TETAP DALAM KETAATAN
SETELAH HIJRAH DARI KEMUNGKARAN
Disusun oleh : Azwir B. Chaniago
Diantara para ulama yang mumpuni ilmunya menjelaskan
makna hijrah, diantaranya adalah :
Pertama
: Hijrah tempat.
Hijrah tempat adalah hijrah dari negeri musyrik ke negeri Islam, Hijrah berdasarkan tempat dibagi menjadi dua :
(1)
Hijrah yang umum, yaitu setiap hijrah yang dilakukan dari negeri kafir ke
negeri Islam. Kewajiban hijrah ini berlaku sampai hari kiamat.
(2)
Hijrah yang khusus, yaitu hijrah dari Mekah ke Madinah di masa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Pada saat Nabi meninggalkan
negeri Mekah, status Mekah saat itu adalah negeri syirik. Kemudian Nabi hijrah
ke Madinah dan di negeri tersebut tersebarlah agama Islam ke setiap rumah
sehingga Madinah menjadi negeri Islam.
Ini adalah hijrah yang khusus dan hanya berlaku pada saat itu. Hal ini sesuai sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
لا هِجْرَةَ بَعْدَ الفَتْحِ ، وَلَكِنْ
جِهَادٌ وَنِيَّةٌ ، وَإِذَا اسْتُنْفِرْتُمْ فانْفِرُوا
مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, dia
berkata : Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Tidak ada hijrah
setelah terbukanya kota Mekah. Akan tetapi (yang ada) adalah jihad dan niat.
Dan jika kamu diminta berangkat jihad maka berangkatlah. (Muttafaq ‘alaih). Lihat
penjelasan dalam Syarh Kitabi Tsalatsatil Ushul li Syaikh
Shalih Alu Syaikh.
Kedua :
Hijrah secara maknawi
Hijrah secara maknawi adalah HIJRAH ATAU BERPINDAH dari kemaksiatan menuju kepada ketaatan. Dalilnya adalah sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
والمهاجر من هجر ما نهى الله عنه
Orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan apa yang Allah larang” (HR. Bukhari dan Imam Muslim))
Diantara contoh hijrah maknawi adalah berhenti dari memakan harta riba, mendengrakan musik, meminum khamr, dan perbuatan maksiat lainnya (Lihat Syarh Al Ushul Ats Tsalatsah, Ustadz Dr. Firanda Andirja MA).
Kalau dilihat kebutuhan orang orang di zaman ini maka yang PALING MENDESAK
ADALAH HIJRAH SECARA MAKNAWI, yaitu berpindah atau meninggalkan berbagai
keburukan, kemaksiatan dan dosa.
Dan memang sangat banyak saudara saudara kita saat ini
YANG BERSEMANGAT UNTUK MELAKUKAN HIJRAH SECARA MAKNAWI yaitu berhenti dari
berbagai maksiat dan dosa yang dilakukan selama ini lalu bertaubat memohon ampun dan BERSEGERA MENUJU KEPADA KETAATAN.
Namun demikian di awal hijrahnya sering terasa agak
berat bahkan ada yang hijrahnya kepada kebaikan bertahan tidak lama tetapi
kemudian gagal. Tidak istiqamah dalam ketaatan setelah berhijrah.
Tetapi ketahulah bahwa ada beberapa jalan yang bisa
ditempuh sehingga tetap istiqamah dalam berhijrah. Diantaranya adalah :
Pertama : Pasang niat ikhlas ketika hijrah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﺍْﻷَﻋْﻤَﺎﻝُ
ﺑِﺎﻟﻨِّﻴَّﺎﺕِ ﻭَﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻟِﻜُﻞِّ ﺍﻣْﺮِﺉٍ ﻣَﺎ ﻧَﻮَﻯ . ﻓَﻤَﻦْ ﻛَﺎﻧَﺖْ ﻫِﺠْﺮَﺗُﻪُ
ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟِﻪِ ﻓَﻬِﺠْﺮَﺗُﻪُ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟِﻪِ، ﻭَﻣَﻦْ ﻛَﺎﻧَﺖْ
ﻫِﺠْﺮَﺗُﻪُ ﻟِﺪُﻧْﻴَﺎ ﻳُﺼِﻴْﺒُﻬَﺎ ﺃَﻭْ ﺍﻣْﺮَﺃَﺓٍ ﻳَﻨْﻜِﺤُﻬَﺎ ﻓَﻬِﺠْﺮَﺗُﻪُ ﺇِﻟَﻰ
ﻣَﺎ ﻫَﺎﺟَﺮَ ﺇِﻟَﻴْﻪِ
Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan
setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan. Maka
barangsiapa hijrahnya kepada Allah dan rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah
dan rasul-Nya.
Dan barangsiapa hijrahnya karena dunia yang ingin ia
dapatkan atau mendapatkan wanita yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya kepada
apa yang ia inginkan itu. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).
Nah ketika berhijrah dengan niat yang lurus karena
Allah Ta'ala maka hijrahnya menjadi semakin kokoh dengan pertolongan Allah
Ta'ala. Bahkan kita tetap harus meluruskan niat ketika telah hijrah agar tetap
istiqamah.
Ketahuilah bahwa hati sering berubah-ubah dan mudah
berubah niatnya. Niat dan ikhlas adalah perkara yang berat untuk dijaga agar
istiqamah dan sangat membutuhkan pertolongan Allah. Oleh karena itu dianjurkan
untuk banyak membaca doa yang diajarkan Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasalam
dalam perkara ini sebagaimana satu hadits
dari Abdullah bin ‘Amru bin ‘Ash, dia berkata bahwasanya ia
pernah mendengar Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam bersabda :
إِنَّ قُلُوبَ بَنِي آدَمَ كُلَّهَا بَيْنَ
إِصْبَعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ الرَّحْمَنِ كَقَلْبٍ وَاحِدٍ يُصَرِّفُهُ حَيْثُ
يَشَاءُ ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ
Sesungguhnya
hati semua manusia itu berada di antara dua jari dari sekian jari Allah Yang
Maha Pemurah. Allah Subhanahhu wa Ta’ala akan membolak balik hati
manusia menurut kehendak-Nya. Setelah itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
Wasallam berdoa : “Allahumma musharrifal quluub sharrif
quluubanaa ‘ala tha’atik” . Ya Allah, yang membolak balikan hati,
arahkan hati kami hanya untuk taat kepada-Mu. (H.R Imam Muslim).
Kedua : Membaca, mempelajari al Qur an dan mengamalkannya.
Sungguh, al Qur an adalah petunjuk bagi kehidupan
manusia agar selamat dunia dan akhirat. Sebagaimana seseorang yang hendak pergi
ke suatu tempat, tentu perlu petunjuk dan arahan berupa peta dan penunjuk jalan
dan yang lainnya sehingga sampai sehingga mudah sampai di tempat tujuan.
Dan juga Allah menurunkan Al-Quran untuk meneguhkan
hati orang yang beriman dan sebagai petunjuk. Membacanya juga dapat memberikan
kekuatan serta kemudahan dalam beramal shalih dan berakhlak mulia dengan izin
Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman :
قُلْ نَزَّلَهُ رُوحُ
الْقُدُسِ مِنْ رَبِّكَ بِالْحَقِّ لِيُثَبِّتَ الَّذِينَ آمَنُوا وَهُدًى
وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ
Katakanlah : Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan al Qur an
itu dari Rabbmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah
beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang
berserah diri. (kepada Allah Ta'ala). Q.S an Nahl 102.
Allah Ta’ala
juga berfirman :
هُوَ لِلَّذِينَ
آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ
Al Qur an itu adalah petunjuk dan penawar bagi
orang-orang yang beriman (Q.S Fushilat 44).
Ketiga : Berusaha untuk terus menerus beramal walaupun
sedikit.
Ketika seseorang berusaha terus menerus melakukan amal
shalih itulah salah satu bukti dan cara paling utama bisa tetap atau istiqamah dalam ketaatan
setelah hijrah.
Sungguh, Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam telah
mengingatkan bahwa amal yang sedikit tetapi kontinyu atau terus menerus akan
mendatangkan kecintaan Allah Ta'ala. Beliau bersabda :
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا
وَإِنْ قَلَّ
Amalan
yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinyu
(terus menerus dilakukan) walaupun itu sedikit. (H.R
Imam Muslim).
Imam
Hasan al Basri berkata : Jika syaithan melihatmu kontinyu dalam melakukan
amalan ketaatan, dia pun akan menjauhimu. Namun jika syaithan melihatmu beramal
kemudian engkau meninggalkannya setelah itu, malah melakukannya sesekali saja,
maka syaithan pun akan semakin tamak untuk menggodamu. (Al Mahjah fii Sayrid
Duljah, Ibnu Rajab).
Keempat
: Berteman dengan orang orang shalih.
Sungguh
Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam telah mengingatkan agar seseorang memilih
teman akrab dalam bergaul sebagaimana sabda beliau :
الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ
فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
Seseorang
akan mencocoki kebiasaan teman karibnya. Oleh karenanya, perhatikanlah siapa
yang akan menjadi teman karib kalian. (H.R Abu Dawud, at Tirmidzi dan Imam
Ahmad, dari Abu Hurairah. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini
hasan).
Imam
Ibnu Qudamah al Maqdisi memberikan nasehat tentang memilih teman (sahabat
dekat atau teman akrab). Beliau berkata : Secara
umum, hendaknya orang yang engkau pilih menjadi sahabat memiliki lima sifat
berikut : (1) Orang yang berakal. (2) Memiliki akhlak yang baik, (3)
Bukan orang fasik (yang banyak berbuat dosa). (4) Bukan ahli bid’ah (yang suka
mengada ada dalam agama) dan (5) Bukan orang yang rakus
dengan dunia. (Mukhtasar Minhajul Qashidin)
Syaikh
as Sa’di berkata : Teman yang shalih senantiasa MENDORONG KITA UNTUK MELAKUKAN
KETAATAN kepada Allah, berbakti kepada orang tua, menyambung tali silaturrahim,
dan mengajak kita untuk senantiasa berakhlak mulia, baik dengan perkataannya,
perbuatannya, ataupun dengan sikapnya.
Sesungguhnya
seseorang akan mengikuti sahabat atau teman duduknya, dalam hal tabiat dan
perilaku. Keduanya saling terikat satu sama lain dalam kebaikan ataupun yang
sebaliknya. (Bahjah Quluubil Abrar).
Selain itu, sangatlah dianjurkan berdoa memohon pertolongan Allah Ta;ala yaitu diantaranya dengan doa sebagaimana disebutkan dalam al Qur an surat Ali Imran ayat 8 :
رَبَّنَا لَا تُزِغْ
قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ
أَنْتَ الْوَهَّابُ
Rabbanaa laa tuzigh quluubanaa ba’da idz hadaitanaa wa
hab lanaa min-Ladunka Rahmah. Innaka antal Wahhaab.
Wahai Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami
condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami. Dan
karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau. Sesungguhnya Engkau-lah Dzat
yang Maha Pemberi (karunia).
Wallahu A'lam. (3.380)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar