BUYA HAMKA TETAP BERKARYA WALAUPUN DI PENJARA
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Prof. DR. Haji Abdul Malik Karim Amrullah yang kita kenal
dengan sebutan Buya Hamka (wafat 1981) adalah salah satu ulama besar di negeri
kita. Keilmuannya juga dikenal dan diakui diberbagai negara. Diantara tulisan
atau karya beliau yang paling monumental adalah Kitab Tafsir al Azhar.
Beliau adalah ulama yang sangat baik kita teladani terutama
kegigihan beliau dalam berjuang menegakkan agama Allah. Salah satu ujian berat
pernah menimpa beliau. Diantaranya sebagaimana disebutkan dalam pembukaan Kitab
Tafsir al Azhar.
Beliau menceritakan : Pada tanggal
12 Ramadhan 1383 H atau 27 Januari 1964 M. kira kira pukul 11 siang yaitu
sehabis memberikan kajian untuk kaum Muslimat di Masjid al Azhar Kebayoran Baru
Jakarta Selatan saya pulang kerumah untuk sedikit beristirahat menjelang
masuknya waktu shalat zuhur.
Belum setengah jam saya berada di
rumah lalu datanglah empat orang tamu. Saya mengira bahwa tamu tersebut adalah
pengurus salah satu masjid yang akan meminta saya untuk memberikan ceramah atau
kajian di masjidnya. Ternyata dugaan saya salah dan tak pernah terbayang
sedikitpun sebelumnya. Setelah saya temui tamu tersebut, tanpa banyak bicara,
seorang diantara mereka menyerahkan selembar surat kepada saya. Setelah saya baca ternyata surat itu adalah
perintah penangkapan terhadap diri saya. Kemudian saya dibawa dan dimasukkan ke
rumah tahanan.
Selanjutnya beliau mengatakan :
Saya mendapat pengalaman dan hikmah yang sangat besar, yaitu dalam meresapi
intisari ayat 5 dan 6 surat al
Insyiraah. Allah berfirman : “Fa inna
ma’al ‘usri yusra. Inna ma’al ‘usri yusraa”. Maka sesungguhnya bersama
kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.
Maka biarpun (dalam tahanan) saya
tidak mau bermenung diri. Lalu datang petunjuk dari Allah. Segera saya baca al
Qur-an. Pada 5 hari pertama berada dalam tahanan saya telah mengkhatamkan al
Qur an tiga kali. Setelah itu saya tidak banyak lagi berfikir kapan saya bisa
keluar.
Ketahuilah saudaraku, selama dalam
tahanan beliau membagi waktu antara
mengkhatamkan bacaan al Qur-an dan menulis tafsir al Qur-an, disamping
melakukan ibadah ibadah lainnya. Dengan pertolongan Allah Ta’ala, hasilnya
sangatlah mengagumkan.
Pertama : Dalam waktu dua tahun empat bulan berada di tahanan,
beliau telah mengkhatamkan al Qur-an lebih dari 150 kali. Kalau kita hitung
dengan masa beliau berada di tahanan berarti beliau mengkhatamkan al Qur-an
antara tiga sampai empat hari sekali.
Kedua : Yang lebih mengagumkan lagi bahwa disamping mengkhatamkan
al Qur an lebih dari 150 kali beliau juga menyelesaikan tafsir al Qur an yaitu
Tafsir Al Azhar sebanyak 28 juz. Untuk diketahui, sebelum masuk tahanan beliau
telah menyelesaikan tafsir al Ahar 2 juz
yaitu juz 18 dan juz 19.
Sungguh itulah hikmah dan prestasi
yang besar. Meskipun berada dalam
penjara ternyata tidak menghalangi beliau untuk berkarya. Semuanya itu beliau
capai tentulah dengan pertolongan Allah Ta’ala
serta niat yang ikhlas untuk mencari ridha Allah semata.
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam.
(1.062)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar