TIDAK ADA
KEBAIKAN JIKA TIDUR BERLEBIHAN
Oleh : Azwir B. Chaniago
Tidur
adalah suatu kebutuhan bagi manusia. Dengan tidur maka kesehatan tubuh serta
otak menjadi lebih baik, karena proses metabolisme tubuh bekerja pada saat kita
tidur untuk memberikan energi yang lebih
baik bagi tubuh.
Setiap
orang bisa merasakan bahwa bangun dari tidur yang cukup maka badan, tenaga dan fikiran menjadi segar kembali. Kita sulit membayangkan
bagaimana pada suatu waktu seseorang didatangi keadaan tidak bisa tidur. Akibatnya
yang tampak jelas adalah fikiran kusut dan semangat untuk melakukan sesuatu
akan menurun.
Sebenarnya
setiap usia memiliki kebutuhan jam tidur yang berbeda. National Sleep
Foundation merekomendasikan lama tidur yang berbeda bagi setiap tingkat umur manusia. Diantaranya jika usia antara usia 26-64 tahun
dianjurkan tidur 7-9 jam. Jika usia 65 tahun atau lebih dianjurkan tidur 7-8
jam per hari.
Jadi
tidur adalah termasuk kebutuhan pokok
bagi manusia. Tiada yang bisa benar benar mengobati atau menghentikan rasa
kantuk kecuali tidur. Tapi terkadang jika
seseorang didatangi keadaan tidak bisa tidur maka berbagai usaha dilakukannya.
Mulai dari mencari hiburan yang bisa jadi berseberangan dengan syariat, minum
minuman keras, minum obat tidur bahkan juga penenang.
Adalagi
yang langsung tertidur begitu mendengar kajian atau duduk cari senderan
ketika mendengar khutbah Jum’at. Sungguh
cara cara seperti ini tidaklah dianjurkan bahkan bisa jadi termasuk perbuatan
haram.
Hakikatnya,
tidur memang bisa mendatangkan kebaikan.
Tapi tidaklah dianjurkan untuk berlebihan. Syaikh Wahb bin Munabih berkata :
Tidak ada yang paling dicintai syaithan dari anak Adam melainkan orang yang
banyak tidur dan banyak makan.
Bahwa
berlebihan dalam hal hal yang mubah juga tidak dianjurkan. Imam Ibnul Qayyim
memberikan nasehat agar manusia tidak
berlebihan dalam empat hal, yaitu : (1) Dalam hal berbicara. (2) Dalam hal
bergaul. (3) Dalam hal makan, dan (4)
Dalam hal memandang. (Lihat al Fawaaid).
Jadi,
jika berlebihan dalam segala sesuatu tidaklah dianjurkan. Bahkan dalam
beribadah pun berlebihan yang dalam bahasa agama disebut ghuluw juga tidak
baik. Imam Ibnu Hajar mengatakan : Ghuluw adalah berlebihan terhadap sesuatu
dan menekan hingga melampaui batas (Fathul Bari).
Tidur
itu hakikatnya adalah nikmat Allah yaitu waktu untuk beristirahat. Allah berfirman : “Wa ja’alnaa naumakum
subaataa” Dan kami jadikan tidurmu untuk istirahat. (Q.S an Naba’ 9).
Rasulullah
beserta sahabat dan orang orang shalih sesudahnya, pada umumnya sedikit sekali tidur
pada malam hari. Terkadang mengambil sedikit waktu untuk bisa tidur pada siang
hari.
Allah
Ta’ala menjelaskan bahwa hamba hamba-Nya yang sedikit tidur dan banyak
beribadah dimalam hari adalah tanda hamba yang bertakwa. Allah berfirman : “Kaanuu qaliilan minal laili maa
yahja’uun”.Wa bil as-haari hum yastaghfiruun”. (Orang yang bertakwa berada dalam surga dan mata
air). Mereka sedikit sekali tidur pada waktu malam. Dan pada akhir malam mereka
memohon ampunan (kepada Allah). Q.S adz Dzaariyat 17-18.
Dalam sebuah hadits disebutkan : “Bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘allaihi
wasallam membenci tidur malam sebelum (shalat Isya) dan berbincang-bincang
(yang tidak bermanfaat) setelahnya (begadang).” (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).
Hadits
ini menjelaskan kepada kita bahwa Nabi bersegera tidur jika tidak ada sesuatu urusan yang
penting dan juga beliau selalu bersegera pula bangun untuk beribadah.
Allah
berfirman : “Wahai orang yang berselimut
(Muhammad). Bangunlah (untuk shalat) pada malam hari kecuali sebagian kecil.
(yaitu) separuhnya atau kurang sedikit dari itu. Atau lebih dari (seperdua) itu
dan bacalah al Qur-an itu dengan perlahan lahan. Sesungguhnya kami akan
menurunkan perkataan yang berat kepadamu. Sungguh bangun malam itu lebih kuat
(mengisi jiwa) dan (bacaan) di waktu itu lebih berkesan”. (Q.S al Muzammil
1-6)
Imam
Adz Dzahabi dalam Siyar A’lamin Nubala menyebutkan : Muhammad bin Basyr al ‘Akri dan
selainnya berkata, telah bercerita pada kami ar Rabi’ bin Sulaiman, ia
berkata : Imam Syafi’i membagi waktu malamnya menjadi tiga : Sepertiga malam
pertama untuk menulis, sepertiga malam kedua untuk shalat (malam) dan sepertiga
malam terakhir untuk tidur. Imam Adz Dzahabi menyebutkan, “Tiga aktivitas beliau
ini diniatkan untuk ibadah. (Siyar A’lamin Nubala).
Oleh
sebab itu mari sama sama kita evaluasi diri kita. Apakah kita termasuk orang
yang tidur berlebihan sehingga hanya
tersisa sedikit sekali waktu untuk
melakukan kegiatan yang bermanfaat terutama sekali beribadah kepada Allah Ta’ala.
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (931)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar