NABI YUSUF MINTA JABATAN ?
Oleh : Azwir B. Chaniago
Telah datang banyak hadits yang menjelaskan bahwa Rasulullah
melarang umatnya meminta jabatan. Beliau tidak memberikan jabatan kepada para
sahabat yang memintanya. Padahal sahabat adalah orang orang yang dipilih Allah untuk
mendampingi beliau menegakkan Islam.
Para sahabat adalah orang orang yang berilmu. Mereka juga paling lurus
akidahnya, paling kuat ibadahnya, paling mulia akhlaknya dan sangat baik dalam
bermuamalah. Bahkan para sahabat adalah orang orang yang paling takut kepada
Allah. Semua ini diperoleh sahabat karena belajar langsung dari manusia terbaik
dan paling mulia di dunia maupun di akhirat yaitu Rasulullah Salallahu ‘alaihi
wasallam.
Rasulullah mengingatkan bahwa seseorang yang meminta jabatan
maka itu akan jadi beban yang berat baginya. Lalu siapakah yang menginginkan
beban yang berat ? Subhanallah.
Dari Abdurrahman bin Samurah, dia berkata, Rasulullah telah bersabda : “Wahai Abdurrahman, janganlah
kamu meminta pangkat kedudukan. Apabila kamu diberi karena kamu memintanya maka
hal itu akan menjadi suatu beban yang berat bagi dirimu.
Lain hal jika kamu diberi tanpa ada permintaan darimu maka kamu akan
ditolong (H.R Imam Muslim)
Imam an Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim, berkata : Hadits
ini memberikan faedah bahwa kita dilarang meminta jabatan, meminta jadi hakim,
mengatur keuangan Negara dan yang lainnya. Barangsiapa memaksakan diri meminta,
dia tidak akan ditolong oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan
tidak mungkin beres urusannya. Maka janganlah meminta jabatan.
Sekiranya Allah Ta’ala enggan menolong seorang hamba lalu
pertlongan siapa lagi yang bisa diharapkan.Sungguh kita adalah lemah, sangat membutuhkan pertolongan Allah dalam
kehidupan kita di dunia dan di akhirat. Untuk itulah kita selalu berdoa dalam
shalat kita “Iyyaa kana’ budu wa iyyaa kanasta’iin”. Hanya kepada Engkau
ya Allah kami menyembah dan hanya kepada Engkau kami
mohon pertolongan. (Q.S al Fathihah 5).
Lalu bagaimana dengan sebagian manusia di zaman kita ini yang
meminta minta jabatan, mencari jabatan, mengejar jabatan dengan berbagai upaya bahkan ada yang
berusaha merebutnya. Jika telah mendapat jabatan adakah pertolongan yang bisa
didapatkan selain pertolongan Allah. Allahu Akbar.
Diantaranya ada yang berdalih dengan kisah Nabi Yusuf, yang
katanya, Nabi Yusuf pernah meminta jabatan kepada raja untuk diangkat sebagai
pejabat pemegang keuangan dan bendahara negara.
Ketahuilah bahwa Nabi Yusuf sebelumnya, telah diangkat oleh raja sebagai pejabat
tinggi, tanpa diminta. Baru sesudah itu Nabi Yusuf memilih jabatan sebagai bendahara
Negara karena beliau merasa mampu untuk jabatan itu.
Perhatikanlah firman Allah dalam surat Yusuf ayat 54 dan 55 :
“Waqaalal maliku a’tuunii bihi, astakhlish-hu linafsii, falammaa kallamahu, Qaala
innaka alyaumal ‘ladainaa makiinun amiin. Qaala aj’alnii ‘ala khazaa-inil
ardhi. Innii hafizhun ‘aliim.” Dan Raja berkata : Bawalah Yusuf kepadaku,
agar aku memilih dia sebagai orang yang dekat denganku. Maka tatkala Raja telah
bercakap cakap dengan dia, dia (Raja) berkata : Sesungguhnya kamu (mulai) hari
ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi dipercaya pada sisi kami. Berkata (Yusuf) : Jadikanlah
aku bendaharawan Negara, sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga lagi
berpengetahuan.
Imam Ibnu Katsir berkata : Allah Subhanahu wa Ta’ala
mengabarkan bahwa setelah Raja mengetahui dengan yakin bahwa Nabi Yusuf
bersih dari tuduhan, Raja meminta agar nabi Yusuf menjadi pendamping Raja untuk
dimintai pendapat (sebagai penasehat) karena Raja tahu bahwa Nabi Yusuf
memiliki kemuliaan dan kepandaian serta akhlak yang mulia. (Kitab Tafsir Ibnu
Katsir).
Syaikh Utsaimin dalam Syarah Riyadush Shalihin, antara lain
berkata : ”Nabi Yusuf menilai bahwa uang Negara banyak yang disia siakan maka beliau
ingin menyelamatkannya. Jadi maksudnya beliau ingin memberantas kejahatan dan
kecurangan. Jika dengan niat demikian maka boleh meminta jabatan.
Sekiranya ada yang berpendapat bahwa Nabi Yusuf memang telah
meminta jabatan kepada Raja maka itu adalah syari’at umat sebelum kita. Syaikh
Utsaimin berkata : Syari’at umat
terdahulu jika bertentangan dengan syari’at (agama) kita maka yang menjadi
pedoman adalah syariat kita.
Jadi tidaklah tepat kalau dikatakan bahwa Nabi Yusuf meminta
jabatan kepada Raja. Seandainya perkataan ini benar (Nabi Yusuf memang meminta
jabatan) maka ketahuilah bahwa itu hanya berlaku untuk umat sebelum kita dan
tidak boleh kita ikuti karena jelas bertentangan dengan syari’at Islam.
Bahwa Imam Bukhari menulis satu bab dalam Kitab Shahihnya
yakni dengan judul “Larangan Mencari dan Memburu Kedudukan”. Beliau antara lain
membawakan hadits dari Abu Musa yang berkata : “Aku menemui Nabi bersama dua
orang dari kaumku. Lantas satu diantara kedua orang itu mengatakan : Jadikanlah
kami pejabat wahai Rasulullah. Orang kedua juga mengatakan permintaan yang
sama. Spontan Rasulullah bersabda : Kami
tidak akan memberikan jabatan kepada orang yang memintanya tidak juga kepada orang yang memiliki ambisi
terhadapnya.”
Wallahu a’lam. (157)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar