MENGHIDUPKAN HATI YANG TELAH MATI
Oleh : Azwir B. Chaniago
Muqaddimah
Rasulullah Salallahu 'alaihi wasallam bersabda :
أَلاَ وَإِنَّ فِى
الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ
فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ
Ingatlah
bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula
seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa
ia adalah hati (jantung)”
(H.R Imam Bukhari no. 52 dan Imam Muslim
no. 1599).
Abu Hurairah mengatakan bahwa hati adalah ibarat raja
sedangkan anggota badan ibarat pasukannya. Apabila buruk rajanya maka buruk
pula pasukannya. Jadi kalau hatinya buruk maka buruk pula diri manusia itu.
Tanda hati yang mati.
Dalam Kitab Mawaaridul Amaan, Imam Ibnul Qayyim menyebutkan
tiga keadaan, hati manusia satu diantaranya adalah manusia yang hatinya
mati. Beliau menjelaskan
beberapa tanda hati yang telah
mati, yaitu :
Pertama : Tidak mengenal Allah dan berdiri
diatas syahwat dan kelezatannya.
Kedua : Mengerjakan perkara perkara yang
dibenci dan dimurkai Allah. Tidak peduli apakah Allah ridha atau murka.
Ketiga : Yang menyekutukan Allah, beribadah
kepada selain Allah. Rasa cinta, takut, berharap dan tawakalnya bukan kepada
Allah semata.
Keempat : Yang apabila mencintai maka ia
mencintai karena hawa nafsunya. Apabila membenci maka ia membenci karena hawa
nafsunya. Dan apabila mencegah maka ia mencegah karena hawa nafsunya. Maka
jadilah ia mengutamakan hawa nafsunya dari pada mengutamakan keridhaan Allah.
Kelima : Menjadikan hawa nafsu sebagai
imamnya, syahwat sebagai pemimpinnya, kebodohan sebagai kusirnya dan kelalaian
sebagai kendaraannya.
Oleh karena itu manusia yang telah mati hatinya maka tujuan
hidupnya hanyalah dunia yang fana dan lupa dengan akhirat yang baqa.
Upaya menghidupkan hati
yang mati.
Jika sifat sifat yang dijelaskan Imam Ibnul Qayyim tersebut
ada pada diri seseorang itulah tanda yang sangat kuat bahwa hatinya telah mati.
Berusahalah dan carilah jalan untuk menghidupkannya kembali agar selamat di
dunia dan di akhirat kelak.
Lalu datang pertanyaan : Apakah memang hati yang telah mati
itu bisa hidup kembali. Apa ada jalan atau cara untuk menghidupkannya kembali. Tentu
saja bisa jika Allah berkehendak. Dan seorang yang hatinya telah mati wajiblah
berusaha dan memohon pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala sehingga hatinya bisa
hidup kembali. Diantara usaha bisa dilakukan untuk menghidupkan hati yang telah
mati adalah :
Pertama : Senantiasa
mengingat mati.
Ketika seseorang
yang hatinya telah mati maka haruslah
banyak mengingat kematian dirinya dan membayangkan kehidupan sesudah mati.
Ketahuilah bahwa masalah sebenarnya bukan mati tapi bagaimana hidup setelah
mati. Jika seseorang membayangkan hidup setelah mati serta pertanggung
jawabannya maka akan menimbulkan
ketakutannya kepada Allah Ta’ala. Jika
rasa takutnya telah muncul maka berbagai maksiat akan ditinggalkan lalu secara berangsur mulai berbuat kebaikan dan
amal shalih.
Bahkan Rasulullah mengingatkan tentang tanda orang yang
cerdas yaitu banyak mengingat mati berbekal untuk menghadapi hidup setelah mati.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar : Aku sedang bersama Rasulullah kemudian
datang seorang laki laki dari kalangan Anshar. Dia mengucapkan salam dan
bertanya kepada Rasulullah : “Wahai
Rasulullah !. Siapa orang mukmin yang paling utama ?. Rasulullah menjawab :
Orang yang paling baik akhlaknya. Orang itu bertanya lagi : Lalu siapa orang mukmin yang paling cerdas ?. Beliau menjawab : Orang yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik
persiapannya untuk menghadapi apa yang terjadi setelahnya. Mereka itulah orang
yang paling cerdas. (H.R Ibnu Majah dan at Thabrani, dinilai hasan oleh
Syaikh al Albani).
Sa’id bin Jubair, seorang Tabi’in berkata : Jika mengingat
mati hilang dari dalam diriku maka aku takut hatiku menjadi rusak.
Kedua : Belajar ilmu
dan mengamalkannya.
Salah satu tanda hati telah mati adalah ketika seseorang
tidak lagi mengenal Allah Ta’ala. Dia lebih banyak berbuat untuk memenuhi
keinginan hawa nafsu yang selalu cenderung kepada keburukan.
Ini semua karena kebodohannya. Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin
berkata bahwa ilmu dipelajari untuk menghilangkan kebodohan diri. (Kitaabul
‘Ilmi)
Oleh karena itu dengan belajar ilmu maka seseorang akan (1) Senantiasa
mengingat dan mentaati Allah secara benar. (2) Senantiasa mensyukuri nikmat
Allah secara benar. Sungguh ilmu
adalah cahaya yang akan menghidupkan hati seseorang.
Ketahuilah bahwa ilmu hakikatnya bukanlah tujuan tetapi
sarana untuk beramal dengan baik yaitu ikhlas karena Allah dan menurut apa yang
diajarkan oleh Rasulullah. Oleh karena itu seseorang yang telah belajar ilmu
bersegeralah mengamalkannya. Dengan demikian maka hatinya telah mati akan
menjadi hidup kembali.
Ketiga : Berteman
dengan orang orang shalih
Ketahuilah bahwa diantara penyebab matinya hati seseorang
adalah lingkunan pergaulan yang buruk. Oleh karena itu seorang yang hatinya
telah mati maka sangatlah dianjurkan mengevaluasi diri yaitu dengan siapa saja
dia bergaul. Kalau lingkungan teman temannya selama ini adalah orang orang yang
banyak melupakan Allah maka segeralah tinggalkan lingkungan yang demikian.
Carilah lingkungan dan teman teman yang baik. Teman yang baik
akan memberi pengaruh pada diri seseorang. Bertemanlah dengan orang orang
shalih yang istiqamah dengan
keshalihannya. Teman yang shalih akan mengingatkan kita jika pada satu
waktu kita lalai atau malas beribadah. .
Sungguh Rasulullah telah mengingatkan untuk memilih teman.
Rasulullah sallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Al mar-u
‘ala diini khalilihi fal yanzhur ahadukum man yukhaalil” Seseorang akan
mencocoki kebiasaan teman karibnya. Oleh karenanya perhatikanlah siapa yang
akan menjadi teman karibnya (H.R Imam at Tirmidzi, Abu Dawud dan Imam Ahmad).
Keempat : Terus menerus
merasa diawasi
Sungguh
kita saksikan banyak orang yang melalaikan kewajibannya terhadap hak hak Allah
atas dirinya utama sekali karena merasa Allah tidak mengetahui apa yang mereka
lakukan. Pada hal sungguh Allah Ta’ala dengan ilmu-Nya yang Mahaluas mengetahui
segala sesuatu yang mereka lakukan.
Allah
berfirman : “… Wa huwa ma’akum aina maa
kuntum. Wallahu bi maa ta’maluuna bashiir”. ... Dan dia bersama kamu
dimana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan” (Q.S.
al Hadid 4).
Al Hafizh Ibnu Katsir berkata : Maksudnya adalah Allah senantiasa menyaksikan kalian
dan menyaksikan amal kalian. Bagaimanapun keadaan kalian dan dimana saja kalian
berada didaratan atau dilautan, siang ataupun malam dirumah ataupun dipadang
pasir. Semua itu berada dalam pengetahuan, pengawasan dan pendengaranNya. (Tafsir Ibnu Katsir).
Allah
berfirman : “Dan tidakkah mereka tahu
bahwa Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan dan apa yang mereka nyatakan
?. (Q.S al Baqarah 77).
Oleh
karena itu maka seseorang yang merasa yakin bahwa
dirinya selalu dan terus menerus dilihat dan diawasi Rabbnya, tentu akan mendorongnya untuk berbuat
kebaikan dan menghindari kemaksiatan, baik dalam keramaian dan juga dalam
kesendirian. Dan ini akan membuat hatinya akan hidup kembali.
Itulah sebagian cara yang dianjurkan agar hati yang telah
mati insya Allah bisa hidup kembali sehingga selamat dari berbagai keburukan
baik di dunia maupun di akhirat kelak. Wallahu A’lam. (1.074)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar