SIFAT ORANG ORANG YANG BENAR IMANNYA
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Setiap orang sangat mendambakan
keberuntungan dalam hidupnya. Bahkan ingin beruntung di dunia dan di akhirat.
Tidak ada yang mau mendapat kerugian. Lalu apa sebenarnya makna orang yang
beruntung. Ketahuilah bahwa hakikat orang yang beruntung menurut syariat adalah
tiada lain yaitu BISA MASUK KE SURGA.
Ini dijelaskan Allah Ta’ala dalam
firman-Nya : Tiap tiap yang berjiwa akan merasakan
mati. Dan sesungguhnya pada hari Kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa
dijauhkan dari neraka dan DIMASUKKAN KE DALAM SURGA, MAKA SUNGGUH IA TELAH
BERUNTUNG. Kehidupan dunia itu hanyalah kesenangan yang memperdayakan (Q.S
Ali Imran 185).
Dan sungguh cita cita tertinggi
seorang hamba adalah mendapat keberuntungan dengan ditempatkan Allah Ta’ala di
dalam surga-Nya. Lalu datang pertanyaan : Apa modal atau bekal seorang hamba untuk
bisa masuk ke surga ?.
Sungguh ini juga sudah dijelaskan
Allah yaitu MEMILIKI IMAN yaitu iman
yang MELAHIRKAN AMAL SHALIH. Allah berfirman
: “Wa basysyiril ladziina aamanuu wa
‘amilush shalihaati anna lahum jannatin tajrii min tahtihal anhaar” . Dan
sampaikanlah kabar gembira kepada orang orang yang beriman dan beramal shalih
bahwa untuk mereka (disediakan) surga surga yang mengalir dibawahnya sungai
sungai. (Q.S al Baqarah 25)
Mungkin diantara kita ada yang merasa kita telah memiliki iman dan kemudian
beramal shalih. Namun demikian mari kita periksa diri kita masing masing. Apakah kita sudah beriman dengan benar.
Sungguh Allah Ta’ala telah
menjelaskan tentang sifat sifat orang benar imannya yaitu sebagaimana
firman-Nya : “Sesungguhnya orang orang
yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hatinya
dan apabila dibacakan ayat ayat-Nya kepada mereka bertambah imannya dan haya
kepada Rabb mereka bertawakal. (yaitu) orang orang yang mendirikan shalat dan
yang menginfakkan sebagian dari rizki yang Kami berikan kepada mereka.
Mereka itulah orang orang yang benar benar beriman. Mereka akan memperoleh
derajat (tinggi) di sisi Rabb-nya dan ampunan serta rizki (nikmat) yang mulia”.
(Q.S al Anfal 2-4).
Syaikh as Sa’di salah seorang
diantara ulama besar Saudi Arabia yang ahli Tafsir, menjelaskan tentang ayat
ini :
Pertama : (Adalah mereka yang
apabila disebut nama Allah, gemetarlah hati mereka). Yakni takut kepada
Allah Ta’ala sehingga dia menahan dirinya dari yang haram karena bukti
ketakutan kepada Allah yang paling besar adalah mengendalikan pemilikinya dari
dosa dosa.
Kedua : (Apabila dibacakan
kepada merekan ayat ayat-Nya, bertambahlah iman mereka). Hal itu karena
mereka menyimaknya dengan baik dan menghadirkan hati untuk merenungkannya.
Dengan itu iman mereka bertambah, karena merenungkan termasuk perbuatan hati.
Dan juga karena mereka akan menemukan
makna yang baru yang sebelumnya belum mereka ketahui dan mengingatkan apa yang
telah mereka lupakan. Atau memunculkan keinginan dalam hati mereka kepada
kebaikan dan kerinduan kepada kemuliaan Allah. Atau memunculkan rasa takut
berbuat dosa dan (takut terhadap) adzab Allah yang semuanya itu menambah
keimanan.
Ketiga : (Dan kepada
Rabb-lah) semata tanpa sekutu bagi-Nya
(mereka bertawakal). Yakni mereka menyandarkan hati mereka kepada Allah
dalam mendatangkan kemashlahatan dan menolak kemudharatan, baik dalam urusan agama maupun duniawi. Mereka percaya
bahwa Allah Ta’ala akan melakukan itu. Dan tawakal adalah pendorong kepada
seluruh amal dimana amal itu tidak ada dan tidak sempurna tanpa tawakal.
Keempat : (Yaitu, orang yang
mendirikan shalat) yang fardhu dan
yang sunnah. Dengan amal amalnya yang lahir dan yang bathin seperti hadirnya
hati yang merupakan inti dan ruh shalat.
Kelima : (dan menafkahkan
dari sebagian rizki yang Kami berikan
kepada mereka), Yakni nafkah nafkah wajib seperti zakat, kafarat, nafkah
kepada istri, kerabat dan hamba sahaya serta nafkah sunnah seperti sedekah pada
jalan jalan kebaikan.
“Mereka itulah”, yang memiliki sifat yang disebutkan diatas adalah : “Orang yang beriman dengan sebenar
benarnya” karena mereka telah menggabungkan : (1) Antara Islam dan Iman.
(2) Antara amal lahir dan amal bathin. (3) Antara ilmu dan amal. (4) Antara hak
Allah dengan hak hamba hamba-Nya.
Kemudian Allah Ta’ala menyebutkan
pahala orang orang yang beriman dengan sebenar benarnya. Allah berfirman : “Mereka akan memperoleh beberapa derajat
ketinggian disisi Rabb mereka”. Yakni derajat yang tinggi sesuai dengan
ketinggian amal mereka dan “ampunan “ bagi dosa dosa mereka “serta
rizki (nikmat) yang mulia” yaitu apa
yang Allah sediakan untuk mereka di surga dari apa yang belum pernah terlihat
oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga dan belum pernah terlintas di
benak manusia.
Ini menunjukkan bahwa barangsiapa
yang tidak sampai pada derajat mereka dalam keimanan maka walaupun dia masuk
surga, namun dia tidak mendapatkan kemuliaan dari Allah (yaitu kemuliaan) yang
sempurna seperti yang mereka dapatkan. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).
Oleh karena itu seorang hamba akan
berusaha menjaga dan terus meningkatkan ketaatannya sehingga mencapai sifat
orang orang yang benar imannya. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua.
(943)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar