AQIDAH SYI’AH BEDA JAUH DENGAN
AQIDAH AHLUSSUNNAH
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Syi’ah memiliki perbedaan yang
sangat jauh dengan Ahlussunnah. Perbedaan antara dan Syi’ah
dan Ahlussunnah adalah untuk hal-hal YANG SANGAT PRINSIP DAN MENDASAR
BAHKAN DALAM HAL AQIDAH.
Syaikh
Nizhamuddin Muhammad al A’zham dalam pengantar kitab berjudul Syi’ah dan
Muth’ah antara lain menulis bahwa perbedaan antara kami (Ahlussunnah) dengan mereka (Syi’ah)
tidak hanya berpusat pada perbedaan-perbedaan masalah fiqihiyah yang bersifat furu’iyyah seperti masalah nikah muth’ah. Bukan itu saja.
Perbedaan
ini pada hakikatnya adalah perbedaan dalam masalah-masalah yang sangat
mendasar sekali yaitu perbedaan pada segi aqidah. Diantaranya adalah tiga point
sebagai berikut :
Pertama : Orang-orang Syiah mengatakan bahwa al Qur‘an
mengalami perubahan dan pengurangan.
Kami
mengatakan bahwa al Qur’an adalah Kalamullah yang sempurna tidak ada
pengurangan. Tidak pernah dan tidak akan ada penggantian, pengurangan atau penambahan
sampai hari Kiamat. Allah berfirman : “Inna nahnu nazzalnadz dzikra wa inna
lahu lahafizun. Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan al Qur’an dan sesungguhnya
Kami benar-benar memeliharanya. (Q.S. Al Hijr 9).
Kedua : Orang-orang Syi’ah mengatakan bahwasanya para sahabat Nabi semuanya murtad
setelah wafatnya Rasulullah kecuali sedikit saja dari mereka (yang tidak
murtad). Mereka (para sahabat) mengkhianati amanah dan agamanya, khususnya tiga
khalifah yaitu Abu Bakar, Umar dan Utsman. Oleh sebab itu mereka dicap sebagai
orang-orang yang paling besar kekafiran dan kesesatannya.
Sedangkan
kami mengatakan bahwa para sahabat Rasulullah adalah sebaik-baik manusia
setelah para Nabi. Mereka semua adalah orang-orang yang adil, tak pernah dengan
sengaja membuat kedustaan kepada Nabi dan mereka dipercaya dalam meriwayatkan
hadits dari Nabi.
Ketiga : Orang-orang Syi’ah mengatakan imam-imam
mereka yang jumlahnya 12, maksum dijaga dari kesalahan dan mengetahui ilmu
ghaib, mengetahui segala ilmu yang datang kepada malaikat, para nabi dan rasul.
Mengetahui yang sudah berlalu, yang akan datang, tidak ada sedikitpun samar
bagi mereka. Mereka memahami semua bahasa yang ada didunia ini dan bumi ini
diciptakan untuk mereka.
Kami
Ahlussunnah mengatakan bahwa mereka manusia biasa sebagaimana yang lain, tidak
ada perbedaan. Sebagian mereka ahli fiqih, ulama dan khalifah. Kami tidak
menisbahkan kepada mereka sesuatu apapun yang tidak pernah mereka dakwakan bagi
diri mereka karena mereka sendiri mencegah hal itu dan berlepas diri darinya. (Demikian
penjelasan Syaikh Nizhamuddin
Muhammad al A’zham)
Selain
tiga point diatas, sungguh masih banyak
lagi perbedaan yang mendasar antara Syi’ah dan Ahlussunnah, diantaranya :
Pertama : Perbedaan dalam rukun Iman.
Syi’ah
memiliki rukun Iman yang berbeda dengan Ahlussunnah. Rukun Iman Syi’ah adalah pertama : Tauhid (at Tauhid), kedua :
Keadilan (al Adl), ketiga : Kenabian (an Nubuwwah), keempat : Kepemimpinan
(Imamah), kelima : Hari Kiamat (al Maad).
Kedua : Perbedaan dalam rukun Islam.
Syi’ah
memiliki rukun (Islam) sendiri yang berbeda dengan Ahlussunnah. Rukun (Islam ?) Syi’ah adalah : (1) Al Wilayah, loyal
kepada Imam 12. (2)
Shalat. (3) Puasa. (4) Zakat. (5) Haji.
Ketiga : Perbedaan dalam Syahadat.
Syi’ah
memiliki Syahadat sendiri yang berbeda dengan Syahadat Ahlussunnah, yakni : Asyhadu alla ilaha ilallah. Wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah. Wa asyhadu
anna Aliyan Waliyullah.
Jadi dalam
syahadat Syi’ah ada tambahan satu kalimat tentang
Ali sebagai Waliyullah. Ternyata syahadat Syi’ah berbeda dengan syahadat orang
orang Islam yang diajarkan Nabi
Salallahu ‘alaihi Wasallam.
Keempat : Perbedaan dalam lafazh Adzan.
Lafazh
adzan Syi’ah adalah :
•
Allahu Akbar,
Allahu Akbar (2 x)
•
Asyhadu alla
ilaha ilallah (2 x)
•
Asyhadu anna
Muhammadar Rasulullah (2 x)
•
Asyhadu anna ‘Aliyan Waliyullah (2 x)
•
Asyhadu anna ‘Aliyan Hujjatullah (2 x)
•
Haiya ‘alash
Shalah (2 x)
•
Haiya ‘alal
Falah (2 x).
•
Haiya ‘ala khairil amal (2 x)
•
Allahu Akbar,
Allahu Akbar. La ilaha ilallaah.
Lalu dengan adanya perbedaan yang
begitu banyak dan mendasar antara kaum Syi’ah dan Ahlussunnah yang mengikuti
Rasulullah maka datang pertanyaan apakah
Syi’ah masih layak disebut dengan Islam ?. Tentu tidak karena mereka telah
menyimpang dalam hal hal yang pokok. Oleh karena itu Ahlussunnah wajib untuk
waspada terhadap propaganda Syi’ah yang sesat dan menyesatkan.
Kita berlindung kepada Allah Ta’ala
dari semua keburukan faham Syi’ah yang membahayakan bahkah bisa merusak aqidah kita. (942)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar