ORANG BERIMAN SELALU MENJAGA SABAR DAN SYUKUR
Oleh Azwir
B. Chaniago
Sabar dan syukur adalah dua perkara
yang harus selalu dijaga oleh hamba
hamba yang beriman. Keduanya adalah baik baginya.
(1) Bukankah Allah telah berfirman : “Wallahu yuhibbush shabiriin.”
Dan Allah mencintai orang orang yang sabar. (Q.S Ali Imran 147).
(2) Allah berfirman : “Wain
tasykuruu yardhahu lakum”. Dan jika kamu bersyukur Dia (Allah)
meridhai kesyukuranmu (Q.S az Zumar 7).
Bagi seorang yang beriman ini adalah modal utama ketika
mendapat kebaikan ataupun keburukan sebagai ujian baginya. Allah
Ta’ala berfirman : Setiap
yang bernyawa akan merasakan mati. Kami
akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu
akan dikembalikan hanya kepada Kami. (Q.S
al Anbiyaa’ 35).
Tentang ujian kebaikan dan keburukan yang dimaksud dalam ayat ini, dijelaskan oleh Syaikh as
Sa’di : Allah menciptakan manusia para hamba-Nya di dunia untuk diperintah dan
dikekang dengan larangan. Serta untuk menguji mereka dengan takdir yang baik
dan yang buruk, dengan kekayaan dan kemiskinan, dengan kemuliaan dan kehinaan,
dengan kehidupan dan kematian sebagai bentuk ujian dari Allah Ta’ala. (Tafsir
Taisir Kariimir Rahman).
Oleh karena itu seseorang janganlah mengira bahwa jika
mendapat kebaikan, kelapangan atau kesenangan itu berarti Allah telah
memuliakannya. Jika mendapat kesulitan atau kesempitan itu berarti Allah telah
menghinakannya. Tidak, tidak demikian. Perhatikanlah firman Allah dalam surat
al Fajr 15-16 : “Adapun manusia apabila Rabb-nya
mengujinya lalu dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan maka dia berkata :
RABB-KU TELAH MEMULIAKANKU. Adapun bila Rabb-nya mengujinya lalu membatasi
rizkinya maka dia berkata : RABB-KU MENGHINAKANKU”.
Syaikh as Sa’di berkata : Allah Ta’ala mengabarkan tabiat
manusia dari segi manusia itu sendiri. Manusia adalah sosok bodoh, zhalim yang
tidak mengetahui risiko berbagai hal. Mereka mengira kondisi yang ada padanya
akan terus berlanjut dan tidak akan hilang dan mengira bahwa kemuliaan serta
kenikmatan dari Allah Ta’ala yang diberikan di dunia menunjukkan kemuliaannya
disisi Allah Ta’ala. Dan mereka mengira bila rizkinya disempitkan, hal itu
dikira sebagai penghinaan Allah Ta’ala terhadap mereka.
Sungguh Allah Ta’ala telah membantah dugaan ini seraya berfirman : “Sekali kali tidak (demikian)”. Yakni
tidak semua orang yang Aku beri kenikmatan di dunia adalah orang mulia
disisi-Ku dan tidak berarti orang yang rizkinya Aku sempitkan adalah orang hina
di sisi-Ku.
Kekayaan, kemiskinan, kelapangan dan kesempitan hanyalah
ujian dari Allah Ta’ala kepada manusia agar Allah Ta’ala mengetahui siapakah
yang bersyukur dan bersabar. Sehingga Allah Ta’ala bisa memberikan balasan yang
besar atas kesyukuran dan kesabaran itu. Bagi yang tidak mau bersyukur dan
bersabar akan ditimpakan padanya adzab yang berat. (Tafsir Taisir Karimir
Rahman).
Syaikh Utsaimin berkata
: Allah akan menguji (kamu) dengan kebaikan dan limpahan karunia. Apakah
bersyukur atau kufur ?. Allah juga akan menguji dengan keburukan dan perkara
perkara yang menyakitkan. Apakah dia bersabar atau membangkang ?.
Tabiat manusia yang selalu berbuat zhalim dan jahil. Jika
diuji Rabb-nya dengan nikmat dan kemuliaan biasanya dia berkata : “Rabb-ku telah memuliakanku”. Seolah
olah dia berkata : Aku memang pantas mendapatkan karunia ini.
Apabila disempitkan rizkinya dia berkata : “Rabb-ku telah menghinakanku”. Seolah
olah dia berkata : Allah telah menzhalimiku dan menghinakanku. Tidak memberi
rizki seperti yang diberikan kepada si Fulan dan Dia tidak memuliakanku seperti
Dia memuliakan si Fulan. Inilah tabiat manusia pada umumnya.
Adapun orang beriman jika diberi kemuliaan dan kenikmatan
dari Rabb-nya maka akan segera bersyukur dan menganggap bahwa semua itu
diberikan karena rahmat dan kebaikan-Nya semata, bukan beranggapan bahwa semua
itu didapat karena hak dan kemuliaan dirinya.
Dan jika mendapat ujian dari Rabb-nya dengan menyempitkan
rizkinya dia akan selalu bersabar sambil mengharapkan balasan pahala. Dan
segera introspeksi diri sambil berkata : Ini semua karena dosa dosaku. Allah
tidak akan menghinakan dan menzhalimi diriku. Dia akan menjadi orang yang
paling bersabar ketika diuji dengan kesengsaraan dan bencana. Dia paling
bersyukur ketika diuji dengan kelapangan dan kenikmatan.
Jadi kedua ayat ini (Q.S al Fajr 15-16) menganjurkan manusia
untuk selalu berusaha untuk sabar dan menyabarkan diri. Hendaknya selalu
bertanya :
(1) Apa hikmahnya Allah memberiku harta ini ?. Apa yang Dia
kehendaki dariku. Allah ingin agar aku
bersyukur.
(2) Apa hikmahnya Allah mengujiku dengan kefakiran, dengan
penyakit, dengan ini dan itu ?. Allah
ingin agar aku bersabar. (Tafsir Juz ‘Amma, dengan diringkas).
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam.
(1.077).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar