KEKELIRUAN PANDANGAN SYI’AH TERHADAP
AS SUNNAH ATAU HADITS NABI
Oleh : Azwir B. Chaniago
Diantara keyakinan
bathil dari orang orang Syi’ah adalah pandangan mereka yang keliru berat
terhadap as Sunnah atau Hadits Nabi. As Sunnah menurut Ahlussunnah adalah segala perkataan,
perbuatan dan persetujuan yang disandarkan kepada Rasulullah Salallahu ‘alahi wasallam.
Sementara itu, mereka Syi’ah
mengatakan bahwa mereka juga
berhujjah dengan as Sunnah.
Tapi ternyata terminologi
mereka terhadap as Sunnah
berbeda sangat jauh dengan makna as Sunnah menurut Ahlussunnah.
Terhadap as Sunnah atau hadits
Rasulullah, Syi’ah membatasi riwayat yang melalui ahlilbait saja.
Adapun riwayat sahabat yang hidup bersama Rasulullah, bahkan berperang bersama
Rasulullah, menyaksikan turunnya al Qur’an mengetahui asbabun nuzulnya dan
memberikan tafsirnya, mendapat pujian dari Allah dan Allah ridha kepadanya,
tidak dianggap sama sekali.
Ulama Syi’ah Muhammad Husen Alu Kasyif Ghitha’
berkata : Syi’ah tidak menganggap sunnah (hadits) kecuali yang shahih melalui
ahlulbait. Adapun yang diriwayatkan semisal oleh Abu Hurairah, Samurah bin
Jundub (Abu Dzar, pen.) Amr bin ‘Ash dan semisal mereka, menurut Syi’ah Imamiah
kedudukan mereka itu sama dengan nyamuk (Kitab Ashlu Syi’ah wa ushuliha).
Sunnah menurut Syi’ah adalah
semua yang berasal dari al ma’sum, berupa ucapan, perbuatan dan persetujuan
(Kitab al Ushul amanah). Dan yang dimaksud al mak’sum adalah para imam 12. Bila
diucapkan oleh imam mereka meskipun tidak dari Rasulullah dianggap sebagai
sunnah bahkan bisa disebut sebagai firman Allah.
Disebutkan dalam al Kaafi bahwa
Ja’far ash Shadiq (Imam ke 6 Syi’ah, meninggal tahun 146 H, pen.) berkata :
“Telah menceritakan kepadaku, hadits bapakku, hadits bapakku adalah hadits
kakekku. Hadits kakekku adalah hadits al Husain. Hadits al Husain adalah adalah
hadits al Hasan. Hadits al Hasan adalah hadits Amirul Mukminin (Ali bin Abi
Thalib). Hadits Amirul Mukminin adalah hadits Rasulullah dan hadits beliau adalah
firman Allah. Dengan demikian berarti kedudukan ucapan dan perbuatan imam yang
12 selevel dengan Sunnah Rasul bahkan dianggap selevel dengan Kalamullah.
Dalam kitab Syi’ah Syarh
Jami’ ‘ala al Kaafi, disebutkan bahwa tidak berselisih antara ucapan mereka,
sama halnya dengan firman Allah, tidak ada perselisihan didalamnya.
Juga dalam Kitab Syi’ah Syarh al Jami’
disebutkan : “Dibolehkan bagi orang yang mendengar sebuah hadits dari Abu
Abdillah untuk meriwayatkan hadits atau perkataan tersebut kepada salah satu
kakeknya bahkan boleh mengatakan Allah Ta’ala berfirman”. Sungguh disinilah
salah satu puncak kelancangan mereka terhadap Allah dan RasulNya.
Landasan keyakinan mereka yang rusak dan bathil ini adalah :
Pertama : Mereka beranggapan bahwa ilmu para
Imam adalah dari ilham dan wahyu.
Disebutkan dalam al Kaafi bahwa
ilmu para Imam disusupkan kehati mereka yang disebut dengan ilham. Cara lain
adalah imam mendengar langsung dari al Malik, meskipun mereka tidak melihat
yang berkata. Dan juga Malaikat mendatangi
mereka, menginjak permadani mereka dan mereka melihat Malaikat. (Biharul Anwar)
Kedua : Mereka
beranggapan bahwa Imam Syi’ah memiliki ilmu Syari’at tersembunyi.
Masih dalam al Kaafi disebutkan
dari Musa bin Ja’far (Imam ke 7), bahwa puncak ilmu kami tiga, yaitu ilmu
madhi, ghabir dan hadits. Dijelaskan dalam Kitab Syarh al Kaafi bahwa ilmu madhi adalah
setiap yang ditafsirkan dari Nabi. Ghabir adalah ilmu yang ditulis oleh Imam
Ali bin Abi Thalib. Ilmu hadits adalah yang didapat (para Imam mereka, pen.) langsung dari Allah tanpa perantara.
Tentang ilmu hadits yang mereka
katakan didapat langsung dari Allah berarti sama dengan wahyu. Sungguh kita
tidak tahu dimana mereka akan menyembunyikan kebohongan ini, bahwa Imam mereka
mendapat ilmu langsung dari Allah. Kita berlindung kepada Allah dari perkataan yang lancang seperti ini.
Nah, kalau pandangan Syi’ah
terhadap as Sunnah seperti itu dan telah menyimpang sangat jauh dari ajaran
Rasulullah, maka masih pantaskah mereka
disebut sebagai bagian dari Islam.
Penjelasan tentang pandangan dan penyimpangan Syi’ah terhadap
al Qur an dan as Sunnah diambil atau dikutip dari buku buku mereka. Bisa
dikatakan penyimpangan pandangan terhadap al Qur an dan as Sunnah adalah keluar
dari mulut mereka sendiri.
Semoga Allah murka atas kebohongan dan kekeliruan
pandangan mereka terhadap as Sunnah. (912)