MUSIBAH BISA JUGA MENDATANGI HAMBA
YANG TAAT
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Dalam menjalani kehidupan di dunia
ini tidak ada manusia yang tidak pernah mendapat musibah. Musibah itu bisa pada
dirinya, keluarganya, hartanya ataupun yang selain itu.
Banyak ayat al Qur an dan as Sunnah yang telah menjelaskan tentang hal ini,
diantaranya adalah : Allah berfirman : “Ahasiban naasu an yutrakuu an
yaquuluu aamannaa wa hum laa yuftanuun” Apakah manusia mengira bahwa mereka akan
dibiarkan dengan hanya mengatakan : “Kami telah beriman”, dan mereka tidak
diuji ? (Q.S al Ankabuut 2)
Rasulullah bersabda : “Matsalul
mu’mini kamatsaliz zar’i, laatazaalur riihu tamiiluhu, walaa yazaalul mu’minu
yushiibuhul bala’. Perumpamaan seorang mu’min tak ubahnya seperti tanaman,
angin akan selalu menerpanya, ia akan selalu mendapat cobaan (H.R Imam Muslim)
Lalu ada yang bertanya :
Si Fulan itu orang shalih, berilmu dan taat beribadah, tapi kenapa
musibah terus menerus mendatanginya. ?.
Iya bisa jadi demikian karena ketahuilah bahwa musibah akan mendatangi siapapun, jika Allah
berkehendak. Apakah dia orang yang taat atau orang yang suka bermaksiat. Nabi dan Rasulpun juga banyak mendapatkan
musibah bahkan lebih berat dibanding
musibah terhadap umatnya. Sungguh semua itu adalah ketetapan dari Allah Ta’ala.
Alah berfirman : “Qullan yushiibanaa illa maa kataballhu lanaa huwa maulaanaa , wa
‘alallahi fal yatawakkalil mu’minuun”. Katakanlah : Sekali-kali tidak akan menimpa
Kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah pelindung kami,
dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal. (Q.S at Taubah 51).
Cuma saja, bagi
orang orang yang suka bermaksiat maka musibah yang datang kepadanya adalah bentuk
adzab Allah yang di dahulukan di dunia dan disediakan pula adzab yang lebih
berat di akhirat kelak.
Dan
bagi orang orang shalih yaitu orang orang yang taat kepada Allah Ta’ala
maka musibah yang datang kepadanya diantaranya adalah bentuk ujian untuk
menguji keimanannya.
Ketahuilah bahwa musibah yang diturunkan Allah Ta’ala kepada hamba
hamba-Nya yang taat adalah salah satu bentuk kasih
sayang Allah kepada mereka. Perhatikanlah beberapa hikmah adanya ujian bagi
hamba-hamba yang shalih dan taat, diantaranya :
Pertama : Allah ingin menghapus kesalahannya.
Sungguh tidak ada manusia yang yang
terbebas dari dosa, termasuk orang orang yang shalih dan taat. Dengan kasih
sayang-Nya Allah turunkan musibah kepadanya sehingga terhapus sebagian dosa
dosanya.
Rasulullah bersabda : “Tidaklah seorang Muslim ditimpa
keletihan, penyakit, kesedihan, gangguan, kegundah gulanaan hingga duri yang
menusuknya melainkan Allah akan menghapuskan sebagian dari kesalahan
kesalahannya” (H.R Imam Bukhari dari
Abu Hurairah).
Rasulullah bersabda : “Maa
min muslimin yushiibuhu adzdza min maradhin illaa haththallahu bihi
sai-yiaatihi kamaa tahaththusy syajaratu waraqahaa”. Tidaklah seorang muslim itu tertimpa
suatu bencana berupa penyakit dan yang lainnya
melainkan dengannya Allah akan menggugurkan kesalahan kesalahannya
sebagaimana pohon menggugurkan daun daunnya. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).
Kedua : Allah menghendaki kebaikan baginya.
Sungguh
Allah Ta’ala melalui Rasulul-Nya memberikan kabar gembira bahwa orang orang
yang diberikan musibah sebagai ujian adalah merupakan salah satu tanda bahwa Allah Ta’ala menghendaki kebaikan baginya. Rasulullah
bersabda : “Man yuridillahu bihi khairan
yusib minhu”. Barang siapa yang dikehendaki
Allah dengan kebaikan, Allah
akan menimpakan kepadanya musibah. (H.R Imam Bukhari).
Abu ‘Ubaid berkata : Makna dari
hadits diatas adalah bahwa Allah Ta’ala akan mengujinya dengan berbagai musibah
untuk melimpahkan pahala kepadanya (Lihat Fathul Baari)
Ketiga : Supaya mendapatkan kedudukan yang tinggi.
Seorang hamba bisa jadi memiliki
kedudukan yang tinggi disisi Allah Ta’ala. Akan tetapi dia tidak memiliki amal
shalih yang cukup untuk dapat membuatnya mencapai kedudukan yang tinggi
tersebut. Lalu Allah Ta’ala memberinya cobaan dengan sesuatu yang dia benci.
Akhirnya dengan cobaan yang menimpanya maka
dia berhak dan dapat mencapai kedudukan tinggi tersebut.
Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya seseorang itu untuk memperoleh
kedudukan (tinggi) di sisi Allah, ia tidak akan dapat mencapainya dengan amal
perbuatannya. Allah akan memberikannya ujian berupa sesuatu yang dibencinya,
hingga ia dapat mencapai kedudukan (yang tinggi) tersebut. (H.R Ibnu Hibban
dan Abu Ya’la, dihasankan oleh Syaikh al Albani)
Diantara hikmah juga bagi seorang
adalah mensucikan dirinya dari berbagai penyakit hati tersebab adanya musibah yang menimpa. Imam Ibnul Qayyim berkata : Jika saja Allah
Subhanahu wa Ta’ala tidak menimpakan (kepada) hamba hamba-Nya berbagai ujian
dan cobaan maka niscaya mereka akan bersikap sombong, angkuh dan zhalim.
Ketahuilah bahwa orang orang shalih
terdahulu selalu bergembira ketika mereka mendapat musibah, sebagaimana
layaknya seorang diantara kita ketika mendapat kebaikan atau kelapangan, sebab
mereka memahami betul berbagai kebaikan yang akan diperoleh dengan kedatangan
musibah itu bagi dirinya.
Rasulullah bersabda : “Wain kaana ahaduhum layafrahu bil balaa-i
kamaa yafrahu ahadukum bil rakhaa-i”. Sehingga salah seorang di antara
mereka, merasa sangat bergembira dengan bala yang menimpanya sebagaimana mendapat
kemewahan atau kelapangan (H.R Ibnu Majah)
Sufyan ats Tsauri berkata :
Tidaklah dikatakan sebagai seorang faqih atau ahli fikih, jika dia tidak
menjadikan bala sebagai nikmat dan kemewahan sebagai bala (Hilyatu al Auliya’).
Wallahu A’lam. (457)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar