HAMBA ALLAH
GEMBIRA MENERIMA
PERINTAH DAN LARANGAN
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Pada saat nenek moyang kita, Nabi Adam ‘alaihissalam diturunkan ke bumi,
Allah berfirman : “Kami berfirman : Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika
datang petunjuk-Ku kepadamu maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku,
niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih
hati".Q.S al
Baqarah 38).
Setelah Nabi Adam bersama istrinya
Hawa berada di bumi maka mereka
dianugerahi Allah berupa keturunan yang
banyak sampai dengan masa kita ini dan insya Allah sampai hari Kiamat.
Untuk keselamatan para keturunan
Nabi Adam ini, ternyata Allah Ta’ala benar benar menurunkan banyak
petunjuk-Nya. Terakhir adalah berupa kitab yaitu al Qur an yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad Salallahu ‘alaihi Wasallam sebagai pedoman hidup manusia
agar selamat di dunia dan di akhirat.
Namun amatlah disayangkan bahwa pada
zaman kita ini ternyata semakin banyak jenis manusia yang suka mempertanyakan
tentang perintah dan larangan serta berbagai ketetapan Allah yang diturunkan
melalui Rasul-Nya.
Diantara perintah dan larangan
berupa ketetapan atau peraturan yang Allah turunkan dan dipertanyakan oleh sebagian manusia adalah :
(1) Kenapa banyak ayat ayat dan kisah kisah dalam al Qur an yang diulang ulang.
(2) Kenapa Allah tidak adil dalam pembagian waris seperti anak laki laki
mendapat dua bagian dari anak perempuan. (3) Kenapa Allah kejam dalam menghukum
seperti hukum rajam bagi pezina dan potong tangan bagi pencuri.
Sungguh apa yang mereka pertanyakan
itu menunjukkan dengan sangat nyata tentang
kelakuan buruk mereka yaitu tidak
beradab kepada Allah Ta’ala.
Na’udzubillahi min dzaalik.
Bahkan yang lebih celaka lagi adalah
mereka yang bukan sekedar bertanya tapi malah punya pikiran dan keinginan yang
bathil yaitu untuk merevisi al Qur an yang katanya untuk disesuaikan dengan
kebutuhan zaman. Seolah olah mereka
lebih tahu dengan kebutuhan zaman. Sungguh Allah Yang Maha Mengetahui.
Orang yang mempertanyakan hukum
atau peraturan Allah pada hakikatnya adalah orang yang dungu kenapa : (1)
Karena dia lupa bahwa Allah yang menciptakan manusia dan tentu Allah yang Maha
Mengetahui aturan aturan terbaik bagi keselamatan manusia. (2) Seolah olah mereka tidak
tahu bahwa dirinya makhluk (yang
diciptakan) dan Allah Ta’ala adalah Khaliq Maha Pencipta termasuk sebagai
pencipta diri mereka, pemberi rizki dan berbagai nikmat buat mereka. (3) Orang
ini mungkin seperti anak kecil yang sedang sakit. Karena tidak mengerti lalu
menolak untuk minum obat pada hal obat itu baik baginya.
Ketahuilah bahwa manusialah yang akan ditanya
tentang apa yang telah mereka lakukan di bumi. Allah berfirman : “Laa
yus-aluu ‘ammaa yaf’alu wa hum yus-aluun”. Dia (Allah) tidak ditanya
tentang apa yang dikerjakan tetapi merekalah yang akan ditanya. (Q.S al Anbiyaa’ 23).
Padahal semestinya seorang hamba haruslah
bergembira jika berhadapan dengan syari’at, hukum ataupun ketetapan
Allah. Ketahuilah bahwa hukum Allah itu adalah berupa perintah dan larangan.
Jika ada perintah maka pasti disitu ada kebaikan, dan jika ada larangan maka
pasti disitu ada mudharat bagi manusia.
Manfaat dan mudharat itu bisa ada yang sudah diketahui
sebagiannya, belum diketahui atau tidak diketahui sama sekali karena
keterbatasan ilmu yang ada pada manusia. “Wamaa uutiitum minal ‘ilmi illaa
qaliilaa” Sedangkan kamu diberi pengetahuan yang sedikit. (Q.S al Israa’
85).
Jadi pantaslah orang
orang mukmin bergembira dengan datangnya
perintah dan larangan Allah karena semua
hukum dan ketetapan Allah adalah untuk kebaikan manusia di dunia maupun di
akhirat. Dan kegembiraan seorang mukmin akan tampak jika mereka berhadapan
dengan hukum-hukum Allah maka mereka langsung mengambil posisi sami’na wa
atha’na, kami dengar dan kami patuhi.
Allah berfirman : “Qul
bifadhlillahi wa bi rakhmatihi fa bidzaalika falyafrahuu, huwa khairun mimmaa
yajma’uun.” Katakanlah (Muhammad), dengan karunia Allah dan rakhmat Nya,
hendaknya dengan itu mereka bergembira. Itu lebih baik daripada apa yang mereka
kumpulkan. (Q.S Yunus 58).
Para ulama menjelaskan
bahwa ayat ini merupakan dalil yang mewajibkan untuk menghadirkan kegembiraan
dalam hati seorang hamba jika berhadapan
dengan syari’at atau ketetapan Allah.
Selanjutnya para ahli Tafsir menjelaskan bahwa makna karunia
dalam ayat ini bukanlah harta atau perhiasan dunia tetapi maknanya adalah iman.
Sedangkan rakhmat disini maknanya adalah al Qur’an. Ini
antara lain sebagai mana yang dijelaskan oleh ahli Tafsir yaitu Imam Mujahid,
murid Ibnu Abbas.
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam.
(926)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar