KEUTAMAAN DAN KEWAJIBAN BERTAUBAT
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Makna dan hakikat
taubat.
Prof. DR Shalih Ghanim as Sadlan menjelaskan : Secara
syar’i taubat adalah meninggalkan dosa
karena takut kepada Allah, menganggapnya buruk, menyesali perbuatan maksiatnya,
bertekad kuat untuk tidak mengulanginya dan terus memperbaiki apa yang bisa
diperbaiki dari amalnya.
DR Shalih menjelaskan lebih lanjut bahwa hakikat taubat
adalah perasaan hati yang menyesali perbuatan maksiat yang sudah terjadi. Lalu
mengarahkan hati kepada Allah Ta’ala pada sisa usianya serta (selanjutnya)
menahan diri dari dosa. Berbuat dosa. Melakukan amal shalih dan meninggalkan
larangan adalah wujud nyata dari taubat.
Taubat mencakup penyerahan diri seorang hamba kepada
Rabb-nya, inabah yaitu kembali kepada Allah Ta’ala dan konsisten menjalankan
ketaatan. Jadi, sekedar meninggalkan perbuatan dosa namun tidak melaksanakan
amalan yang dicintai Allah Ta’ala maka itu belum dianggap bertaubat. (Kitab At
Taubatu Ilallah).
Manusia wajib bertaubat.
Sungguh setiap hamba wajib bahkan butuh untuk bertaubat dan
memohon ampun kepada Allah Ta’ala, karena :
Pertama : Manusia
banyak berbuat salah.
Tidak ada manusia yang terbebas dari dosa dan kesalahan. Dalam sebuah hadits qudsi yang diriwayatkan
oleh Imam Muslim disebutkan bahwa Allah berfirman : “Ya ‘ibaadi, innakum tukhti-una bil laili wan nahar”. Wahai hamba
hamba-Ku, sesungguhnya kalian berbuat dosa (kesalahan) malam dan siang.
Rasulullah menjelaskan pula dalam sabda beliau
: “Kullubni aadam khaththa’un, wa khairul khaththainat
tauwabun” Setiap Bani Adam banyak berbuat salah dan sebaik baik orang yang
berbuat salah adalah yang bertaubat. (H.R at Tirmidzi).
Kedua : Rasululah
mengajarkan doa memohon agar taubat diterima.
Demikian pentingnya bertaubat maka Rasulullah secara khusus mengajarkan umatnya
sebuah doa agar taubat diterima, yakni : “Allahummaghfirlii,
watub ‘alaiyaa, innaka antal tawwabur rahiim”. Ya Allah, ampunilah dosaku
dan terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau Maha Menerima Taubat dan Maha Kasih
Sayang. (H.R Imam Bukhari dalam Adabul Mufrad, dishahihkan oleh Syaikh al
Albani).
Ketiga : Bertaubat
adalah perintah Allah Ta’ala.
Allah Ta’ala berfirman : “Wa tuubuu ilallahi jamiian aiyuhal
mu’minuuna, la’allakum tuflihuun”. Dan bertaubatlah kamu semua kepada
Allah, wahai orang orang yang beriman, agar kamu beruntung. (Q.S an Nuur 31).
Bahkan Allah Ta’ala mengingatkan bahwa orang yang tidak
bertaubat adalah orang orang zhalim. Allah Ta’ala berfirman : “Wa man lam yatub fa ulaa-ika humuzh
zhaalimuun”. Dan barangsiapa yang
tidak bertaubat maka mereka itulah orang orang yang zhalim. (Q.S al Hujuraat
11).
Imam Ibnul Qayyim berkata : Dalam ayat ini Allah Ta’ala
membagi para hamba-Nya menjadi dua yaitu : (1) Golongan orang yang bertaubat dan (2) Golongan orang yang zhalim. Tidak ada golongan yang
ketiga sama sekali.
Allah Ta’ala menyematkan sebutan zhalim pada diri orang yang
tidak (mau) bertaubat. Dan tidak ada orang yang lebih zhalim daripada orang
yang tidak bertaubat. Hal itu lantaran kebodohan atau ketidaktahuannya terhadap
Allah dan hak Allah. Juga lantaran kebodohannya terhadap aib dirinya dan
terhadap cacat amal perbuatannya. (Madaarijus Saalikin).
Keutamaan bertaubat.
Sungguh sangatlah banyak keutamaan dan keuntungan bagi orang
orang yang senantiasa memohon ampun dan bertaubat, diantaranya adalah :
Pertama : Keburukannya
diganti dengan kebaikan.
“Kecuali orang-orang yang
bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka kejahatan mereka diganti Allah dengan
kebajikan. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan orang-orang yang bertaubat dan
mengerjakan amal saleh, Maka Sesungguhnya Dia bertaubat kepada Allah dengan
taubat yang sebenar-benarnya”. (Q.S. al Furqaan 70-71).
Syaikh as Sa’di berkata : “Maka
kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan”. Maksudnya segala
perbuatan dan perkataan yang disiapkan untuk amal keburukan akan diganti, yaitu
dengan kebajikan kebajikan. Maka syirik mereka berubah menjadi iman.
Kemaksiatan mereka diganti menjadi ketaatan. Kejahatan yang
pernah mereka lakukan diganti kemudian ditumbuhkan bagi mereka satu
taubat inabat dan ketaatan untuk setiap
dosa. Dari dosa dosa tersebut yaitu diganti dengan kebajikan kebajikan
sebagaimana tampak dari zhahir ayat.
Dalam hal ini ada sebuah hadits (dari Abi Dzarr yang
diriwayatkan oleh Imam Muslim) tentang seorang laki laki yang dihisab oleh
Allah Ta’ala karena sebagian dosa dosanya, lalu dihitung dihadapannya. Kemudian
Allah mengganti untuk setiap dosa dengan satu kebajikan. Lalu orang itu berkata
: Ya Rabbi, sesungguhnya aku mempunyai beberapa dosa lagi yang tidak aku lihat
disini. Wallahu A’lam. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).
Kedua : Mendapat kenikmatan yang baik di dunia dan di akhirat.
Allah berfirman : “Dan hendaklah kamu memohon ampunan kepada
Rabb-mu dan bertaubat kepada-Nya. Niscaya dia akan memberi kenikmatan yang baik
kepadamu sampai waktu yang ditentukan”. (Q.S Huud 3).
Imam Ibnu Katsir berkata : Maksudnya,
dan aku (Muhammad) memerintahkan kalian untuk memohon ampun kepada Allah atas
dosa dosa yang telah berlalu serta bertaubat darinya dan melakukan hal tersebut
(taubat) secara berkesinambungan. Kenikmatan yang baik maksudnya adalah
kenikmatan di dunia dan di akhirat. (Tafsir Ibnu Katsir).
Ketiga : Mendapat surga ‘Adn.
Allah berfirman : “Kemudian datanglah setelah mereka,
pengganti yang mengabaikan shalat dan mengikuti keinginannya, maka mereka kelak
akan tersesat. Kecuali orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan kebajikan,
maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dizhalimi (dirugikan) sedikitpun.
Yaitu surga ‘And yang telah dijanjikan oleh Rabb Yang Maha Pengasih kepada
hamba hamba-Nya sekalipun (surga itu) tidak tampak. Sungguh (janji Allah) itu
pasti ditepati”. (Q.S Maryam 60-61).
Itulah sebagian keutamaan dan
kebaikan yang akan didapat oleh orang orang yang bartaubat dengan sebenar benar
taubat lalu mengerjakan kebajikan.
Insya Allah ada manfaatnya bagi
kita semua. Wallahu A’lam. (720)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar