Sabtu, 19 Oktober 2024

TETAP DALAM KETAATAN SETELAH HIJRAH DARI KEMUNGKARAN

 

TETAP DALAM KETAATAN SETELAH HIJRAH DARI KEMUNGKARAN

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Diantara para ulama yang mumpuni ilmunya menjelaskan makna hijrah, diantaranya adalah :

Pertama : Hijrah tempat.

Hijrah tempat adalah hijrah dari negeri musyrik ke negeri Islam, Hijrah berdasarkan tempat dibagi menjadi dua :

(1) Hijrah yang umum, yaitu setiap hijrah yang dilakukan dari negeri kafir ke negeri Islam. Kewajiban hijrah ini berlaku sampai hari kiamat.

(2) Hijrah yang khusus, yaitu hijrah dari Mekah ke Madinah di masa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Pada saat Nabi meninggalkan negeri Mekah, status Mekah saat itu adalah negeri syirik. Kemudian Nabi hijrah ke Madinah dan di negeri tersebut tersebarlah agama Islam ke setiap rumah sehingga Madinah menjadi negeri Islam.

Ini adalah hijrah yang khusus dan hanya berlaku pada saat itu. Hal ini sesuai sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : 

لا هِجْرَةَ بَعْدَ الفَتْحِ ، وَلَكِنْ جِهَادٌ وَنِيَّةٌ ، وَإِذَا اسْتُنْفِرْتُمْ فانْفِرُوا
مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, dia berkata : Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Tidak ada hijrah setelah terbukanya kota Mekah. Akan tetapi (yang ada) adalah jihad dan niat. Dan jika kamu diminta berangkat jihad maka berangkatlah. (Muttafaq ‘alaih). Lihat penjelasan dalam Syarh Kitabi Tsalatsatil Ushul li Syaikh Shalih Alu Syaikh.

Kedua : Hijrah secara maknawi

Hijrah secara maknawi adalah HIJRAH ATAU BERPINDAH dari kemaksiatan menuju kepada ketaatan. Dalilnya adalah sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : 

والمهاجر من هجر ما نهى الله عنه

Orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan apa yang Allah larang” (HR. Bukhari dan Imam Muslim))

Diantara contoh hijrah maknawi   adalah berhenti  dari memakan harta riba, mendengrakan musik, meminum khamr, dan perbuatan maksiat lainnya (Lihat Syarh Al Ushul Ats Tsalatsah,  Ustadz Dr. Firanda Andirja MA).

Kalau dilihat kebutuhan orang orang di zaman ini maka yang PALING MENDESAK ADALAH HIJRAH SECARA MAKNAWI, yaitu berpindah atau meninggalkan berbagai keburukan, kemaksiatan dan dosa.

Dan memang sangat banyak saudara saudara kita saat ini YANG BERSEMANGAT UNTUK MELAKUKAN HIJRAH SECARA MAKNAWI yaitu berhenti dari berbagai maksiat dan dosa yang dilakukan selama ini lalu bertaubat memohon  ampun dan  BERSEGERA MENUJU KEPADA KETAATAN.  

Namun demikian di awal hijrahnya sering terasa agak berat bahkan ada yang hijrahnya kepada kebaikan bertahan tidak lama tetapi kemudian gagal. Tidak istiqamah dalam ketaatan setelah berhijrah.

Tetapi ketahulah bahwa ada beberapa jalan yang bisa ditempuh sehingga tetap istiqamah dalam berhijrah. Diantaranya adalah :

Pertama : Pasang niat ikhlas ketika hijrah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﺍْﻷَﻋْﻤَﺎﻝُ ﺑِﺎﻟﻨِّﻴَّﺎﺕِ ﻭَﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻟِﻜُﻞِّ ﺍﻣْﺮِﺉٍ ﻣَﺎ ﻧَﻮَﻯ . ﻓَﻤَﻦْ ﻛَﺎﻧَﺖْ ﻫِﺠْﺮَﺗُﻪُ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟِﻪِ ﻓَﻬِﺠْﺮَﺗُﻪُ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟِﻪِ، ﻭَﻣَﻦْ ﻛَﺎﻧَﺖْ ﻫِﺠْﺮَﺗُﻪُ ﻟِﺪُﻧْﻴَﺎ ﻳُﺼِﻴْﺒُﻬَﺎ ﺃَﻭْ ﺍﻣْﺮَﺃَﺓٍ ﻳَﻨْﻜِﺤُﻬَﺎ ﻓَﻬِﺠْﺮَﺗُﻪُ ﺇِﻟَﻰ ﻣَﺎ ﻫَﺎﺟَﺮَ ﺇِﻟَﻴْﻪِ

Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan. Maka barangsiapa hijrahnya kepada Allah dan rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan rasul-Nya.

Dan barangsiapa hijrahnya karena dunia yang ingin ia dapatkan atau mendapatkan wanita yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya kepada apa yang ia inginkan itu. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Nah ketika berhijrah dengan niat yang lurus karena Allah Ta'ala maka hijrahnya menjadi semakin kokoh dengan pertolongan Allah Ta'ala. Bahkan kita tetap harus meluruskan niat ketika telah hijrah agar tetap istiqamah.

Ketahuilah bahwa hati sering berubah-ubah dan mudah berubah niatnya. Niat dan ikhlas adalah perkara yang berat untuk dijaga agar istiqamah dan sangat membutuhkan pertolongan Allah. Oleh karena itu dianjurkan untuk banyak membaca doa yang diajarkan Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasalam dalam perkara ini sebagaimana satu hadits dari Abdullah bin ‘Amru bin ‘Ash, dia  berkata bahwasanya ia pernah mendengar Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam bersabda : 

إِنَّ قُلُوبَ بَنِي آدَمَ كُلَّهَا بَيْنَ إِصْبَعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ الرَّحْمَنِ كَقَلْبٍ وَاحِدٍ يُصَرِّفُهُ حَيْثُ يَشَاءُ ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ

Sesungguhnya hati semua manusia itu berada di antara dua jari dari sekian jari Allah Yang Maha Pemurah. Allah Subhanahhu wa Ta’ala akan membolak balik  hati manusia menurut kehendak-Nya. Setelah itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam berdoa : “Allahumma musharrifal quluub sharrif  quluubanaa ‘ala tha’atik” . Ya Allah, yang membolak balikan hati, arahkan hati kami hanya untuk taat  kepada-Mu. (H.R Imam Muslim).

Kedua : Membaca, mempelajari  al Qur an dan mengamalkannya.

Sungguh, al Qur an adalah petunjuk bagi kehidupan manusia agar selamat dunia dan akhirat. Sebagaimana seseorang yang hendak pergi ke suatu tempat, tentu perlu petunjuk dan arahan berupa peta dan penunjuk jalan dan yang lainnya sehingga sampai sehingga mudah sampai di tempat tujuan.

Dan juga Allah menurunkan Al-Quran untuk meneguhkan hati orang yang beriman dan sebagai petunjuk. Membacanya juga dapat memberikan kekuatan serta kemudahan dalam beramal shalih dan berakhlak mulia dengan izin Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman :

قُلْ نَزَّلَهُ رُوحُ الْقُدُسِ مِنْ رَبِّكَ بِالْحَقِّ لِيُثَبِّتَ الَّذِينَ آمَنُوا وَهُدًى وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ

Katakanlah : Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan al Qur an itu dari Rabbmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri. (kepada Allah Ta'ala). Q.S an Nahl 102.

Allah Ta’ala  juga berfirman :

هُوَ لِلَّذِينَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ

Al Qur an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman (Q.S Fushilat 44).

Ketiga : Berusaha untuk terus menerus beramal walaupun sedikit.

Ketika seseorang berusaha terus menerus melakukan amal shalih itulah salah satu bukti dan cara paling utama  bisa tetap atau istiqamah dalam ketaatan setelah hijrah.

Sungguh, Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam telah mengingatkan bahwa amal yang sedikit tetapi kontinyu atau terus menerus akan mendatangkan kecintaan Allah Ta'ala. Beliau bersabda : 

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ

Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinyu (terus  menerus dilakukan) walaupun itu sedikit(H.R Imam Muslim).

Imam Hasan al Basri berkata : Jika syaithan melihatmu kontinyu dalam melakukan amalan ketaatan, dia pun akan menjauhimu. Namun jika syaithan melihatmu beramal kemudian engkau meninggalkannya setelah itu, malah melakukannya sesekali saja, maka syaithan pun akan semakin tamak untuk menggodamu. (Al Mahjah fii Sayrid Duljah, Ibnu Rajab).

Keempat : Berteman dengan orang orang shalih.

Sungguh Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam telah mengingatkan agar seseorang memilih teman akrab dalam bergaul sebagaimana sabda beliau :

الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ

Seseorang akan mencocoki kebiasaan teman karibnya. Oleh karenanya, perhatikanlah siapa yang akan menjadi teman karib kalian. (H.R Abu Dawud, at Tirmidzi dan Imam Ahmad, dari Abu Hurairah. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).  

Imam Ibnu Qudamah al Maqdisi memberikan nasehat tentang memilih teman (sahabat dekat  atau teman akrab). Beliau berkata :   Secara umum, hendaknya orang yang engkau pilih menjadi sahabat memiliki lima sifat berikut : (1) Orang yang berakal. (2)  Memiliki akhlak yang baik, (3) Bukan orang fasik (yang banyak berbuat dosa). (4) Bukan ahli bid’ah (yang suka mengada ada dalam agama) dan  (5)  Bukan orang yang rakus dengan dunia. (Mukhtasar Minhajul Qashidin)

Syaikh as Sa’di berkata : Teman yang shalih senantiasa MENDORONG KITA UNTUK MELAKUKAN KETAATAN kepada Allah, berbakti kepada orang tua, menyambung tali silaturrahim, dan mengajak kita untuk senantiasa berakhlak mulia, baik dengan perkataannya, perbuatannya, ataupun dengan sikapnya.

Sesungguhnya seseorang akan mengikuti sahabat atau teman duduknya, dalam hal tabiat dan perilaku. Keduanya saling terikat satu sama lain dalam kebaikan ataupun yang sebaliknya. (Bahjah Quluubil Abrar).

Selain itu, sangatlah dianjurkan berdoa memohon pertolongan Allah Ta;ala yaitu diantaranya dengan doa sebagaimana disebutkan dalam al Qur an surat Ali Imran ayat 8 : 

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

Rabbanaa laa tuzigh quluubanaa ba’da idz hadaitanaa wa hab lanaa min-Ladunka Rahmah. Innaka antal Wahhaab.

Wahai Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami. Dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau. Sesungguhnya Engkau-lah Dzat yang Maha Pemberi (karunia).

Wallahu A'lam. (3.380)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar