KENAPA
MEREKA MASIH ENGGAN BERJILBAB
Oleh : Azwir B. Chaniago
Wanita Muslim diperintahkan Allah Ta’ala
untuk menutup auratnya. Perintah ini sangatlah jelas dan tegas disebutkan dalam
al Qur-an.
Pertama : Surat an Nuur 31. “Dan
katakanlah kepada para perempuan yang beriman agar mereka menjaga pandangannya
dan memelihara kemaluannya. Dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya)
kecuali yang biasa terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke
dadanya”.
Kedua : Surat al Ahzaab 59. “Wahai Nabi !. Katakanlah kepada istri
istrimu, anak anak perempuanmu dan isteri isteri orang Mukmin hendaklah mereka
mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka
lebih mudah untuk dikenal sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang”.
Kalau
kita perhatikan masyarakat muslim di negeri kita dan kita bandingkan dengan keadaan
25 atau 30 tahun yang lalu ternyata pemakaian jilbab atau menutup aurat bagi
muslimah saat ini semakin populer. Bukan hanya di acara acara kajian tapi
dimana mana sangatlah banyak muslimah yang jilbaban. Di kantor, di sekolah, di
Universitas, bahkan di mall atau dipasar. Ini tentu membanggakan bagi kaum
muslimin umumnya.
Namun
demikian saat ini masih ada muslimah yang belum memperhatikan perintah Allah
untuk menutup aurat mereka. Kalau kita mencoba menilik alasan alasan yang
keluar dari mulut mereka kenapa masih enggan berjilbab ternyata banyak yang
mengemukakan alasan yang lemah dan sepele. Bahkan diantaranya terkesan menyebut
alasan yang dicari cari.
Kunci
paling utama sebenarnya adalah rendahnya tingkat iman dan ilmu mereka terhadap
agamanya. Jika seseorang memiliki iman yang kuat dan tahu ilmu yang benar
tentang syariat tentu dia akan sami’naa
wa atha’naa, kami dengar dan kami taat, karena menutup aurat adalah
perintah Allah Ta’ala.
Mari
kita lihat apa saja alasan mereka yang belum mau berjilbab, diantaranya adalah
:
Pertama : Jilbab kan pakaian wanita
Arab dan saya bukan wanita Arab lalu
kenapa harus ikut ikutan.
Ketahuilah
bahwa sebelum turun perintah menutup aurat
ternyata pemakaian jilbab ataupun hijab tidaklah sesuatu yang masyhur
dikalangan wanita Arab. Kalaupun ada sebagiannya yang berjilbab tapi jilbab
mereka tidaklah memenuhi syarat sebagai penutup aurat sebagaimana yang
diperintahkan Allah Ta’ala kepada kaum mukminah.
Imam Ibnu
Katsir juga mengatakan : Perempuan pada
zaman Jahiliyah biasa melewati laki-laki dengan keadaan dada terbuka, tanpa ada selimut sedikitpun.
Bahkan kadang-kadang mereka memperlihatkan lehernya untuk memperlihatkan semua
perhiasannya.
Imam
Zarkasyi memberikan komentarnya mengenai keberadaan perempuan pada masa
jahiliyah : Mereka mengenakan pakaian yang membuka leher dan bagian dadanya,
sehingga tampak jelas seluruh leher dan urat-uratnya serta anggota sekitarnya.
Mereka juga menjulurkan kerudungnya ke arah belakang, sehingga bagian muka
tetap terbuka. Oleh karena itu, maka segera diperintahkan untuk mengulurkan
kerudung di bagian depan agar bisa menutup dada mereka.
Ketika ayat dalam surat al Ahdzab 59 turun,
para wanita muslimah bersegera menutupi kepala mereka. Mereka yang tidak
memiliki penutup kepala merobek kain sarung untuk digunakan sebagai penutup
kepala. Ini membuktikan bahwa sebelum ayat
ini turun, menutup kepala bukanlah merupakan budaya yang umum di kalangan
wanita Arab ketika itu.
Dari
penjelasan ini dapat diketahui bahwa wanita Arab Jahiliyah umumnya tidak
berjilbab karena bukan kebiasaan atau budaya mereka sedangkan muslimah dari turunan
bangsa manapun, dimanapun diperintahkan Allah Ta’ala untuk berjilbab termasuk
menutupkan kain kerudungnya ke dadanya.
Kedua : Dalam berpakaian saya tidak mau diatur atau dikendalikan
orang lain.
Ketahuilah
wahai muslimah, saat ini hampir semua model pakaian wanita langsung atau tidak
langsung ternyata diatur atau
dikendalikan orang lain. Bukankah model pakaian wanita kebanyakan diatur
(mengikuti) trend di televisi, artis, sinetron, majalah fashion serta para
model dan iklan busana wanita.
Nah kalau
semua ini telah mengatur model dan cara
berpakaian kebanyakan wanita maka tidak pas kalau ada yang mengatakan
bahwa saya tidak mau diatur orang lain dalam urusan pakaian. Lalu
bagaimana menjelaskan dan mempertanggung
jawabkannya, sekiranya mau diatur manusia dalam cara berpakaian tetapi tidak
mau diatur oleh Allah yang Mahatahu segala kebaikan bagi manusia.
Ketiga : Kalau pakai jilbab maka lapangan kerja buat semakin
sempit bahkan ada perusahaan yang mensyaratkan tidak berjilbab.
Iya memang
ada yang mensyaratkan demikian tapi tidak semua. Bahkan ada perusahaan atau lembaga yang mensyaratkan karyawatinya
harus berjilbab yang syar’i. Ketahuilah bahwa rizki itu bukan dari perusahaan
atau lembaga tempat kerja. Sungguh rizki itu seluruhnya dari Allah Ta’ala.
Rizki adalah nikmat Allah dan semuanya datang dari Allah Ta’ala.
Bukankah
Allah berfirman : “Wamaa bikum min
ni’matin fa minallahi” Dan segala nikmat yang ada padamu
(datangnya) dari Allah. (Q.S an Nahl 53).
Dan
Allah juga berfirman : “Wama min daabbtin fil ardhi illa ‘alallahi
rizquhaa”. Dan tidak satupun makhluk bergerak (bernyawa) dibumi melainkan
semuanya dijamin Allah rizkinya (Q.S Hud 6).
Kalau
Allah Ta’ala yang menyediakan berbagai nikmat dan menjamin rizki lalu apalagi
yang perlu dicemaskan. Memang ada yang perlu dicemaskan oleh seorang hamba
yaitu kalau Allah tidak ridha kepadanya karena dia tidak patuh kepada
perintah-Nya.
Keempat : Saya merasa risih berjilbab,
belum siap, belum berpengalaman.
Memang
demikian kenyataan. Jika seseorang baru berjilbab dan merubah penampilan akan
berasa risih di awalnya. Risih tersebut terkadang perasaan sementara. Jika sudah
terbiasa tidak ada masalah. Kenapa harus risih, semestinya merasa senang dan
bersyukur kepada Allah karena telah
diberi hidayah untuk menutup aurat, memenuhi perintah-Nya.
Kalau
dikatakan merasa belum siap mungkin ada benarnya. Ketahuilah dalam banyak hal
kita sering merasa belum siap dan jelas tak punya pengalaman. Namun demikian
jika seseorang bersungguh sungguh untuk melakukan kebaikan semua yang sulit
akan menjadi mudah. Insya Allah.
Kelima : Saya memang tidak selalu berjilbab, tapi untuk menghadiri
acara yang Islami saya selalu jilbaban.
Ini anti
(engkau) sudah melangkah kepada kebaikan. Tinggal bagaimana membiasakan menutup
aurat pada setiap keadaan bukan hanya pada acara acara tertentu. Memulai memang
terkadang sulit tapi kalau sudah dimulai meskipun belum terus menerus maka
lebih mudah untuk istiqamah.
Lalu
bagaimana caranya agar bisa istiqamah dalam menutup aurat, bukan pada event
tertentu saja. Caranya mudah. Ikhlaskan niat menutup aurat itu karena mencari
ridha Allah maka Allah akan menolong anti (engkau) untuk istiqamah. Sekiranya
berjilbab bukan karena memenuhi perintah Allah, tapi karena tidak enak sama
orang orang maka sulit untuk bisa jilbaban terus menerus.
Ketahuilah
bahwa perintah menutup aurat atau berjilbab yang ada pada dua ayat diatas,
tidak ada menyebutkan atau mengecualikan untuk acara acara tertentu saja tapi
pada setiap keadaan.
Keenam : Saya mau jilbaban tapi bagaimana ya, bisa jadi nggak ada
yang mau menikah dengan saya.
Ketahuilah
bahwa ratusan juta orang berjilbab dan ternyata mereka mendapat suami
sebagaimana yang tidak jilbaban. Bahkan di zaman ini banyak laki laki yang
mensyaratkan berjilbab kepada calon istrinya.
Lalu datang
lagi alasan, kalau saya jilbaban bisa jadi calon suami saya tidak suka. Jika
calon suami tidak suka karena alasan berjilbab itu berarti dia tidak layak
untuk dijadikan suami. Bagaimana mungkin dia menjadi suami yang baik kalau di
awal awal saja sudah melarang berjilbab yang berarti menentang perintah Allah.
Kalau perintah Allah saja ditolak lalu perintah siapa yang akan dia amalkan.
Ketujuh : Kalau pakai jilbab bisa bisa dianggap nggak gaul. Saya
akan kehilangan banyak teman.
Ini perasaan
anti (engkau) saja. Kenyataan tidak demikian. Kalau kehilangan beberapa teman yang belum jilbaban insya Allah akan ada
penggantinya yaitu teman yang jilbaban, suka ibadah dan suka ngaji. Jadi akan
mendapat teman yang lebih baik dan shalihah.
Kalau anti
belum mau jilbaban maka agak sulit mendapat teman yang shalihah. Pada hal
berteman dengan orang yang shalihah akan mendatang manfaat yang banyak.
Diantaranya : (1) Pertemanan dengan orang shalihah itu karena Allah bukan karena yang lain. (2) Pertemanan dengan orang shalihah insya Allah akan langgeng dari dunia sampai
akhirat (3) Pertemanan dengan orang shalihah akan
selalu saling mendoakan untuk kebaikan. (4) Pertemanan dengan orang shalihah akan selalu saling ingat
mengingatkan tentang kebaikan.
Selain itu,
tidaklah pantas seorang muslimah mengutamakan teman bergaul bahkan takut
kehilangan teman sementara itu dia melanggar apa yang diperintahkan Allah
kepadanya.
Kedelapan : Jilbaban belum tentu baik. Bahkan yang jilbaban ada
yang mencuri dan korupsi lalu tampil di pengadilan sebagai terdakwa.
Mencuri,
korupsi dan berlaku buruk sebenarnya bukan soal jilbab tapi soal orangnya
secara pribadi. Terkait dengan pribadi masing masing. Orang yang tidak
berjilbab juga sangat banyak yang berkelakuan buruk.
Cuma saja
orang yang berjilbab dengan niat memenuhi perintah Allah Ta’ala berarti dalam
dirinya ada perasaan takut kepada Allah sehingga kalau mau melakukan keburukan
dia akan berfikir lebih dua kali.
Demikianlah
diantara alasan kenapa sebagian manusia masih enggan untuk berjilbab. Mudah
mudahan penjelasan yang diberikan bagi setiap alasan tersebut bermanfaat buat
kita semua. Wallahu A’lam. (734)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar