amr bin Bakr at Tamimi. Setelah sampai di Mekah, ketiganya
bersepakat untuk membunuh tiga orang pemimpin dan pemuka kaum Muslimin saat itu
yakni Khalifah Ali bin Abi Thalib, Gubernur Mesir Amr bin al ‘Ash dan Muawiyah
bin Abi Sufyan Gubernur Syam. Mereka berkata : Kita mendekatkan diri kepada
Allah dengan cara membunuh ketiga orang ini.
Setelah itu Abdurrahman bin Muljam berkata : Aku yang akan
membunuh Ali bin Abi Thalib. Al Bark at
Tamimi berkata : Aku yang akan membunuh Muawiyah sedangkan Amr bin Bakr at
Tamimi berkata : Aku yang akan menghabisi Amr bin al ‘Ash. Waktu untuk melaksanakan pembunuhan itu mereka
sepakati setelah malam ke 17 Ramadhan.
Mereka segera berangkat dari Mekah menuju sasaran masing
masing untuk melakukan pembunuhan.
Pertama : Ali bin Abi Thalib.
Beliau ditikam oleh Abdurrahman bin Muljam pada waktu baru
keluar dari rumah untuk melaksanakan shalat shubuh di Masjid. Ali bin Abi
Thalib menderita luka parah kena tikaman pisau.
Ibnu Muljam mengatakan bahwa pisau itu sudah diberinya racun selama tujuh hari sehingga tidak ada kemungkinan Ali akan sembuh
dari lukanya itu.
Satu pelajaran berharga bagi kita bahwa dalam keadaan kritis
tersebab tikaman pisau beracun itu Ali bin Abi Thalib masih memperlihatkan
ketinggian dan kemuliaan akhlaknya. Beliau bertanya kepada orang orang : Apa
tindakan yang kalian lakukan terhadap orang yang telah menikamku. Lalu ada yang
menjawab : Kami sudah menangkapnya.
Lalu Ali berkata : Beri dia makan dengan makananku dan beri
dia minum dengan minumanku. Jika aku masih hidup serahkan urusan orang itu
kepadaku. Kalau aku mati bunuhlah dia dengan sekali tebasan pedang, jangan
lebih.
Selanjutnya Ali berpesan kepada Hasan bin Ali bin Abi Thalib
: Kalau aku meninggal engkau yang memandikan aku. Jangan engkau kafani jasadku
dengan kain yang mahal. Berjalanlah dua kali lebih cepat dari jalan biasa saat
engkau membawa jenazahku ke pemakaman. Jangan berlari dan jangan pula terlalu
pelan.
Kedua : Muawiyah bin Abi Sufyan.
Pada saat Muawiyah mengimami shalat shubuh, Al Bark
menyerangnya dengan pisau. Muawiyah terluka tetapi tidak sampai membuatnya
meninggal. Muawiyah diobati dan akhirnya sembuh. Orang orang berhasil menangkap
al Bark dan akhirnya dijatuhi hukuman mati.
Ketiga : Amr bin al ‘Ash.
Amr bin al Bakr at Tamimi
keluar menuju masjid untuk membunuh Amr bin ‘Ash yang biasa mengimami
shalat. Amr bin ‘Ash pada subuh itu tidak bisa ke masjid untuk mengimami shalat
karena kena diare. Pada waktu orang
orang shalat shubuh berjamaah Amr bin al
Bakr membunuh imam yang disangka Amr bin ‘Ash. Tapi dia ternyata telah membunuh Kharijah bin Abu Habib yang pada
shubuh itu menjadi imam pengganti.
Orang orang langsung menangkap Amr bin al Bakr at Tamimi itu
dan membentaknya : Apa yang kamu lakukan ini. Pembunuh ini menjawab : Aku telah
melepaskan orang orang dari cengkraman Amr bin al ‘Ash karena aku telah
membunuhnya. Mereka berkata : Kamu tidak membunuh Amr bin al Ash, tapi kamu
telah membunuh Kharijah bin Abu Habib. Dasar pembunuh, dengan tenang dia
berkata : Aku sebenarnya ingin membunuh Amr bin al ‘Ash tapi Allah menginginkan
Kharijah yang aku bunuh. Akhirnya pembunuh Kharijah ini juga dijatuhi hukuman
mati.
Diantara pelajaran yang bisa kita ambil adalah bagaimana
kekejaman dan kejahilan orang orang Khawarij dimana mereka bersepakat untuk
membunuh pemimpin kaum muslimin yang katanya dalam rangka mendekatkan diri
kepada Allah. Semoga Allah memberikan
adzab yang sepadan dengan kesalahannya.
Alhamdulillah untuk tulisan ini kami banyak mengambil manfaat
dari Kitab Minhajul Qashidin, Ibnu Qudamah dan Kitab Hiqbah minat Taariikh, DR.
‘Utsman bin Muhammad al Khamis.
Wallahu a’lam. (165)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar