DAPATKAN PAHALA YANG BANYAK
KETIKA ENGKAU DIZHALIMI
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Besar kemungkinan bahwa pada suatu
waktu Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberikan ujian atau cobaan kepada hamba
hamba-Nya berupa perlakuan tidak baik atau dizhalimi orang lain. Mungkin
kezhaliman itu dilakukan oleh saudara, teman, kerabat sendiri ataupun orang
lain dan mungkin dilakukan saudara sesama muslim yang tidak kita kenal.
Bentuk perlakuan buruk atau
kezhaliman itu bisa berupa penghinaan, cacian atau celaan, hujatan dengan
perkataan kasar, ghibah, adu domba dan banyak lagi yang lain.
Umumnya manusia ingin membalas
perlakuan buruk yang menimpa dirinya. Bahkan kalau mampu malah ingin membalas
dengan yang lebih keras. Membalas suatu kezhaliman hakikatnya memang diperbolehkan
asal tidak berlebihan. Allah
berfirman : “Wain ‘aaqibtum fa’aaqibuu bimitsli maa-‘uuqibtum bihii ….Dan
jika kamu membalas maka balaslah dengan (balasan) yang sama dengan siksaan yang
ditimpakan kepadamu….(Q.S an Nahal 126).
Jadi jangan pernah membalas kezhaliman dengan kezhaliman yang
lebih besar. Sekiranya anda dicubit satu kali maka boleh membalas cubitan itu
satu kali saja. Jika membalas dengan mencubit dua kali maka itu berlebihan
dan cubitan yang kedua adalah merupakan
kezhaliman pula yang juga akan menghasilkan dosa.
Ada beberapa sikap yang sangat dianjurkan ketika seseorang
dizhalimi, diantaranya adalah :
Pertama : Bersabar.
Imam Ibnul Qayyim dalam kitab
Madaarijus Saalikin, menjelaskan kepada kita tentang makna akhlak kepada manusia,
yaitu mencakup tiga hal. Satu antaranya adalah : Menahan diri (bersabar) jika disakiti atau
diperlakukan tidak baik oleh orang lain.
Sungguh kesabaran adalah termasuk akhlak mulia dan
mendatangkan kebaikan yang amat banyak. Diantaranya seperti yang dikatakan oleh
Syaikh Sulaiman bin Qaashim : Setiap amalan dapat diketahui ganjarannya kecuali
kesabaran yaitu seperti air yang mengalir deras. Lalu beliau membacakan al Qur
an surat az Zumar 10 : “ Innamaa yuwaffash shabiruna
ajrahum bighairi hisaab” Sesungguhnya hanyalah pahala
orang-orang bersabarlah yang dicukupkan tanpa batas.
Syaikh Muhammad Shalih al Utsaimin dalam Kitab Syarah
Riyadush Shalihin menjelaskan : Adapun kesabaran pahalanya berlipat ganda tidak
terbatas. Ini menunjukkan bahwa ganjarannya sangat besar sekali hingga tidak
mungkin bagi seorang insan untuk membayangkan pahalanya karena tidak bisa
diukur dengan bilangan.
Bahkan, pahala sabar termasuk perkara yang maklum disisi
Allah tanpa bisa dibatasi. Tidak pula bisa disamakan dengan mengatakan satu
kebaikan dilipat gandakan pahalanya sepuluh kali sampai tujuh ratus kali lipat.
Kesabaran itu pahalanya tanpa batas.
Kedua : Memaafkan.
Memaafkan orang lain adalah suatu yang berat di hati kecuali
bagi orang orang yang diberi petunjuk oleh Allah Ta’ala. Sungguh sangatlah
dianjurkan untuk memaafkan kesalahan orang lain. Allah berfirman : “Dan balasan suatu kejahatan adalah
kejahatan yang setimpal. Tetapi barangsiapa memaafkan dan berbuat baik (kepada
orang yang berbuat jahat) maka pahalanya dari Allah. Sungguh, Dia tidak
menyukai orang orang yang zhalim”.(Q.S asy Syuuraa 40).
Ketahuilah bahwa puncak
keutamaan dari sikap suka memaafkan manusia adalah memperoleh ampunan Allah.
Allah berfirman : “Dan
hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak
menginginkan Allah mengampunimu dan Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang”
(Q.S an Nuur 22).
Dalam kitab Tafsir al Mulyasar, tahqiq Syaikh Bakar Abu Zaid
antara lain dijelaskan bahwa : Ayat ini turun berkenaan dengan sumpah Abu Bakar
ash Shiddiq bahwa dia tidak akan memberi apa apa lagi (tidak akan membantu
lagi) kepada kerabatnya (diantaranya adalah Misthah bin Utsasah) ataupun orang
lain yang terlibat dalam menyiarkan dan menyebarkan berita bohong tentang
fitnah yang keji yang ditujukan kepada Aisyah putri beliau. Maka turunlah ayat
ini melarang beliau melaksanakan sumpahnya itu,
menyuruh memaafkan dan berlapang dada terhadap mereka.
Syaikh as Sa’di
menjelaskan : Ketika Abu Bakar mendengar ayat ini, Abu Bakar berkata :
Ya demi Allah, sungguh aku benar benar senang bila Allah mengampuni diriku.
Selanjutnya Abu Bakar kembali memberikan nafkah kepada Misthah bin Utsasah
(Lihat Tafsir Karimur Rahman).
Oleh karena itu jika setiap saat kita mengharapkan ampunan
Allah maka seharusnya kita juga
senantiasa memaafkan orang lain. Sungguh kita sangat senang dengan ampunan
Allah dan tentu sepantasnya pula kita melazimkan sikap suka memaafkan.
Bahkan memaafkan adalah termasuk salah satu tanda orang bertakwa : (Orang yang bertakwa) Yaitu orang yang berinfak baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang orang yang berbuat kebaikan. (Q.S Ali Imran 134).
Syaikh
as Sa’di berkata : Termasuk dalam tindakan memaafkan adalah memaafkan segala
hal yang terjadi dari orang yang berbuat buruk kepada kita baik perkataan
maupun perbuatan. Memaafkan itu jauh lebih baik daripada hanya sekedar menahan
marah karena memaafkan adalah membalas dengan kelapangan dada terhadap orang
yang berbuat buruk (kepada kita). Kitab Tafsir Karimir Rahman.
Ketiga : Menasehati
Imam al Khathabi dan Imam al
Jurri berkata : Nasehat adalah menghendaki suatu kebaikan bagi orang lain
dengan niat ikhlas (karena Allah), baik berupa perbuatan atau kehendak yang
disampaikan dengan cara sebijak mungkin.
Hendaklah seorang yang dizhalimi berusaha memberi nasehat
kepada yang menzhalimi jika itu memungkinkan dan jika memang mendatangkan
kebaikan. Itu termasuk bagian dari berbuat baik kepadanya. Semoga dengan diberi
nasehat dia tercegah untuk melakukan kezhaliman berikutnya.
Keempat : Mendoakan
Jika seorang
hamba dizhalimi oleh saudaranya maka
dianjurkan untuk mendoakan kebaikan bagi yang telah berlaku zhalim itu.
Ketahuilah bahwa doa seorang muslim bagi saudaranya akan di aamiin-kan oleh
malaikat.
Dari Abu Ad-Darda’ dia berkata :
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wasallam bersabda : “Maa min ‘abdin muslimin
yad’u li akhiihi bi zhahril ghaibi illaa qaala malaku wa laka bimitslih” Tidak
ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim)
tanpa sepengetahuannya, melainkan malaikat akan berkata : Dan bagimu juga
kebaikan yang sama (seperti yang kamu minta dalam doamu itu). (H.R Imam
Muslim).
Kelima : Menjaga
aibnya.
Seorang muslim sangatlah dianjurkan
untuk menutup aib saudaranya. Rasulullah bersabda : “Man satara akhaahul muslima fid dun-ya satarahullahu yaumal qiyaamah.
” Barang siapa menutup aib saudaranya di dunia, niscaya Allah akan menutup
aibnya pada hari Kiamat. (H.R Imam Ahmad, lihat Shahihul Jami’)
Maka berbahagialah orang orang yang
mampu menahan diri untuk tidak membicarakan aib saudaranya karena Allah akan
menutup aibnya di akhirat kelak.
Rasulullah bersabda : “Man radda ‘an ‘irdhi akhiihi radhdhaallahu
‘an wajhihin naara yaumal qiyaamah”. Barangsiapa yang membela kehormatan
saudaranya sesama muslim maka Allah akan membelanya dari neraka kelak dihari
kiamat. (H.R at Tirmidzi dan Imam Ahmad).
Itulah sebagian cara untuk
mendapatkan pahala ketika seorang hamba diperlakukan tidak baik atau dizhalimi
oleh saudaranya. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam.
(1.067)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar