KERUGIAN BESAR JIKA BERAMAL DENGAN
RIYA’
Oleh : Azwir B. Chaniago
Muqaddimah.
Tidak ada khilaf atau perbedaan
pendapat dikalangan ulama dari dahulu sampai sekarang, bahwa ada dua syarat
diterimanya amal ibadah yaitu harus
dilakukan dengan : (1) Ikhlas karena
Allah Ta’ala saja dan (2) Mutaaba’ah yaitu
mengikuti apa yang diajarkan dan dicontoh oleh Rasulullah Salallahu ‘alaihi
wasallam.
Oleh sebab itu seorang hamba akan
selalu beramal dengan memenuhi dua syarat ini. Namun demikian ketahuilah bahwa
amal seseorang bisa rusak bahkan hancur tak berbekas jika disusupi oleh suatu
penyakit yaitu sifat riya’.
Apa yang dimaksud dengan riya ?
Secara bahasa riya bermakna
memperlihatkan kepada orang lain sesuatu yang berbeda dengan yang ada
padanya. Menurut istilah maka para ulama
memberikan definisi yang berbeda beda, namun intinya sama yaitu : Seorang hamba
melakukan ibadah yang seharusnya untuk
mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala tetapi dia tidak meniatkannya
untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala bahkan untuk tujuan duniawi.
Imam al Qurthubi berkata : Hakikat
riya’ adalah mencari apa yang ada di dunia dengan ibadah, asalnya mencari
kedudukan di hati manusia. (Tafsir al Qurthubi).
Al Hafizh Ibnu Hajar Ashqalani
berkata : Riya’ adalah menampakkan ibadah karena niat dilihat manusia lalu
mereka akan memuji pelaku ibadah tersebut. (Fathul Bari).
Beramal dengan riya’ mendatangkan kerugian besar.
Riya’ adalah suatu penyakit yang
sangat ditakuti oleh seorang hamba karena akan merusak bahkan mendatangkan
kerugian besar bagi seseorang yang telah melakukan amal shalih. Diantaranya adalah sebagaimana disebutkan dalam al Qur an dan as Sunnah
berikut ini :
Pertama : Menghilangkan nilai pahala.
Ketahuilah
bahwa perbuatan riya’ akan menghilangkan nilai pahala dari amal shalih yang
dilakukan seseorang. Allah Ta’ala berfirman :
“Wahai orang-orang yang beriman !. Janganlah kamu menghilangkan (pahala)
sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima),
seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia
tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu
seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan
lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun
dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang kafir”. (Q.S al Baqarah 264).
Rasulullah
bersabda : “Qaalalallahu tabaaraka wa
ta’ala anaa aghnasy syurakaa-i ‘anisy syirki man ‘amila ‘amalan asyraka fiihi
ma’ii ghairii taraktuhu wa syirkahu”. Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman :
Aku paling tidak membutuhkan sekutu. Barangsiapa beramal dengan suatu amalan,
dia menyekutukan selain Aku bersama-Ku pada amalan itu Aku tinggalkan dia dan
sekutunya. (H.R Imam Muslim).
Kedua : Pertama kali diadili dan dilemparkan ke
neraka adalah orang riya’
Sungguh
Rasulullah telah mengingatkan tertang kerugian besar bagi orang orang yang
riya’ dalam beramal. Merekalah yang
pertama kali akan diadili dan dilemparkan ke dalam neraka.
Rasulullah
bersabda : Dari Abu Hurairah, dia berkata, aku mendengar Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya manusia pertama kali yang akan
diputuskan (pengadilannya) pada hari Kiamat adalah seorang laki laki yang mati syahid. Dia didatangkan, Allah menyebutkan
nikmat nikmat-Nya kepadanya dan dia mengakuinya.
Allah bertanya : Apa yang telah engkau
lakukan dengan nikmat nikmat-Ku itu ?. Dia menjawab : Aku berperang untuk-Mu
sehingga aku mati syahid. Allah berkata : Engkau dusta. Tetapi engkau berperang
agar dikatakan seorang pemberani dan dahulu (di dunia) telah dikatakan. Lalu
diperintahkan mengenai orang tersebut , kemudiaan dia diseret di atas wajahnya
sehingga dilemparkan ke dalam neraka.
Dan seorang laki laki yang mempelajari ilmu dan mengajarkannya. Dia membaca
al Qur an. Dia didatangkan, Allah menyebutkan nikmat nikmat-Nya kepadanya dan
dia mengakuinya.
Allah bertanya : Apa yang telah engkau
lakukan dengan nikmat nikmat-Ku itu ?. Dia menjawab : Aku mempelajari ilmu dan
mengajarkannya dan aku membaca al Qur an untuk-Mu. Allah berkata : Engkau
dusta. Tetapi engkau mempelajari ilmu agar dikatakan seorang yang ‘alim, engkau
membaca al Qur an agar dikatakan seorang qaari dan dahulu (di dunia) telah dikatakan. Lalu
diperintahkan mengenai orang tersebut kemudian dia diseret di atas wajahnya
sehingga dilemparkan ke dalam neraka.
Dan seorang laki laki yang Allah
luaskan rizkinya dan Allah juga memberikan berbagai macam harta benda. Dia
didatangkan, Allah menyebutkan nikmat nikmat-Nya kepadanya dan dia mengakuinya.
Allah bertanya : Apa yang telah engkau
lakukan dengan nikmat nikmat-Ku itu ?. Dia menjawab : Aku tidak meninggalkan
satu jalanpun yang Engkau menyukai infaq padanya kecuali aku berinfaq padanya
untuk-Mu. Allah berkata : Engkau dusta. Tetapi engkau melakukannya agar
dikatakan dermawan dan dahulu (di dunia) telah dikatakan. Lalu diperintahkan
mengenai orang tersebut kemudian dia diseret di atas wajahnya sehingga
dilemparkan ke dalam neraka.
Ketiga : Memiliki sifat munafik.
Seorang
hamba yang melakukan ibadah karena riya’ bukan karena Allah Ta’ala adalah
seperti orang munafik. Mereka shalat
bersama orang banyak dengan tujuan untuk diketahui orang banyak tapi jika
mereka bersendirian dia meninggalkan shalat.
Allah
berfirman : “Sesungguhnya orang orang
munafik itu menipu Allah dan Allah membalas tipu daya mereka. Dan apabila
mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya’ (dengan shalat) dihadapan manusia. Dan
tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. (Q.S an Nisa’ 142).
Selain
itu Allah Ta’ala mengingatkan tentang
kecelakaan bagi orang yang lalai dari shalatnya dan berbuat riya’. Allah
berfirman : “Maka kecelakaanlah bagi
orang orang yang shalat (yaitu) orang orang yang lalai dari shalatnya, orang
yang berbuat riya’ dan enggan (menolong dengan) barang berguna” (Q.S al
Ma’un 4-7).
Oleh
karena itu maka seorang hamba akan selalu berusaha membersihkan dirinya dari
sifat riya’ disetiap keadaan terutama sekali dalam melakukan amal shalih. Insya
Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (893).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar