MENJAGA
LISAN MENDATANGKAN KESELAMATAN
Oleh : Azwir B. Chaniago
Sungguh,
setiap kenikmatan
yang kita peroleh pasti akan ditanya dan dipertanggung jawabkan kelak dihadapan Allah. Allah
berfirman : Allah berfirman : “Tsumma la
tus-aluunna yauma idzin ‘aninn na-‘iim”. Kemudian kamu benar benar akan
ditanya pada hari itu, tentang kenikmatan (yang megah di dunia itu). Q.S at
Takaatsur 8.
Salah satu diantara demikian
banyak nikmat Allah yang kita peroleh adalah kemampuan berbicara atau
berkomunikasi dengan sesama. Sungguh
sangatlah sulit kehidupan kita ini sekiranya Allah tidak memberi kita nikmat
bisa berbicara.
Oleh
karena itu nikmat
lisan ini haruslah diterima dengan rasa
syukur diantaranya adalah dengan menjaga
dan menggunakan
nikmat itu sebagai sarana untuk mengabdikan
diri dan beribadah kepada Allah.
Ketahuilah
bahwa berdasarkan dalil dalil yang shahih maka seseorang yang selalu menjaga lisannya akan mendatangkan
kebaikan dan keselamatan baginya bagi di dunia maupun di akhirat kelak. Seseorang
yang menjaga lisannya tidak akan berkata kecuali perkataan yang baik, ucapan
yang haq, adil, dan jujur. Jika seseorang senantiasa menjaga lisannya, niscaya
Allah akan senantiasa membimbing dia pada perbuatan-perbuatan yang baik dan
mengampuninya sehingga selamatlah dirinya dari berbagai keburukan.
Diantara
kebaikan yang akan diperoleh seorang
hamba yang selalu menjaga lisannya adalah :
Pertama : Mendatangkan keselamatan.
Rasulullah
Salallahu ‘alaihi wasallam telah mengingatkan bahwa menjaga lidah merupakan kunci
keselamatan seorang hamba. Dari ‘Uqbah ibn ‘Amir, dia berkata, Aku bertanya :
‘Wahai Rasulullah, apakah sebab keselamatan ?. Beliau menjawab : “Kuasailah
lidahmu, hendaklah rumahmu luas bagimu, dan tangisilah kesalahanmu”. (H.R ImamTirmidzi).
Insya Allah
yang dimaksud disini adalah keselamatan di dunia dan keselamatan pula di
akhirat. Jadi berhati hatilah menjaga lisan karena bukankah kita sering menyaksikan orang orang jatuh kepada kehinaan
di dunia karena tidak mampu mengusai lisannya. Bahkan di akhirat kelak lisan
yang tidak terjaga bisa menjerumuskan seseorang kedalam neraka.
Kedua : Terlindung dari api neraka.
Orang-orang
yang selalu memelihara lisannya,
menggunakannya hanya untuk mendapatkan ridha Allah maka akan menjauhkannya dari
api neraka.Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda : “Jauhkanlah dirimu dari api neraka walaupun
hanya dengan sebutir kurma jika tidak mampu hendaknya dengan berbicara yang
baik.” (HR. Bukhari, Muslim).
Ketiga : Ada jaminan masuk surga.
Rasulullah
memberi jaminan surga bagi orang yang senantiasa menjaga lisannya, yaitu bagi
yang menggunakannya hanya untuk mengatakan kebaikan, mengucapkan kebenaran,
berdzikir dan berdoa dan kalimat kalimat yang baik. Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasalla bersabda
:“Siapa yang menjamin untukku apa yang
ada di antara dua rahangnya dan apa yang ada di antara dua kakinya, niscaya aku
menjamin surga baginya.” (H.R. Imam Bukhari).
Keempat : Allah
mengangkat derajatnya.
Sungguh lisan
yang terjaga akan mengangkat derajat
seorang hamba disisi. Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan
suatu kata yang Allah ridhai dalam keadaan tidak terpikirkan oleh benaknya,
tidak terbayang akibatnya, dan tidak menyangka kata tersebut berakibat sesuatu,
ternyata dengan kata tersebut Allah
mengangkatnya beberapa derajat.
Dan sungguh seorang hamba mengucapkan suatu kata yang Allah murkai
dalam keadaan tidak terpikirkan oleh benaknya, tidak terbayang akibatnya, dan
tidak menyangka kata tersebut berakibat sesuatu ternyata karenanya Allah
melemparkannya ke dalam neraka Jahannam.” (H.R
Imam Bukhari).
Sungguh
Rasulullah telah mengingatkan kita agar berbicara yang baik atau diam. Rasulullah salallahu
alaihi wassalam bersabda: “Man kana yu’minu billahi wal yaumil akhiri fal yaqul
khairan au liyasmut”. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka
hendaklah dia berkata yang baik atau diam. (H.R. Bukhari dan Muslim, dari Abu
Hurairah).
Imam an Nawawi berkata : Apabila salah seorang dari
kalian hendak berbicara dan pembicaraan tersebut benar-benar baik dan
berpahala, baik dalam membicarakan yang wajib maupun sunnah, silahkan ia
mengatakannya. Jika belum jelas baginya, apakah perkataan itu baik dan
berpahala atau perkataan itu tampak samar baginya antara haram, makruh dan
mubah, hendaknya dia tidak mengucapkannya.
Berdasarkan hal ini, maka perkataan yang mubah tetap
dianjurkan untuk ditingggalkan dan disunnahkan menahan diri untuk tidak
mengatakannya, karena khawatir akan terjerumus kepada perkataan yang haram dan
makruh. Inilah yang sering terjadi (Syarah Shahih Muslim)
Oleh
karena itu seorang hamba yang benar imannya akan selalu menjaga lisannya. Dia
tidak berkata kecuali yang baik dan bermanfaat dalam timbangan syariat.
Insya
Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (944)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar