NABI DIBERI MUKJIZAT SESUAI KEBUTUHAN KAUMNYA
Oleh : Azwir B. Chaniago
Dahulu nenek moyang kita Adam dan Hawa berada di surga lalu
Allah turunkan ke bumi. Allah berfirman :
“Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku
kepadamu, Maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada
kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati". (Q.S
al Baqarah 38).
Petunjuk itu adalah berupa wahyu dari Allah melalui Nabi dan
Rasul yang diutus-Nya. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Allah Ta’ala telah mengutus Nabi dan Rasul
dalam jumlah yang banyak sebagaimana yang dikehendaki-Nya. Menurut hadits yang diriwayatkan oleh at
Tirmidzi, jumlah Nabi adalah 124.000
orang, sedangkan jumlah Rasul ada 312 orang. Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam ketika ditanya tentang jumlah para nabi,
beliau bersabda : “(Jumlah para nabi itu) adalah seratus dua puluh empat ribu
(124.000) nabi.” “Lalu berapa jumlah Rasul di antara mereka ?” Beliau menjawab,
“Tiga ratus dua belas (312)”
Petunjuk terakhir adalah berupa kitab yaitu al Qur an yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad Salallahu ‘alaihi Wasallam sebagai Rasul
terakhir.
Untuk memudahkan dan memperkuat dakwahnya maka para Nabi dan
Rasul diberi Allah Ta’ala berbagai kelebihan bahkan ada yang diberi banyak
mukjizat. Sungguh mukjizat mukjizat itu disesuaikan
Allah Ta’ala dengan keadaan dan kebutuhan kaum yang akan didakwahi, diantaranya
adalah :
Pertama : Mukjizat Nabi
Musa ‘Alaihissalam.
Salah satu mukjizat Nabi Musa sesuai dengan kondisi umat pada
masa itu, yang kebanyakan dari mereka adalah tukang sihir yang lihai.
Karenanya, Allah Ta’ala mengutus Musa dengan beberapa tanda kemampuan yang
menarik pandangan mata dan menundukkan musuh musuhnya.
Dikisahkan bahwa Nabi Musa datang kepada para tukang sihir
Fir’aun dan menasehati mereka sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya : “Musa berkata kepada mereka (para penyihir)
: Celakalah kamu !. Janganlah kamu mengada adakan kebohongan terhadap Allah,
nanti Dia membinasakan kamu dengan adzab. Dan sungguh rugi orang orang yang
mengada adakan kebohongan. (Q.S
Thaha 61).
Kemudian para ahli sihir Fir’aun berhimpun dan datang dengan
berbaris baris. “Maka kumpulkanlah segala
tipu daya (sihir) kamu kemudian datanglah dengan berbaris. Dan sungguh
beruntung orang yang menang pada hari ini. (Q.S Thaha 64)
Setelah tukang sihir
ini datang dalam waktu bersamaan dan berkumpul, masing masing saling mengajak untuk maju
karena Fir’aun menjajikan dan memberikan berbagai harapan kepada mereka. Mereka
berkata kepada Musa apakah engkau yang akan melempar lebih dahulu atau kami ?.
Lalu Musa menjawab : Silahkan kalian melemparkan (lebih dahulu). Ini dijelaskan
dalam Allah dalam firman-Nya : “Mereka
berkata : Wahai Musa !. Apakah engkau yang melemparkan (lebih dahulu) atau kami
yang lebih dahulu melemparkan ?.
Dia (Musa) berkata :
Silahkan kamu melemparkan !. Maka tiba tiba tali tali dan tongkat tongkat
mereka terbayang olehnya (Musa) seakan akan merayap cepat karena sihir mereka.
Musa merasa takut dalam hatinya. Kami berfirman : Jangan takut !. Sungguh
engkaulah yang unggul (menang). Dan lemparkanlah apa yang ada ditangan kananmu.
Niscaya ia akan menelan apa yang mereka buat. Apa yang mereka buat hanyalah
tipu daya penyihir (belaka). Dan tidak akan menang pesihir itu dari mana pun
mereka datang. (Q.S Thaha 65-69).
Dalam surat al A’raf disebutkan pula bahwa Allah Ta’ala
mewahyukan kepada Musa untuk melemparkan tongkatnya yaitu firman-Nya : “Dan kami wahyukan kepada Musa. Lemparkanlah
tongkatmu !. Maka tiba tiba ia menelan (habis) semua kepalsuan mereka. Maka
terbuktilah kebenaran dan segala yang mereka kerjakan jadi sia sia. Maka mereka
dikalahkan di tempat itu dan jadilah mereka orang orang yang hina. Dan para
penyihir itu serta merta menjatuhkan diri dengan bersujud. Mereka berkata :
Kami beriman kepada Rabb seluruh alam. (yaitu) Rabb Musa dan Harun. (Q.S al
A’raf 117-122).
Setelah dilemparkan ternyata tongkat Nabi Musa menjadi ular yang besar dan memakan semua tali
temali dan tongkat mereka. Akhirnya para tukang sihir Fir’aun tercengang
dan benar benar bingung. Mereka
tersungkur dan bersujud. Kemudian dengan suara lantang mereka mengatakan kepada
semua yang hadir tanpa rasa takut sedikitpun kepada ancaman Fir’aun. Mereka para
tukang sihir berkata sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya : “ …. Aamannaa bi rabbi haruuna wa muusaa”. Kami
beriman kepada Rabb semesta alam, yaitu Rabb Harun dan Musa. (Q.S Thaha 70).
Kedua : Mukjizat Nabi
‘Isa ‘Alaihissalam.
Begitu pula halnya dengan ‘Isa putera Maryam yang diutus pada
zaman (banyaknya) orang orang yang ahli di bidang pengobatan yaitu sebagai
tabib. Allah Ta’ala mengutusnya dengan dibekali pula dengan berbagai macam
mukjizat untuk mampu mengobati berbagai penyakit yang tidak dapat dilakukan
oleh para tabib saat itu.
Nabi Isa diberi
mukjizat diantaranya mampu menyembuhkan orang yang buta semenjak
kandungan ibunya sementara keadaannya itu lebih parah dari orang buta. Dan juga
penyakit kusta dan penyakit kronis lainnya bahkan menghidupkan orang yang telah
mati. Itu semua merupakan mukjizat dan kebenaran Nabi Isa dan sekali gus
sebagai bukti kekuasaan Dzat yang telah mengutusnya. Mukjizat mukjizat ini
telah memperkuat dakwah Nabi Isa.
Ketiga : Mukjizat Nabi
Muhammad Salallahu ‘Alaihi Wasallam.
Nabi Muhammad Salallahu ‘Alaihi Wasallam diutus sebagai
Rasulullah pada saat orang orang kafir Quraisy sangat menguasai ilmu bahasa,
sastra dan keahlian membuat syair.
Bahkan para ahli syair sangat dihargai. Juga ada lomba membuat syair dan
syair syair terbaik mendapat kesempatan untuk ditempelkan di Ka’bah.
Lalu Allah menurunkan al Qur an yang agung kepada Rasulullah
sebagai mukjizat terbesar bagi beliau. Al Qur an memiliki bahasa yang sangat
sempurna, sangat indah sehingga membuat kagum para ahli ahli syair kafir
Quraisy. Ada diantara mereka yang mengatakan ayat ayat al Qur an itu bukan
syair (ya pasti bukan syair). Lafazh al Qur an menurut mereka
sangat tinggi dan tidak sebanding
dengan kalimat syair syair yang terbaik sekalipun yang pernah mereka buat.
Lafazh al Qur an yang begitu hebat merupakan salah satu hujjah kekuatan untuk
mendakwahi mereka.
Bahkan lafazh al Qur an itu mengandung mukjizat yang
menantang setiap makhluk baik jin maupun manusia untuk membuat yang semisal
dengannya. Dan dapat dipastikan mereka meskipun ahli bahasa dan ahli syair lalu
berkumpul dan saling tolong menolong untuk membuatnya mereka tidak akan bisa
dan pasti tidak bisa.
Allah berfirman : “Fain
lam taf’aluu a lan taf’aluu…”. Dan jika kalian tidak mampu membuatnya dan
(pasti) tidak mampu (membuatnya) ….Q.S al Baqarah 24.
Yang demikian itu tidak lain karena ia merupakan firman Allah
Maha Pencipta dan Maha Perkasa lagi Mahamulia. Allah Yang Mahatinggi, yang
tidak ada sesuatu yang menyamai-Nya baik dalam Dzat, sifat maupun perbuatan.
(Lihat Kitab Qishashul Anbiyaa’, Imam Ibnu Katsir).
Itulah sebagian mukjizat para Nabi yang diturunkan Allah
Ta’ala sesuai dengan keadaan kaum yang akan didakwahi oleh para Nabiyullah.
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (945)