KESELAMATAN DAN PERLINDUNGAN
DENGAN BERSERAH DIRI
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Manusia adalah makhluk yang lemah, fakir, tak
memiliki apa apa. Sungguh kita sangat butuh dan bergantung kepada Allah Ta’ala.
Allah befirman : “Yaa aiyuhannaasu
antumul fuqaraa-u ilallahi, wa huwal ghaniyul hamiid”. Wahai manusia !.
Kamulah yang membutuhkan Allah dan Allah Dia-lah Yang Mahakaya (tidak
membutuhkan sesuatu), Maha Terpuji. (Q.S Fathir 15).
Segala sesuatu adalah milik Allah
Ta’ala. Tidak berserikat dengan apapun
dan siapapun. Allah telah berfirman tentang milik-Nya : “Lillahi mulkus samawaati wal ardhi wa maa fiihinna wa huwa ‘ala kulli
syai-in qadiir”. Milik Allah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di
dalamnya dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu (Q.S al Ma-idah 120).
Oleh karena itu tidak ada
keselamatan atau perlindungan bagi manusia kecuali bertawakal atau berserah diri kepada-Nya. Allah Ta’ala telah memerintahkan manusia
untuk berserah diri kepada-Nya. Allah berfirman : “Fa’buduhu wa tawakkal ‘alaihi, wa maa rabbuka bi ghaafilin ‘amma
ta’maluun” Maka sembahlah Dia dan
bertawakallah kepadaNya. Dan Rabbmu tidak akan lalai terhadap apa yang kamu
kerjakan.
(Q.S Huud 123)
“Wa tawakkal ‘alallahi wa kafa billahi wakiilaa”.Dan
bertawakallah kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai pemelihara. (Q.S al Ahzaab 3)
Ibnu Rajab al Hambali berkata : Seorang ulama
salaf menjelaskan tingginya kedudukan sifat ini (menyembah dan berserah diri
kepada-Nya, pen.) sebagai sebab yang besar untuk meraih keridhaan Allah dan kecukupan
dari-Nya. Beliau berkata : Cukuplah bagimu untuk melakukan tawasul (sebab yang
disyariatkan untuk mendekatkandiri kepada Allah dengan Dia mengetahui (adanya)
tawakal (penyandaran diri) yang benar kepada-Nya dalam hatimu. Berapa banyak
hamba-Nya yang mempasrahkan urusan kepada-Nya maka Dia pun mencukupi (segala)
keperluan hamba tersebut. (Jami’ul ‘Ulum wal Hikam).
Keadaan ini dijelaskan Allah Ta’ala
dalam makna firman-Nya surat ath Thalaq ayat 3 : “Waman
yatawakkal ‘alallahi fahuwa hasbuh. Innallaha baalighu amrihii, qad ja’alallahu
likulli syai-in qadraa”. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah,
niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah pasti
mewujudkan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan
bagi tiap tiap sesuatu.
Syaikh as Sa’di berkata : “Dan barang siapa yang bertawakal kepada
Allah” maknanya adalah (bertawakal) dalam urusan agama dan dunianya dengan
bergantung sepenuhnya kepada Allah Ta’ala dengan maksud untuk mendapatkan apa
apa yang bermanfaat dan menghindari apa apa yang mudharat serta percaya
sepenuhnya bahwa mereka akan diberi kemudahan. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).
Rasulullah Salallahu ‘alaihi
wasallam memperjelas makna ini dalam sabda beliau : Barangsiapa yang ketika keluar rumah membaca (dzikir) : Bismillahi tawakkaltu ‘alallahi, walaa
haula wala quwwwata illa billah (Dengan nama Allah aku berserah diri
kepada-Nya, dan tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan-Nya)
maka Malaikat akan berkata kepadanya,
(Sungguh) engkau telah diberi petunjuk (oleh Allah), dicukupkan (dalam segala
keperluanmu) dan dijaga (dari semua keburukan) sehingga syaithan pun tidak bisa
mendekatinya. Dan syaithan yang lain berkata kepada temannya; Bagaimana
(mungkin) kamu bisa (mencelakakan) seorang yang telah diberi petunjuk,
dicukupkan dan dijaga (oleh Allah). (H.R at Tirmidzi no. 3426 dan Abu Daud
no. 5095. Dishahihkan oleh Syaikh al Albani)
Tentang berserah diri ini, Imam
Ibnul Qayyim berkata : Tawakal (berserah diri dan bersandar) kepada Allah
adalah termasuk sebab yang paling kuat
untuk melindungi diri seorang hamba dari gangguan, kezhaliman dan permusuhan
orang lain yang tidak mampu dihadapinya sendiri. Allah akan memberikan
kecukupan bagi orang yang bertawakal kepada-Nya.
Barangsiapa yang telah diberi
kecukupan dan dijaga oleh Allah maka tidak ada harapan bagi musuh musuhnya
untuk bisa mencelakainya. Bahkan dia tidak akan ditimpa kesusahan kecuali
sesuatu yang mesti (dirasakan oleh semua makhluk) seperti panas, dingin, lapar dan
dahaga. Adapun gangguan yang diinginkan musuhnya maka selamanya tidak akan
menimpanya. Maka (jelas tidak) perbedaan antara gangguan yang secara kasat mata
menyakitinya merupakan kebaikan baginya (untuk menghapuskan dosa dosanya) dan
untuk menundukkan nafsunya dan gangguan
(dari musuh musuhnya) yang dihilangkan darinya. (Badai’ al Fawaid)
Oleh karena itu seorang hamba akan
selalu berusaha untuk melakukan berbagai kebaikan dengan berserah diri kepada
Allah Ta’ala agar memperoleh keselamatan dan perlindungan di dunia dan akhirat.
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (933)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar