SIKAP UJUB JANGAN DIPELIHARA
Oleh : Azwir B. Chaniago
Salah satu penyakit hati yang berbahaya pada diri manusia
adalah penyakit ujub atau bangga terhadap diri sendiri. Sangatlah banyak manusia yang terserang penyakit ini kecuali hamba hamba yang Allah Ta’ala beri hidayah kepadanya.
Tentang penyakit ujub ini, Rasululah telah mengingatkan bahayanya.
Beliau bersabda : “Ada tiga perkara yang membinasakan : kebakhilan yang ditaati, hawa
nafsu yang diikuti dan bangganya seorang hamba terhadap dirinya sendiri” . (H.R. ath
Thabrani).
Ibnul Mubarak berkata bahwa :
Ujub adalah engkau merasa bahwa pada dirimu ada sesuatu (kebaikan, kelebihan)
yang tidak dimiliki orang lain.
Bangga terhadap diri sendiri atau
ujub bisa menjadi salah
satu yang bisa merusak keikhlasan seseorang karena dia beribadah untuk memenuhi perasaan ujubnya. Ketahuilah bahwa ujub dapat mendatangkan
kerendahan disisi Allah.
Ini juga bisa membuat seseorang lupa terhadap aib dan kekurangannya
sendiri. Bahkan bisa
menjatuhkan seseorang kepada suatu yang lebih berat lagi yaitu kesombongan.
Ketahuilah bahwa Allah Ta’ala tidak menyukai orang orang yang
sombong sebagaimana firmannya : “Innallaha
laa yuhibbu man kaana mukhtaalan fakhuuraa”. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri. (Q.S an Nisa’ 36)
Imam Abu Abdullah al Harits al Muhasibi (wafat di Baghdad 243
H), memberikan nasehat tentang beberapa
cara menghindari ujub terhadap orang lain.
Pertama : Janganlah kamu menjumpai seseorang
dari umat manusia, kecuali kamu melihat dia memiliki keutamaan atas dirimu.
Barangkali dia lebih baik darimu dan memiliki kedudukan yang tinggi di sisi
Allah Ta’ala.
Kedua : Apabila dia lebih muda, maka
hendaknya kamu katakan pada dirimu : Orang ini belum pernah (sedikit) bermaksiat
kepada Allah, sementara aku telah (banyak) berbuat maksiat kepada-Nya. Oleh
karena itu aku tidaklah ragu bahwa dia adalah lebih baik daripada aku. Apabila
dia lebih tua, maka hendaklah kamu katakan : Orang ini telah banyak beribadah
sebelum aku.
Ketiga : Apabila dia seorang yang alim atau
berilmu, maka hendaklah kamu katakan : Dia dianugerahi apa yang tidak
dianugerahkan Allah kepadaku. Dia memperoleh apa yang tidak aku peroleh, dia
mengetahui apa yang tidak aku ketahui. Dan dia beramal dengan ilmunya.
Apabila dia seorang yang bodoh maka hendaklah kamu katakan :
Orang ini telah bermaksiat kepada Allah karena kebodohannya, karena tidak
mengetahui. Sedangkan aku telah bermaksiat kepada Allah dengan ilmu yaitu aku
mengetahuinya. Sementara itu aku tidak tahu dalam keadaan apa Allah mengakhiri
hidupku dan dalam keadaan apa pula Allah mengakhiri hidup orang ini. (Dari
Kitab al Mawa’izh Syaikh Shalih Ahmad asy Syami).
Syaikh Prof. DR. Abdurrazzaq, seorang ulama besar Saudi,
memberikan nasehat bagaimana menghindari penyakit ujub terutama jika muncul ujub dalam ibadah :
Pertama : Dengan menyadari
bahwa kita beribadah bukanlah karena kemampuan kita tapi semata-mata disebabkan
karunia Allah, sehingga sangatlah tidak pantas kalau kita membangga
banggakannya terhadap manusia.
Kedua : Dengan
senantiasa menyadari bahwa sebenarnya amal kita belum seberapa dibanding orang
lain, sehingga tidak pantas kita membanggakannya.
Ketiga : Dengan
senantiasa menyadari bahwa kita manusia mempunyai kesalahan dan dosa yang
banyak sehingga tidaklah pantas bagi seseorang yang banyak kesalahan dan dosa
untuk berbangga diri.
Mudah mudahan bermanfaat bagi kita semua. Wallahu A’lam (459)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar