MENJAGA
DIRI DARI HARTA YANG HARAM
Oleh : Azwir B. Chaniago
Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan : Bahwa ayahnya, Abu Bakar ash-Shiddiq radliallahu ‘anhu memiliki seorang budak yang setiap hari
memberikan setoran (berupa harta atau
makanan) kepada Abu Bakar radliallahu
‘anhu. Beliau memakan harta atau
makanan dari budak tersebut.
Suatu
hari (sebagaimana biasa) budak tersebut membawa sesuatu (makanan), maka Abu
Bakar ash Shiddiq memakannya.
Lalu budak itu berkata kepada beliau: Apakah anda mengetahui apa yang anda
makan ini ?. Abu Bakar ash Shiddiq balik bertanya : Makanan ini (dari mana) ?.
Budak itu menceritakan : Dahulu di jaman Jahiliyah, aku pernah melakukan
praktek perdukunan untuk seseorang (yang datang kepadaku) padahal aku tidak
bisa melakukannya. Sebenarnya aku hanya
menipu orang tersebut.
Kemudian
aku bertemu orang tersebut, lalu dia memberikan (hadiah) kepadaku berupa
makanan yang anda makanan ini. Setelah mendengar pengakuan budaknya itu Abu
Bakar segera memasukkan jari tangan beliau ke mulut, lalu beliau memuntahkan
semua makanan dalam perut beliau”. (H.R Imam Bukhari)
Kisah
ini menggambarkan (betapa) hebatnya ketakwaan dan keimanan Abu Bakar
ash-Shiddiq. Beliau sangat berhati-hati dalam menjaga anggota badan beliau dari
mengkonsunmsi makanan yang tidak halal, dan inilah aplikasi dari sifat wara’ yang sebenarnya.
(Lihat Bahjatun Nadzirin)
Kalau
kita perhatikan sebagian manusia di zaman ini banyak yang tidak berusaha
menjaga diri dari harta ataupun makanan yang haram. Sungguh Allah Ta’ala telah
mengingatkan dalam firman-Nya : “Wahai
sekalian manusia, makanlah yang halalagi baik dari apa yang terdapat di bumi
dan janganlah kamu mengikuti langkah langkah syaithan, karena sesungguhnya
syaithan itu adalah musuh yang nyata bagimu” (Q.S al Baqarah 168).
Di
zaman sekarang ada diantara manusia yang berkomentar : Sekarang ini mencari yang
haram saja susah apalagi mencari yang halal. Jika ditimbang dengan ukuran
syariat maka komentar seperti ini tentu tidak terpuji bahkan sangat batil. Seolah
olah mereka tidak yakin dengan rizki yang telah disediakan Allah bagi setiap
makhluk termasuk dirinya.
Pada
hal Allah berfirman : “Wa maa min daabbatin fil ardhi illaa
‘alallahi rizquhaa” Dan tidak satu
pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rizkinya. (Q.S Huud 6).
Syaikh as Sa’di antara lain
menafsirkan ayat ini bahwa semua
(makhluk) yang merayap dimuka bumi baik
manusia, binatang didaratan atau dilautan maka Allah telah menjamin rizki dan
makan mereka. Rizki mereka menjadi kewajiban Allah. Semuanya diliputi oleh ilmu
Allah dicatat oleh pena-Nya.
Berlaku padanya
kehendak Allah dan manusia tetap harus
yakin kepada Allah
yang menjamin rizkinya. (Tafsir Taisir
Karimir Rahman).
Oleh
karena itu, maka tidaklah pantas bagi seorang hamba khawatir dengan rizkinya
sehingga dia terjatuh kepada sumber rizki yang haram. Seorang yang beriman wajiblah
baginya mencari harta halal meskipun
harta yang haram terkadang menggoda dirinya.
Ketahuilah
bahwa harta yang haram tidak akan pernah bisa mendatangkan kenyamanan dan
kebaikan sedikitpun bagi kehidupan seorang hamba. Perhatikanlah beberapa pesan
Rasulullah, diantaranya :
Pertama
: Rasulullah Salalllahu ‘alahi
Wasallam bersabda : “Ketahuilah bahwa suapan haram jika masuk ke dalam perut salah seorang
dari kalian, maka amalannya tidak diterima selama 40 hari.” (H.R
at-Thabrani).
Kedua
: Sa’ad bin Abi Waqash bertanya kepada Rasulullan, Ya Rasulullah, doakan saya
kepada Allah agar doa saya terkabul.” Rasulullah bersabda : “Wahai Sa’ad, perbaikilah makananmu, maka
doamu akan terkabulkan.” (HR at-Thabrani).
Ketiga : Disebutkan juga dalam hadis bahwa Rasulullah bersabda :
“Seorang lelaki melakukan perjalanan jauh, rambutnya kusut, mukanya
berdebu, menengadahkan kedua tangannya ke langit dan mengatakan, “Wahai Rabbku!
Wahai Rabbku!” Padahal makanannya haram dan mulutnya disuapkan dengan yang
haram, maka bagaimanakah akan diterima doa itu?” (H.R Imam Muslim).
Keempat : Rasulullah
bersabda : “Tidaklah tumbuh daging dari
makanan haram, kecuali neraka lebih utama untuknya.”. (H.R at Tirmidzi).
Dalam
satu riwayat disebutkan bahwa pada saat Imam Ahmad ditanya tentang
apa yang harus dilakukan agar hati mudah menerima kesabaran, maka beliau
menjawab : “Dengan memakan makanan halal.” (Thabaqat al Hanabilah).
Insya
Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (712)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar