KEMULIAAN
MENDATANGI ORANG YANG SUKA MEMAAFKAN
Disusun oleh : Azwir
B. Chaniago
Memberi maaf, bagi
sebagian orang sangat berat. Bahkan keinginannya ingin membalas jika dizhalimi
atau diperlakukan tidak baik. Tetapi tentang memberi maaf, sungguh Rasululllah Salallahu ‘alaihi Wasallam
bersabda :
ثَلَاثٌ
أُقْسِمُ عَلَيْهِنَّ مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ
عَبْداً بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ
اللَّهُ
Ada tiga golongan yang
berani bersumpah untuknya, tidaklah berkurang harta karena shadaqah,
dan tidaklah menambah bagi SEORANG PEMAAF MELAINKAN KEMULIAAN dan tidaklah
seseorang bertawadhu’ (rendah hati) melainkan akan diangkat derajatnya oleh
Allah Subhanahu wa Ta’ala. (H.R at Tirmidzi)
Berbicara tentang
meminta dan memberi maaf, kita mengetahui bahwa sebagian saudara saudara kita
memiliki kebiasaan bahkan seolah olah mengharuskan dirinya UNTUK SALING MEMINTA
DAN MEMBERI MAAF baik secara langsung, melalui alat komunikasi ataupun
media sosial menjelang bulan Ramadhan.
Kebanyakan saudara
saudara kita ini melakukannya mungkin (?) karena mengikuti kebanyakan manusia.
Sebagian ada pula yang bersandar kepada riwayat berikut ini :
Ketika Rasulullah
sedang berkhutbah pada suatu shalat Jum'at (dalam bulan Sya'ban), beliau
mengatakan Aamiin sampai tiga kali. Dan para sahabat begitu
mendengar Rasulullah mengatakan aamiin, terkejut dan spontan mereka ikut
mengatakan aamiin. Tapi para sahabat bingung, kenapa Rasulullah berkata
aamiin sampai tiga kali.
Ketika selesai shalat
Jum'at para sahabat bertanya kepada Rasulullah, kemudian (beliau) menjelaskan :
Bahwa ketika aku sedang berkhutbah, datanglah malaikat Jibril dan berbisik :
Wahai Rasulullah amin-kan doaku ini. Doa Malaikat Jibril adalah : Yaa Allah
tolong abaikan puasa ummat Muhammad, apabila sebelum memasuki bulan Ramadhan
dia tidak melakukan hal-hal yang berikut : (1) Tidak memohon maaf terlebih
dahulu kepada kedua orang tuanya. (2) Tidak bermaafan terlebih dahulu antara
suami istri. (3) Tidak bermaafan terlebih dahulu dengan orang-orang sekitarnya.
Ketahuilah bahwa
ternyata hadits dengan lafazh seperti ini tak jelas sumbernya.
Adapun salah satu
hadits yang shahih disebutkan malaikat Jibril tentang
Ramadhan adalah dengan lafazh :
عن أبي
هريرة أن رسول الله صلى الله عليه و سلم رقي المنبر فقال : آمين آمين آمين
فقيل له يارسول الله ما كنت تصنع هذا ؟ ! فقال : قال لي جبريل : أرغم الله
أنف عبد أو بعد دخل رمضان فلم يغفر له فقلت : آمين ثم قال : رغم أنف عبد أو بعد
أدرك و الديه أو أحدهما لم يدخله الجنة فقلت : آمين ثم قال : رغم أنف عبد أو بعد
ذكرت عنده فلم يصل عليك فقلت : آمين قال الأعظمي
Dari Abu
Hurairah, Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam naik
mimbar lalu bersabda : Aamiin … aamiin … aamiin.
Para sahabat bertanya
: Kenapa engkau berkata demikian wahai Rasulullah ?. Kemudian, beliau bersabda
: Baru saja Jibril datang kepadaku dan berkata :
(1) Allah melaknat
seorang hamba yang melewati Ramadhan tanpa mendapatkan ampunan, maka kukatakan
: Aamiin.
(2) Kemudian,
Jibril berkata lagi : Allah melaknat seorang hamba yang mengetahui kedua orang
tuanya masih hidup, namun itu tidak membuatnya masuk Jannah maka aku berkata :
Aamiin.
(3) Kemudian, Jibril
berkata lagi : Allah melaknat seorang hamba yang tidak bersalawat ketika
disebut namamu. Maka kukatakan : Aamiin. (H.R Ibnu Khuzaimah dan Imam Ahmad,
dishahihkan oleh Syaikh al Albani dalam Shahih at Targhib.
Dari uraian diatas
dapat diambil kesimpulan bahwa orang orang beriman senantiasa BERSEGERA memohon
maaf ketika bersalah kepada saudaranya. Janganlah menunggu waktu atau momen
tertentu seperti menjelang Ramadhan dan pada hari Lebaran untuk meminta
maaf.
Dan juga orang orang
beriman haruslah suka memaafkan kesalahan saudaranya SETIAP SAAT,
KAPAN PUN BAIK DIMINTA ATAU TIDAK. Wallahu A'lam. (2.966).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar