Rabu, 28 Desember 2016

BERTAKWALAH DIMANAPUN ENGKAU BERADA



BERTAKWALAH DI MANAPUN ENGKAU BERADA

Oleh : Azwir B. Chaniago

Secara bahasa kata takwa bermakna menjaga diri atau berhati hati. Membuat perisai antara diri kita dengan yang  ditakuti, karena ada kekhawatiran dan ketakutan kita terhadap sesuatu, sehingga terhindar dari yang kita takuti itu.

Ibnu Mas’ud berkata bahwa makna takwa yaitu hendaklah Allah ditaati tidak dimaksiati, diingat tidak dilupakan dan disyukuri tidak diingkari. 

Abu Hurairah ditanya oleh seseorang tentang takwa. Dijawab  : Apakah engkau pernah melewati jalan yang penuh onak dan duri. Orang itu menjawab : Ya pernah.  Abu Hurairah bertanya lagi : Lalu apa yang engkau lakukan?. Orang itu  menjawab : Jika aku melihat duri aku menghindar, melewati atau aku berhati-hati darinya. Abu Hurairah berkata : Itulah makna takwa (Jamiul ulum wal Hikam).

Seorang Tabi’in yaitu Thalq bin Habib berkata: Apabila terjadi fitnah (ujian), padamkanlah fitnah itu dengan takwa. Orang-orang bertanya :  Apakah takwa itu ? Thalq menjawab : Takwa adalah engkau melakukan ketaatan kepada Allah berdasarkan cahaya dari Allah karena mengharap pahala dari-Nya. Dan engkau meninggalkan segala bentuk kemaksiatan kepada-Nya berdasarkan cahaya dari-Nya karena takut terhadap siksa-Nya. (Ibnul Mubarak, dalam Kitab az Zuhd).

Para ulama mengatakan bahwa ini adalah sebaik-baik makna atau definisi takwa. Ketahuilah bahwa yang dimaksud dengan cahaya Allah dalam makna ini adalah Iman dan Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan as Sunnah yang shahih berdasarkan pemahaman salafush shalih.

Imam Ibnul Qayyim berkata : Hakikat takwa ialah melakukan ketaatan kepada Allah dilandasi keimanan dan mengharapkan pahalanya karena ada perintah dan larangan sehingga seseorang melakukan perintah dengan mengimani Dzat yang memerintah dan membenarkan janjinya. Dan ia meninggalkan apa yang Allah larang baginya dengan mengimani Dzat yang melarangnya dan takut terhadap ancamannya.

Lalu dimana seseorang harus bertakwa. Apakah di masjid,   di majlis taklim atau pada acara kegiatan keagamaan saja. Sungguh tidak demikian, tetapi takwa itu tidak boleh tidak harus menyertai diri seorang hamba dimanapun dia berada.

Bukankah Rasulullah bersabda: Ittaqillah haitsuma kunta”.  Bertakwalah kepada Allah dimanapun engkau berada. (H.R  Imam at Tirmidzi).

Maksudnya adalah bertakwa kepada Allah disaat sepi maupun ramai. Ketika dilihat manusia ataupun tidak. Ketahuilah bahwa bertakwa dikala ramai lebih mudah daripada bertakwa disaat sendirian.
 
Bahkan Allah Ta’ala mengingatkan agar janganlah seorang hamba menemui kematian kecuali dalam keadaan bertakwa. Allah berfirman :  “Yaa aiyuhal ladziina aamanut taqullah haqqa tuqatihii walaa tamuutunna illa wa antum muslimuun. Wahai orang orang yang beriman !. Bertakwalah kepada Allah sebenar benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim. (Q.S Ali Imran 102).

Oleh karena itu seorang hamba akan selalu berusaha menjaga takwa agar selalu ada dalam dirinya. Sungguh surga yang menjadi cita cita tertinggi dari seorang hamba hanya disediakan buat orang orang yang bertakwa. 

Allah berfirman : Allah berfirman : : “Wa saari’u ila maghfiratin min rabbikum wa jannatin ‘ardhuhaa samaawaatu wal ardhu u’iddat lil muttaqiin” ” Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Rabbmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang orang yang bertakwa.  (Q.S Ali Imran 133).

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (908).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar