APAKAH SEMUA KESALAHAN MANUSIA HARUS DIMAAFKAN ??
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Muqaddimah.
Salah satu akhlak mulia yang
diajarkan dalam syariat Islam adalah suka memaafkan kesalahan orang lain.
Bukankah sebagai manusia biasa kita juga sering berbuat salah kepada seseorang
dan mengharapkan kesalahan kita dimaafkan.
Sungguh memaafkan adalah suatu
sikap yang mulia dari seorang hamba dan Allah akan menambah kemuliaannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : Wa laman shabara inna dzaalika lamin ‘azmil umuur”. Tetapi barang siapa bersabar dan memaafkan, sunguh itu termasuk perbuatan yang mulia. (Q.S. asy Syura 43).
Rasulullah
Salallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda : ..., Wama zadallahu ‘abdan bi’afwin illa ‘izza. Wama nawadha’a ahadun
lillahi illa rafa’ahullah) .... Allah tidak
akan menambah untuk seorang hamba karena maafnya (suka memaafkan) kecuali kemuliaan. Dan tidaklah seorang merendahkan hatinya kecuali Allah
akan meninggikan (derajat) nya. (H.R. Imam Muslim).
Keutamaan memaafkan.
Sangatlah beberapa ayat al Quran dan
juga hadits Nabi yang menyebutkan keutamaan bagi orang yang suka memaafkan.
Diantaranya adalah :
Pertama : Akan senantiasa memperoleh ampunan Allah.
Setiap saat, seorang hamba memohon
ampunan kepada Allah Ta’ala akan kesalahan kesalahan yang dilakukannya. Dia
sangat berharap agar Allah Ta’ala mengampuni semua kesalahannya. Diantara cara untuk mendapatkan ampunan Allah
adalah dengan senantiasa memaafkan kesalahan orang lain.
Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman. : “Wal ya’fuu
wal yashfahuu, alaa tuhibbuuna an yagfirallau lakum, wallahu ghafuurur rahiim”.
Dan hendaklah
mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu.
Allah Maha Pengampun Maha Penyayang. (Q.S. an Nur 22)
Kedua : Allah
menjamin pahala baginya.
Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman : “Wa jazaa-u
saiyiatin saiyiatun mitsluhaa, fa man ‘afaa wa ashlaha fa ajruhuu ‘alallahi,
innahuu laa yuhibbuzh zhaalimiin”.
Dan balasan suatu
kejahatan adalah yang setimpal dengan kejahatan, tetapi barang siapa yang
memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang menzhaliminya) maka pahalanya dari Allah. Sungguh Dia tidak menyukai orang orang zhalim. (Q.S asy Syura 40).
Tentang ayat ini, Imam Ibnu Katsir
berkata : Semua itu (yaitu memaafkan dan berbuat baik) tidaklah akan sia sia disisi
Allah.
Tentang makna memaafkan.
Diantara makna memaafkan adalah engkau mempunyai hak untuk
membalas terhadap orang lain yang menzhalimi dirimu tetapi engkau melepaskan
(hakmu itu), tidak menuntut qishash atau denda kepadamya (Minhajul Qashidin,
Imam Ibnu Qudamah).
Orang bijak berkata bahwa implementasi dari memaafkan itu
adalah engkau senantiasa, terus menerus mengosongkan hatimu dari
semua kesalahan orang lain kepadamu. Ini
sebenarnya mudah dilakukan jika engkau menyadari dan juga sangat mengharapkan maaf dari orang yang pernah engkau zhalimi.
Imam Raghib Ashbahani berkata : Suka memaafkan adalah bagian
dari sikap santun. Orang yang santun adalah ketika dizhalimi dia bersikap
santun dan ketika dia mampu membalasnya dia malah memaafkan.
Rasulullah sangat pemaaf.
Pertama
: Kisah seorang Arab Badui buang air
kecil di masjid.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu,
beliau berkata : Seorang Arab Badui pernah memasuki masjid, lantas dia buang
air kecil di salah satu sisi masjid.
Lalu para sahabat menghardik orang ini. Namun Nabi shallallahu alaihi wa sallam
melarang tindakan para sahabat tersebut. Tatkala orang tadi telah menyelesaikan
hajatnya, Nabi shallallahu alaihi wa sallam lantas memerintahkan para sahabat
untuk mengambil air, kemudian bekas kencing itu pun disirami. (H.R Imam
Bukhari dan Imam Muslim)
Atas kejadian ini para sahabat memang
geram dan menghardik Badui ini. Tetapi Rasulullah bersikap santun dan memberi nasehat
dengan arif kepada orang Badui ini. Beliau bersabda : “Sesungguhnya Masjid
adalah tempat beribadah kepada Allah dan bukanlah tempat membuang kotoran. (H.R
Imam Muslim).
Kedua
: Kisah seorang pemuda minta izin berzina.
Dalam sebuah
hadits yang cukup panjang disebutkan
bahwa Abu Umamah berkata : Sesungguhnya
seorang pemuda datang kepada Nabi seraya
berkata : “Ya Rasulullah, izin aku
berzina”.
Maka para sahabat
berpaling kepada pemuda ini sambil menahannya, dan berkata: “Jangan, jangan (janganlah kamu berkata seperti itu). Maka beliau bersabda
: “Bawa pemuda itu mendekat denganku”. Maka pemuda itu telah
mendekat kepada Rasulullah.
Ternyata setelah
pemuda ini mendekat, Rasulullah tidak
memarahinya. Rasulullah mengajukan beberapa pertanyaan yang mendidik dan memberi nasehat bahkan mendoakan pemuda
ini dengan doa yang sangat baik.
Abu Umamah
berkata: Maka Rasulullah meletakkan
tangannya di atas tubuh pemuda itu, lalu berdoa: “Allahhummaghfir zanbahu, wa thahir qalbahu wa hassin farjahu”. Ya
Allah ampunkanlah dosanya, sucikanlah hatinya (dari memikirkan sesuatu
maksiat), dan jagalah kemaluannya (dari melakukan zina)
Semenjak itu, dengan doa Rasulullah, pemuda tersebut
tidak lagi condong untuk melakukan maksiat. (H.R Imam Ahmad, dishahihkan oleh Syaikh al-Albani. Kitab Silsilah Hadits Shahih).
Rasulullah tidak memaafkan kesalahan semua orang.
Pada
bulan Ramadhan tahun ke 8 Hijriah Rasulullah dengan 10.000 pasukan kaum
muslimin dari Madinah memasuki kota
Makkah tanpa perlawanan dari kafir Quraisy. Beliau masuk kota Makkah dengan tetap menundukkan kepala sambil membaca
firman Allah: “Inna fatahnaa fathan
mubiiinaa”.Sesungguhnya kami
memberikan kepadamu kemenangan yang nyata. (Q.S al Fath 1)
Lalu
beliau mengumumkan kepada penduduk Makkah :“Siapa yang masuk masjid maka dia
aman, siapa yang masuk rumah Abu Sufyan maka dia aman, siapa yang masuk
rumahnya dan menutup pintunya maka dia aman.”
Jadi
meskipun sudah menguasai kota Makkah beliau memaafkan kafir Quraisy yang ada di
Makkah. Pada hal dahulu sebelum hijrah ke Madinah kafir Quraisy telah menghina,
mencerca bahkan akan membunuh beliau sampai akhirnya beliau selamat dengan
berhijrah ke Madinah.
Tapi ketahuilah bahwa ada saatnya
Rasulullah tidak memberi maaf kepada orang yang sudah keterlaluan dalam
memusuhi Islam. Didalam Kitab ar Rahiq al Makhtum, yang ditulis oleh Dr. Syaikh
Shafiyurrahman al Mubarakfury disebutkan bahwa
pada hari Fathul Makkah Rasulullah mengumumkan untuk mengeksekusi 9 orang musuh
Islam di Makkah yang dianggap penjahat kelas kakap. Mereka tidak dimaafkan. Diantaranya
adalah :
(1) Abdul Uzza bin Khathal. Kesalahannya adalah
menyuruh dua budak perempuannya untuk bernyanyi dengan kalimat yang menghina
dan mencerca Rasulullah yaitu sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah. Pada saat
Fathul Makkah Ibnu Khathal bersembunyi di kain penutup Ka’bah. Lalu Rasulullah
memerintahkan seorang sahabat membunuhnya.
(2) Miqyas in Shuhabah dibunuh oleh
Numailah bin Abdullah. Kesalahannya adalah dulu dia sudah masuk Islam lalu
murtad dan pernah membunuh seorang sahabat Anshar.
(3) Al Harits bin Naufal dibunuh oleh Ali bin Abi
Thalib. Kesalahannya adalah sebelum Nabi hijrah Ibnu Naufal ini paling keras gangguannya kepada Rasulullah
dalam berdakwah pada awal awal Islam di Makkah.
(4) Ikrimah bin Abu Jahal juga akan
dieksekusi tapi dia sempat melarikan diri ke Yaman. Beberapa tahun kemudian
baru kembali ke Makkah karena istrinya memohon kepada Nabi agar diberi
perlindungan dan dia masuk Islam. Kesalahannya antara lain dia salah satu panglima perang kafir Quraisy di perang
Uhud yang sempat mengalahkan pasukan Islam.
(5) Arnab budak perempuan Ibnu
Khathal juga dibunuh karena dia adalah biduan yang selalu bernyanyi dengan lirik yang menghina dan
mencerca Rasulullah.
Memang pada saat Fathul Makkah Nabi
memaafkan seluruh penduduk Makkah dan
tidak memaksa mereka masuk Islam kecuali dengan kemauan sendiri. Namun
demikian ada orang orang kafir
Quraisy yang dianggap mempunyai
kesalahan besar lalu beliau perintahkan untuk dieksekusi mati, diantaranya 5
orang sebagaimana disebutkan diatas.
Kesimpulan dan penutup.
Sungguh Islam sangat menganjurkan
umatnya untuk menjadi pemaaf. Tetapi dalam beberapa kasus Rasulullah telah memberi contoh untuk tidak
memberi maaf kepada orang orang tertentu yang dianggap telah melakukan
kesalahan besar terhadap Rasulullah dan dakwah Islam.
Ketahuilah bahwa apa yang
diperintahkan dan dikatakan Nabi
bukanlah datang dari hawa nafsu beliau tapi dengan petunjuk dari Allah Ta’ala. Allah berfirman : “Wa maa yantiqu ‘anil hawaa. In huwa illaa wahyun yuuhaa”. Dan
tidaklah yang diucapkannya itu menurut
keinginannya. Tidak lain (al Qur-an itu) adalah wahyu yang diwahyukan
(kepadanya) Q.S an Najm 3-4.
Jadi ada kesalahan seseorang yang sangat dianjurkan untuk dimaafkan dan
ternyata ada pula yang tidak mungkin dimaafkan sebagaimana Nabi telah melakukan
yang demikian.
Insya Allah ada manfaatnya bagi
kita semua. Wallahu A’lam. (892)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar