PENJELASAN ULAMA TENTANG ILMU YANG BERMANFAAT
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Dalam rangkaian dzikir pagi,
Rasulullah biasa membaca doa : “Allahhumma
inni as-aluka ‘ilman nafi’an wa rizqan thaiyiban wa amalan mutaqabbalan”. Ya
Allah, sesungguhnya aku bermohon (diberi) ilmu yang bermanfaat, rizki yang baik
dan amal yang diterima. (H.R Ibnu Majah, Imam Ahmad dan Ibnu Suni dari Ummu
Salamah).
Selain itu, Rasulullah mengajarkan
pula satu doa : “Allahhumma inni a’udzubika min ilmin la yanfa’. Ya Allah
sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari ilmu yang tidak bermanfaat. (H.R
at Tirmidzi dan Abu Dawud).
Dari kedua hadits dapatlah
diketahui bahwa ada ilmu yang bermanfaat dan ada pula ilmu yang mendatangkan
mudharat.
Para
ulama terdahulu menjelaskan kepada kita tentang ilmu yang bermanfaat, diantaranya :
Pertama : Imam Mujahid bin Jabr (murid Ibnu
Abbas) mengatakan : “Orang yang
faqih adalah orang yang takut kepada Allah Ta’ala meskipun ilmunya sedikit. Dan orang yang bodoh adalah orang
yang berbuat durhaka kepada Allah Ta’ala meskipun ilmunya banyak.
Beliau juga menjelaskan bahwa ada
orang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya,
namun ilmu tersebut “tidak
bermanfaat” baginya, karena tidak
membawa dirinya pada ketaatan kepada
Allah Ta’ala. Jadi ilmu yang membawa seorang untuk ta’at kepada
Allah maka itu adalah ilmu yang bermanfaat.
Kedua : Imam Ibnu Rajab al Hambali, mengatakan:
Bahwa ilmu yang bermanfaat menunjukkan kepada dua hal. (1) Mengenal Allah Ta’ala dengan
segala apa yang menjadi hak-Nya, yaitu : berupa Nama-namaNya yang indah, Sifat-sifatNya
Yang Mulia, keharusan
adanya pengagunga, rasa takut, cinta harap dan tawakal kepada-Nya, ridha terhadap
takdir-Nya dan sabar atas segala musibah yang Allah Ta’ala takdirkan. (2) Mengetahui segala apa yang diridhai dan dicintai Allah ‘Azza wa Jalla, segala apa yang dibenci dan dimurkainya. Yakni berupa
keyakinan, perbuatan yang lahir dan yang bathin serta ucapan. Hal ini mengharuskan orang yang mengetahuinya untuk
bersegera melakukan segala apa yang dicintai dan diridhai Allah Ta’ala dan
menjauhi segala apa yang dibenci dan dimurkaiNya.
Selanjutnya
Imam Ibnu Rajab menjelaskan : “Apabila ilmu itu menghasilkan hal ini (mengenal Allah Ta’ala dan mengetahui apa yang diridhai dan dimurkai-Nya) bagi pemiliknya
(pemilik ilmu itu) maka inilah “ilmu yang bermanfaat”. Kapan saja ilmu itu
bermanfaat dan menancap dihati. Sungguh, hati itu akan merasa khusyu’, tunduk, takut, mencintai dan mengagungkan Allah ‘Azza wa
Jalla. Jiwa merasa cukup dan puas dengan sedikit yang halal dari dunia dan merasa kenyang dengannya.
Sehingga hal itu menjadikannya qana’ah dan zuhud di dunia. (Fadhlu
Ilmi Salaf ‘alal Khalaf).
Lalu apa tanda ilmu yang bermanfaat. Syaikh Bakr bin Abdullah Abu Zaid dalam Kitab Adab dan Manfaat Menuntut
Ilmu yang disyarah oleh Syaikh Muhammad Saleh al Utsaimin, menjelaskan bahwa
seorang berilmu, dikatakan ilmunya
bermanfaat jika didapati padanya beberapa indikasi sebagai berikut : (1) Ilmu
yang diamalkan. (2) Tidak suka
dipuji dan tidak sombong dengan ilmu yang dimilikinya. (3) Semakin tawadhu’ setiap kali ilmunya bertambah. (4) Menjauhi cinta kedudukan,
popularitas dan keduniaan. (5) Buruk sangka kepada dirinya bahwa ilmunya masih kurang dan tidak suka
mencela (orang yang kurang ilmunya).
Demikianlah penjelasan ulama
tentang ilmu yang bermanfaat. Kita memohon kepada Allah Ta’ala agar diberi ilmu
yang bermanfaat untuk dunia dan akhirat. Wallahu A’lam. (1.083)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar