TEMAN YANG
SHALIH BISA MEMBERI SYAFA’AT DI AKHIRAT
Oleh : Azwir B. Chaniago
Sungguh keadaan alam kubur, hari berbangkit, padang
mahsyar, meniti shirat sangatlah berat. Selain amal yang kita bawa yang menjadi penolong, kita butuh syafa’at atau pertolongan dari yang
bisa memberi syafa’at.
Ketahuilah bahwa hakikatnya syafaat itu dari milik
Allah Ta’ala semata. Allah berfirman :
Katakanlah: “Hanya kepunyaan Allah
syafa’at itu semuanya. Kepunyaan-Nya kerajaan langit dan bumi. Kemudian
kepada-Nyalah kamu dikembalikan”. ( Q.S az Zumar 44)
Allah berfirman : “Pada hari itu tidak berguna syafaat, kecuali (syafaat) orang yang
Allah Maha Pemurah telah memberi izin kepadanya, dan Dia telah meridai
perkataannya. " (Q.S Thaahaa 109 )
Allah berfirman : "Allah mengetahui segala sesuatu yang di hadapan mereka (malaikat)
dan yang di belakang mereka, dan mereka tiada memberi syafaat melainkan kepada
orang yang diridai Allah, dan mereka itu selalu berhati-hati karena takut
kepada-Nya " (QS. al Anbiya' :28 ).
Dari ayat ini dapatlah diketahui bahwa Allah Ta’ala
juga memberikan izin kepada orang orang yang diridhainya untuk memberi syafaat.
Diantaranya adalah para Nabi, para syuhada para shiddiqiin dan juga orang orang
mukmin yang shalih.
Dari
Abu Said Al Khudri Radhiyallahu ‘anhu, dalam hadits yang panjang, Rasulullah
Sholallahu ‘alaihi wassalam bersabda tentang syafaat di hari kiamat : “Setelah
orang orang mukmin itu dibebaskan dari neraka, demi Allah, Dzat yang jiwaku
berada di tangan-Nya, sungguh kalian begitu gigih dalam memohon kepada Allah
untuk memperjuangkan hak saudara – saudaranya yang berada di dalam
neraka pada hari kiamat.
Mereka memohon :
“Wahai Rabb kami, mereka itu (yang tinggal di neraka) pernah berpuasa bersama
kami, shalat, dan juga haji.
Dijawab : “Keluarkan
(dari neraka) orang – orang yang kalian kenal”. Hingga wajah mereka diharamkan
untuk dibakar oleh api neraka.
Para mukminin ini pun
mengeluarkan banyak saudaranya yang telah dibakar di neraka, ada yang dibakar
sampai betisnya dan ada yang sampai lututnya. Kemudian orang mukmin itu
menghadap kembali kepada Allah, : “Ya Rabb kami, orang yang Engkau perintahkan
untuk diazab dari neraka, sudah tidak tersisa”
Allah berfirman,
“Kembali lagi, keluarkanlah yang masih memiliki iman seberat dinar”. Maka
dikeluarkanlah orang mukmin banyak sekali yang disiksa di neraka. Kemudian
mereka menghadap kembali : “Wahai Rabb kami, kami tidak meninggalkan seorang
pun orang yang Engkau perintahkan untuk diazab…” (H.R Imam Muslim)
Ketika
memahami hadits ini, Imam Hasan Al Bashri rahimahullah menasehatkan : Perbanyaklah berteman dengan orang orang yang
beriman. Orang orang yang beriman memiliki syafaat pada hari kiamat.
Berkenaan
dengan hadits ini pula, Imam Ibnul Qayyim al Jauziah rahimahullah menasehatkan
pula kepada teman temannya : Jika kalian tidak menemukan aku di surga, maka
tanyakanlah tentang aku kepada Allah. Ucapkanlah : “Wahai Rabb kami, hamba-Mu Fulan,
dulu dia pernah mengingatkan kami untuk mengingat Engkau. Masukkanlah
(dia) bersama kami ke Surga-Mu. Kemudian
beliau menangis.
Hadits
diatas mengingatkan kita tentang beberapa perkara yang sangat penting, yaitu :
Pertama, keimanan. Iman
merupakan syarat seseorang masuk surga. Yakni mengakui Allah Azza wa Jalla
sebagai satu satunya sesembahan yang
berhak untuk disembah serta mengakui Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya.
Kedua : Persaudaraan
dengan ukhuwah islamiyah. Persaudaraan diatas diinul Islam dan saling mencintai
karena Allah, bisa menjadi alasan bagi seseorang untuk menyelamatkan saudaranya
seiman di akhirat kelak dengan memberikan syafaat.
Jadi
sangatlah beruntung dan berbahagia seorang
hamba yang memiliki banyak teman orang orang shaleh. Mereka telah mengingatkan
untuk shalat berjama’ah di masjid, mengajari membaca al Qur’an, mengajak untuk menghadiri majelis
ilmu, dan menasehati kita tatkala hendak berbuat maksiat.
Oleh
karena itu betapa rugi dan sedihnya apabila seseorang terlanjur banyak bergaul
dan berteman dekat dengan orang orang ahli maksiat. Mengajak kepada keburukan dan
kemaksiatan, berlebihan mencintai dunia. Menzhalimi orang lain dengan memakan
hartanya tanpa hak, hasad, ghibah namimah dan yang lainnya. Tidaklah mungkin
diharapkan syafaatnya kelak.
Sungguh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
mengingatkan kita semua dengan siapa harus berteman. Beliau bersabda :
الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
Seseorang akan mencocoki kebiasaan
teman karibnya. Oleh karenanya, perhatikanlah siapa yang akan menjadi teman
karib kalian. (H.R Abu Daud no. 4833, at Tirmidzi no. 2378, Imam Ahmad 2/344,
dari Abu Hurairah. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan. Lihat
Shahihul Jaami’ 3545).
Imam
al Ghazali berkata : Bersahabat dan
bergaul dengan orang-orang yang pelit, akan mengakibatkan kita tertular
pelitnya. Sedangkan bersahabat dengan orang yang zuhud, membuat kita juga ikut
zuhud dalam masalah dunia. Karena memang asalnya seseorang akan mencontoh teman
dekatnya. (Tuhfatul Ahwadzi, al Mubarakfury)
Oleh
karena itu seorang hamba hanya berteman dekat dengan orang orang shalih.
Pertemanannya adalah karena Allah dan insya Allah bisa diharapkan syafaatnya
kelak di akhirat. Wallahu A’lam. (1.084)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar