HILANGNYA
SEMANGAT BERIBADAH SETELAH RAMADHAN
Oleh : Azwir B. Chaniago
Syaikh
Abdul Aziz as Sadhan dalam Kitabnya Tentang Shaum, menyebutkan enam kelompok
manusia menghadapi Ramadhan. Satu
diantaranya adalah kelompok yang (seolah olah) tidak mengenal Allah kecuali
pada bulan Ramadhan.
Beliau
lebih lanjut menjelaskan bahwa bila Ramadhan datang maka mereka yang termasuk
kelompok ini akan ikut puasa, ruku’ dan sujud serta melakukan ibadah lainnya
bersama orang banyak. Tapi setelah Ramadhan berlalu mereka kembali pada kondisi
mereka sebelum Ramadhan. Tidak lagi ruku’ dan sujud atau beribadah yang
lainnya. Mereka kembali kepada kebiasaan sebelumnya.
Ketahuilah
bahwa kelompok manusia seperti ini bukan hanya ada pada dewasa ini. Bahkan pada
zaman Imam Ahmad bin Hambal juga sudah ada. Sampai sampai Imam Ahmad
berkomentar tentang mereka. Imam Ahmad berkata : Mereka adalah seburuk
buruk kaum lantaran (mereka seolah olah)
tidak mengenal Allah kecuali pada bulan Ramadhan.
Kelompok
ini perlu diingatkan bahwa sesungguhnya nikmat Allah yang dia peroleh dan dia
butuhkan bukan pada bulan Ramadhan saja tapi setiap detik dari umurnya. Dan
tentu sangatlah tidak pantas kalau bersyukur dan mengingat Allah hanya pada
bulan Ramadhan saja, demikian uraian Syaikh as Sadhan.
Kalau
kita perhatikan semangat beribadah dari
sebagian besar kaum muslimin setelah Ramadhan
ternyata memang kendor. Jadi apa yang dikatakan Syaikh as Sadhan memang ada
benarnya. Lihatlah faktanya di masyarakat kita, diantaranya dapat kita saksikan
:
Pertama : Bukankah setelah Ramadhan sangat banyak
orang Islam yang tidak lagi melakukan shalat malam. Pada hal selama Ramadhan
kita telah menjadi orang orang yang rajin menegakkan shalat taraweh. Adalah
sangat terpuji jika kebiasaan shalat taraweh (shalat malam di bulan Ramadhan) diganti
dengan shalat lail di luar ramadhan.
Ketahuilah
bahwa shalat ini menjadi kebiasaan orang
orang shalih dari dahulu hingga sekarang. Mereka dengan sungguh sungguh dan
istiqamah melaksanakannya karena ingin mendapat kemuliaan dan keutamaannya yang
banyak. Rasulullah bersabda : … Wa afdhalush shalaati ba’dal faridhati
shalaatul laili” … Dan sebaik baik shalat setelah shalat fardhu adalah shalat
malam. (H.R Imam Muslim).
Ingatlah
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mencela orang yang dahulu rajin shalat malam, namun
kemudian ia meninggalkannya.
Dari
‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu
‘anhuma, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam berkata padaku :
“Yaa ‘abdullah, laa takun mitla fulaanin, kaana yaquumul lailil laila fa taraka
qiyaam”. Wahai ‘Abdullah,
janganlah engkau seperti si Fulan. Dulu dia biasa mengerjakan shalat malam,
namun sekarang dia tidak mengerjakannya lagi.” (H.R Imam Bukhari).
Kedua : Bukankah puasa sunnah tidak dikerjakan lagi
oleh sebagian besar umat Islam setelah Ramadhan. Pada hal selama Ramadhan
mereka begitu bersemangatnya melaksanakan puasa. Praktek puasa selama sebulan
penuh seolah olah tidak bisa memberi dampak yang baik untuk bisa melakukan
puasa sunnah pada bulan berikutnya, meskipun tiga atau lima hari saja dalam
sebulan.
Sangatlah
banyak jenis puasa sunnah. Salah satu puasa yang bisa dilakukan adalah puasa
enam hari di bulan Syawal. Dari Abu Ayyub Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Man shaama ramadhaana tsumma atba’ahu sittan min syawwaalin kaana
kashiyaamid dahri” Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian
berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.
(H.R Imam Muslim).
Juga
merupakan keutamaan puasa adalah : Mendapat perisai sebagai benteng terhadap api
neraka. Rasulullah bersabda : Ash shiyamu junnatun yastahjinnu bihal ‘abdu
minnaar. Puasa merupakan perisai yang digunakan seorang hamba untuk
membentengi diri dari neraka (H.R Imam Ahmad).
Oleh karena itu tentulah merugi orang
orang yang meninggalkan puasa sunnah setelah ramadhan.
Ketiga
: Bukankah setelah Ramadhan sebagian besar umat Islam telah lalai dalam
membaca, mentadaburi dan mempelajari makna ayat ayat al Qur-an. Ini adalah
fakta.
Memang Ramadhan disebut juga sebagai bulan al
Qur-an. Sehingga selama ramadhan umat Islam sepertinya
berlomba membaca dan mempelajari al Qur an. Bahkan ada yang sempat
mengkhatamkan beberapa kali. Ketahuilah
bahwa al Qur-an diturunkan sebagai petunjuk bagi manusia tidaklah untuk dibaca
dan dipelajari pada bulan Ramadhan saja tapi pada setiap waktu dan keadaan.
Rasulullah pernah mengadu kepada Allah
tentang kaumnya yang lalai terhadap al Qur an yaitu sebagaimana disebut dalam
surat al Furqan 30 : “Wa qaalar rasuulu
yaa rabbi inna qaumiit takhdzuu haadzaal qur-aana mahjuuraa”. Wahai Rabbku, sesungguhnya kaumku menjadikan
al Qur-an ini sesuatu yang tidak diacuhkan.
Sungguh membaca al Qur an mendatangkan
manfaat yang sangat banyak bagi pembacanya, diantaranya :
(1) Mendapat syafaat di akhirat kelak.
Rasulullah bersabda : Rasulullah bersabda
: “Aqraul qur’ana
fainnahu yakti yaumal qiyamati syafi’an li ashhabih.” Bacalah Al-Qur’an karena
sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat untuk memberi syafa’at kepada
sahabatnya. (H.R. Muslim, dari Abu Umamah).
Para
ulama menjelaskan bahwa makna sahabatnya dalam hadits ini adalah orang
membacanya, mentadaburi dan mengamalkannya.
(2)
Mendapat sepuluh pahala dari setiap huruf yang dibaca. Rasulullah bersabda
: Rasulullah bersabda : “Man qara-a harfan min kitaabillah falahu
bihi hasanatun. Wal hasanatun bi’asyri amtsalihaa. Laa aquulu “aliflammim”
harfun. Walakin alifun harfun, wa laamun harfun wa miimmun harfun” .Barang
siapa yang membaca satu huruf dari Kitab Allah, maka baginya satu kebaikan, dan
setiap kebaikan dibalas dengan sepuluh kebaikan. Aku tidak mengatakan Alif Lam
Mim satu huruf, akan tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf dan Mim satu huruf.
(H.R Imam at Tirmidzi).
Perhatikanlah
saudaraku, berapa banyak huruf yang ada dalam setiap ayat, setiap surat dan
setiap juz dari al Qur an. Diantara surat yang pendek dalam al Qur an adalah
surat al Kautsar yang terdiri dari 42 huruf. Untuk membacanya membutuhkan waktu
hanya kira kira 13 detik dan mendatangkan 420 pahala. Kemudiaan surat al
Ikhlas. Surat ini terdiri dari 47 huruf dan untuk membacanya butuh waktu kira
kira 15 detik. Ini akan mendatangkan 470 pahala bagi yang membacanya. Lalu
bagaimana dengan membaca surat surat
yang lebih panjang. Tentu akan mendatangkan pahala yang lebih banyak
lagi.
Keempat : Ini fakta yang
lebih memprihatinkan lagi. Bukankah sehabis Ramadhan masjid masjid menjadi
sepi. Sebagian orang sudah jarang ke masjid. Mereka lebih banyak disibukkan
oleh urusan harta dunia dan segala perhiasannya. Shalat berjamaah sering
dilalaikan. Pada hal Allah dan Rasul-Nya telah memerintahkan orang beriman
untuk melakukan shalat berjamaah.
Allah
berfirman : “Wa aqimush shalata wa aatuz zakaata war ka’u ma’ar raaki’in. Dan
dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukuklah bersama orang yang rukuk.
(Q.S al Baqarah 43).
Imam
Ibnu Katsir menjelaskan tentang ayat ini bahwa : Hendaklah kalian bersama orang
orang beriman dalam berbagai perbuatan mereka yang terbaik. Dan yang paling
utama dan sempurna dari semua itu adalah shalat. Dan banyak ulama yang
menjadikan ayat ini sebagai dalil bagi diwajibkannya shalat berjamaah.
Syaikh
Abdurrahman bin Nashir as Sa’di dalam
kita Tafsirnya menjelaskan : “Dan rukuklah bersama orang yang
rukuk” maksudnya shalatlah bersama
orang orang yang shalat. Dalam hal ini ada suatu perintah untuk
shalat berjamaah dan kewajibannya.
Ketahuilah
bahwa sungguh Rasulullah senantiasa shalat berjamaah di masjid bersama para
sahabat. Dan kita sebagai pengikut beliau haruslah berusaha dengan sungguh
sungguh untuk melazimkannya pula
sebagaimana yang dicontohkan beliau dan para sahabat serta orang orang shalih
sesudahnya.
Dalam
sebuah riwayat disebutkan : “Inna Rasulullahi shalallahu ‘alaihi wasallam
‘allamnaa sunanul huda, wa inna min sunanil huda shalata fil masjidil ladzi
yuadzdzanu fiih.” (Dari Ibnu Mas’ud)
Sesungguhnya Rasulullahi salallahu ‘alaihi wasallam telah mengajarkan kepada
kami jalan-jalan petunjuk. Dan diantara jalan jalan petunjuk itu adalah shalat
di masjid yang dikumandangkan adzan didalamnya. (H.R Muslim).
Itulah
beberapa fakta tentang semangat sebagian manusia yang mulai kendor setelah
Ramadhan. Ketahuilah saudaraku bahwa Rabb kita di bulan Ramadhan dan di luar
Ramadhan adalah Rabb yang satu. Nikmat dan rizki yang diberikan Allah kepada
kita datang terus menerus apakah bulan Ramadhan atau bulan selainnya. Oleh
sebab itu tidaklah pas kalau semangat kita beribadah hanya di bulan Ramadhan
saja dan bulan yang lain kita abaikan.
Ketahuilah
bahwa kewajiban beribadah tidaklah pernah gugur terhadap seorang mukallaf yakni
semenjak dia baligh sampai ajal menjemputnya. Allah berfirman : Wa’bud rabbaka hattaa ya’tiyakal yaqiin”. Dan
beribadahlah kepada Rabb-mu sampai
datang kepadamu yang diyakini, yaitu ajal. (Q.S al Hijr 99).
Insya
Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (736)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar