PERSELISIHAN ADALAH RAHMAT ??
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Sangat sering kita mendengar
perkataan sebagian manusia bahwa perselisihan diantara umat adalah rahmat. Ada
pula yang meyebut bukan perselisihan tapi perbedaan pendapat diantara umat
adalah rahmat. Hakikat dari perselisihan dan perbedaan pendapat adalah sama.
Paling tidak jika pendapat telah berbeda lama lama jadi perselisihan.
Apa iya perselisihan adalah rahmat ?. Orang orang yang menyebutkan ungkapan ini,
katanya bersandar kepada (hadits ?) : “Ikhtilaafu
ummatii rahmah” Perselisihan di antara umatku rahmat.
Imam as Subki mengatakan : Hadits
tersebut tidak dikenal di kalangan ahli hadits dan sayapun tidak menjumpai
sanadnya yang shahih, dha’if (lemah) ataupun maudhu’ (palsu).
Syaikh Zakaria al Anshari berkata :
Dari segi maknanya terasa sangat aneh dan menyalahi apa yang diketahui oleh
ulama peneliti hadits.
Syaikh Ibnu Hazm berkata : Ini
bukan hadits. Barangkali ini termasuk sederetan ucapan yang paling merusak dan
membawa bencana. Bila perselisihan dan pertentangan itu merupakan rahmat
pastilah kesepakatan dan kerukunan itu merupakan laknat.
Syaikh Muhammad Nashiruddin al
Albani berkata : Hadits ini tidak ada sumbernya. Para ahli hadits telah mencari
asal usul dan meneliti serta menelusuri
sanadnya tapi tidak menemukannya.
Ungkapan : Perselisihan di antara
umatku adalah rahmat, andaikata ada yang mengatakan itu adalah hadits maka itu
bertentangan dengan al Qur-an al Karim. Sebab ada ayat tentang larangan
berselisih dalam agama. Dan tentu tidaklah mungkin sebuah hadits akan
bertentangan dengan al Qur-an.
Diantara ayat yang menjelaskan
larangan berselisih adalah :
Pertama : “Wa laa tanaaza’uu fa taftsaluu wa tadzhaba riihukum”. Dan janganlah kamu berselisih yang menyebabkan
kamu menjadi gentar dan kekuatanmu hilang. (Q.S al Anfal 46).
Kedua : “Dan janganlah kamu termasuk orang orang yang mempersekutukan Allah
yaitu orang orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa
golongan. Setiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan
mereka. (Q.S ar Ruum 31-32).
Ketiga : “Wa laa yazaaluuna mukhtalifiin. Illa man rahima rabbuka”. Tetapi mereka senantiasa berselisih (pendapat)
kecuali orang yang diberi rahmat oleh Rabb-mu. (Q.S Huud 118-119).
Syaikh al Albani berkata : Jika
orang yang diberi rahmat oleh Rabb-mu saja tidak berselisih tetapi yang
berselisih itu adalah orang orang yang berbuat kebatilan. Lalu apakah masuk
akal perselisihan itu menjadi rahmat. ?.
Dengan demikian terbuktilah, kata
Syaikh al Albani, bahwa hadits tersebut tidak shahih baik dari sisi sanad
maupun matannya. Jika demikian maka
sangat jelas sekali bahwa tidak boleh menjadikan hadits tersebut sebagai
syubhat yang menghalangi seseorang sehingga tidak mengamalkan Kitabullah dan as
Sunnah. (Lihat Kitab Sifat Shalat Nabi dan Silsilah hadits Dha’if dan Maudhu’ Syaikh
al Albani).
Insya Allah ada manfaatnya bagi
kita semua. Wallahu A’lam (888)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar