MEMILIH JALAN KEBAIKAN
Oleh : Azwir B. Chaniago
Muqaddimah.
Seorang petani, punya kebebasan untuk memilih jenis tanaman
yang akan ditanam di lahan yang dia miliki. Hukum asalnya, dia boleh memilih
menanam mangga, rambutan, duren, ubi, singkong, tomat, wortel, sayuran dan yang
lainnya. Pilihannya tentu adalah tanaman yang paling bermanfaat baginya. Petani
tidak akan pernah menanam alang alang ataupun rumput liar.
Begitu pula semestinya, bagi orang yang punya akal sehat, dia
senantiasa memilih apa yang paling baik yang akan dia tanam pada dirinya.
Sekiranya seseorang selalu berusaha menanam dan mengamalkan sifat sifat takwa
dan ketaatan dalam dirinya tentulah akan
mendatangkan manfaat yang banyak baginya.
Kebebasan memilih.
Manusia diberi akal adalah untuk bisa memilih yang terbaik
bagi dunia dan akhiratnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengilhamkan pada diri
manusia dua sifat yaitu fujur (sesuatu yang buruk) dan sifat takwa (sesuatu
yang baik). Allah berfirman : “Fahal hamaha fujuraha wa taqwaha” Maka
Dia (Allah) mengilhamkan (menunjukkan) kepada (jiwa itu jalan) jalan kefasikan
dan ketakwaan. (Q.S asy Syam 8)
Selanjutnya dalam surat al Balad ayat 10, Allah berfirman : “Wahadainaahun
najdain.” Kami telah menunjukkan kepadanya (manusia) dua jalan.
Imam Ibnu Katsir, dalam Kitab Tafsirnya antara lain
menjelaskan bahwa : Para sahabat seperti Ibnu Mas’ud, Ibanu Abbas, Ali bin Abi
Thalib, dan juga Mujahid (seorang Tabi’in murid Ibnu Abbas) dan yang lainnya
mengatakan bahwa dua jalan itu bermakna jalan kebaikan dan keburukan.
Imam Ibnu Katsir mengambil hubungan ayat ini
pula dengan surat al Insan ayat 3. “Inna hadainaahus sabiila imma syaakirau
wa imma kafuura” Sesungguhnya kami telah menunjukinya (manusia) jalan yang
lurus, ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir. Inna hadainaahus sabiila, dalam hal ini dia manusia bisa
sengsara dan bisa bahagia.
Allah Ta’ala berfirman : “Wa qulil haqqu mirrabbikum,
faman sya-a fal yu’min, waman sya-a falyakfur” an katakanlah (wahai
Muhammad) kebenaran itu datang dari Rabbmu, maka barang siapa yang ingin
(beriman) hendaklah dia beriman dan barang siapa yang ingin (kafir) biarlah dia
kafir. (Q.S al Kahfi 29).
Tentang ayat ini, Prof. DR. Hamka, dalam tafsir Kitab al
Azhar menjelaskan bahwa manusia diberi akal sehingga dapat menimbang dan
mengunci kebenaran itu. Jika beriman selamatlah kamu. Dan jika kamu kafir maka
yang menanggung akibatnya bukan orang lain tapi kamu sendiri juga.
Jalan untuk mendapatkan kebaikan.
Setiap manusia yang berakal tentu seharusnya memilih jalan
kebaikan dan bukan jalan yang buruk. Kita akan berusaha mendapatkan sifat takwa
bukan fujur. Kita sungguh sangat berkeinginan untuk berada di jalan yang benar
dan bukan di jalan yang salah. Kita sehatusnya sangat bersemangat dan selalu
berusaha mendapatkan jalan yang lurus, bukan jalan orang orang dimurkai dan
bukan pula jalan orang orang yang sesat.
Sesunguhnya Allah dan RasulNya telah memberikan cara kepada
kita untuk mendapatkan petunjuk kepada jalan ketakwaan dan kebaikan itu.
Diantaranya adalah :
Pertama : Berdoa meminta petunjuk untuk mendapat kebaikan.
Seseorang tidak akan sampai atau mampu memilih jalan
kebaikan, karena sungguh jalan kebaikan itu adalah petunjuk dan petunjuk itu
hanyalah milik Allah. Manusia bisa mendapatkannya antara lain dengan berdoa
memohon kepada-Nya. Diantara doa doa itu adalah :
1. Doa dalam surat
al Fatihah ayat 6 yang selalu kita baca dalam shalat baik shalat wajib maupun
shalat sunat, yaitu : “Ihdinash shiraatal mustaqiim” Ya Allah, tunjuki kami jalan yang lurus.
2. Doa pada saat
duduk diantara dua sujud. Yaitu : Allahummaghfirlii, warhamnii, wajburnii,
warfa’nii, wahdinii, wa ‘aafinii, war
zuqnii ” Ya Allah amunilah aku,
sayangilah aku, cukupilah kekuranganku, angkatlah derajatku, tunjukilah
aku, selamatkanlah aku dan berilah aku rizki. (H.R at Tirmidzi)
3. Doa pada saat
qunut witir. “Allahhummah dinii fiiman hada-it.” Ya Allah, berilah aku petunjuk
sebagaimana orang yang telah Engkau beri petunjuk. (H.R Imam at Tirmidzi)
4. Doa yang
diajarkan Rasulullah yang bisa kita baca pada setiap kesempatan yaitu : “Allahhumma
innii as-alukal hudaa, wat tuqaa, wa ‘afafa wal g”inaa" Ya Allah, sesungguhnya aku memohon petunjuk,
ketakwaan, kesucian dan kecukupan (H.R Imam Muslim)
Kedua : Mempelajari sirah Rasulullah dan orang orang yang
mengikutinya.
Salah satu jalan untuk mendapatkan kebaikan adalah dengan
mempelajari sirah atau sejarah kehidupan Rasulullah. Rasululah adalah tauladan
utama bagi kita dalam hal aqidah, ibadah, akhlak dan muamalah. Allah berfirman
: “Laqad kaana lakum fii rasulullahi
uswatun hasanatun, liman kaana yarjullaha wal yaumil aakhira wa dzakarallaha
katsiiraa.” Sungguh telah ada pada (diri) Rasulullah
itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak
mengingat Allah. (Q.S al Ahzaab 21)
Kemudian kita juga
belajar dari kebaikan kebaikan yang telah dipraktekkan oleh para sahabat,
tabi’in dan tabi’ut tabi’in. Belajar kebaikan tentulah dari yang terbaik.
Rasulullah bersabda : “Khairunnaas
qarni, tsummal ladzina yaluunahum, tsummal ladzina yaluunahum”. Sebaik
baik manusia adalah pada masa ku ini kemudian
yang sesudahnya dan kemudian yang sesudahnya. (Mutaffaqun ‘alaihi).
Jadi seharusnyalah kita belajar segala kebaikan dari
Rasulullah, dari para sahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in dan juga dari orang
yang mengikutinya.
Ketiga : Berteman dengan orang orang yang berada di jalan
kebaikan.
Berteman dengan orang orang shalih yang selalu berada di
jalan kebaikan, akan mempengaruhi kepribadian seorang hamba. Rasulullah
bersabda : “Ar rajulu ‘alaa diini khaliilih, falyanzhur ahadukum man
yukhaalil.” Seseorang itu
tergantung pada agama teman dekatnya.
Oleh karena itu , hendaklah salah seorang di antara kalian memperhatikan siapa
yang akan dijadikan teman dekatnya. (H.R at Tirmidzi dan Abu Dawud).
Berusahalah berteman dengan orang orang shalih yaitu yang
selalu menjaga ketaatannya, menjaga ketakwaannya, suka beribadah, baik
akhlaknya dan sangat senang mengikuti majlis ilmu. Berteman dengan orang yang
baik akan membantu kita untuk memilih jalan kebaikan dan menetapinya.
Selain itu sungguh sangatlah banyak manfaat berteman dengan
orang orang yang berada di lajan kebaikan, diantaranya adalah :
1. Teman yang baik akan selalu melakukan yang terbaik
bagi temannya
2. Teman yang baik, berteman karena Allah, bukan karena
yang lain. Pertemanan dengan orang baik insya Allah akan langgeng dari dunia
sampai ke akhirat. Tapi kalau pertemanan bukan ikhlas karena Allah biasanya
tidak langgeng. Jangankan langgeng sampai ke akhirat, di dunia saja bisa jadi
sudah berantakan, bubar, karena ada kepentingan duniawi.
3. Teman yang
baik, akan selalu memberikan hak
hak temannya.
-
Kalau kesulitan akan dibantu.
- Selalu berusaha mendorong kita untuk memilih jalan
kebaikan, ketakwaan dan ketaatan.
-
Memberi nasehat atau petunjuk jika kita ragu atau
tidak tahu
-
Mau mengkritisi dan berusaha mencegah kita supaya tidak jatuh kepada perbuatan buruk
-
Abu Dharda’ berkata kepada seorang sahabatnya : Kalau
aku marah cegahlah marahku dan kalau engkau marah akan aku cegah marahmu.
4.
Teman yang baik, jika pada suatu waktu terzhalimi
oleh kita maka teman yang baik ini akan
memberikan udzur, memaafkan bahkan mendoakan kebaikan bagi kita.
Insya Allah
bermanfaat. Wallahu a’lam. (162)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar