ORANG BERIMAN BERDIRI DIATAS KEBENARAN
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Muqaddimah.
Sungguh kebenaran itu adalah dari Allah Ta’ala. Allah berfirman : “Al
haqqu min rabbika, falaa takun minal
mumtariin” Kebenaran itu dari Rabbmu, maka janganlah engkau menjadi
orang-orang yang ragu. (Q.S Ali Imran
60).
Allah berfirman : “Laqad jaa-akal haqqu min rabbika falaa
takuunana minal mumtariin”. Sungguh telah datang kebenaran kepadamu dari
Rabb-mu maka janganlah sekali kali engkau termasuk orang yang ragu. (Q.S Yuunus
94)
Jadi sangatlah jelas bahwa kebenaran adalah sesuatu yang disandarkan kepada apa yang diturunkan Allah
melalui Rasul-Nya. Oleh karena itu seorang hamba yang beriman, tiada pilihan
baginya, bagaimanapun keadaannya dia
akan tetap berdiri pada kebenaran. Dia berpegang dengan kuat pada kebenaran
meskipun terkadang dibutuhkan kesabaran yang luar biasa.
Kebenaran bukan
ditentukan orang banyak.
Syaikh Abdul Aziz bin Baaz berkata : Orang yang berakal sehat
jangan tertipu dengan kebanyakan manusia. Kebenaran tidak ditentukan karena
banyak orang yang melakukannya. Akan tetapi kebenaran adalah syari’at yang
diturunkan Allah kepada Rasulullah
Salallahu ‘alaihi wa sallam.
Allah berfirman : “Wain tuthi’ aktsara man fil ardhi,
yudhilluka ‘an sabilillah. In yattabi’una illazh zhanna wain hum illa
yakhrushuun.” Dan jika kamu mengikuti kebanyakan orang
di muka bumi niscaya mereka akan menyesatkan kamu dari jalan (kebenaran) Allah. Mereka hanyalah mengikuti
sangkaan belaka. Dan mereka hanyalah berkata
bohong. (Q.S al An’am 116).
Sikap orang beriman terhadap kebenaran.
Seorang beriman sangatlah memahami
bahwa kebenaran yang diturunkan Allah melalui
Rasul-Nya adalah bertujuan untuk menyelamatkan kehidupan manusia didunia dan
diakhirat. Dan mereka meyakini
pula bahwa kebenaran adalah merupakan nikmat yang agung dari Allah Ta’ala. Oleh karena itu, andaikata suatu waktu dia merasa tergelincir dari kebenaran maka pastilah dia berusaha untuk kembali kepada
kebenaran. Dia akan terus berusaha untuk berdiri kokoh dan berpegang
teguh diatas kebenaran.
Syaikh
Abu Bakar Jabir al Jazairi, Kitab Minhaj al Muslim,
menyebutkan dua sikap yang penting orang beriman terhadap kebenaran, yaitu
:
Pertama : Senantiasa melazimkan kebenaran
Rasulullah
bersabda: “Hendaklah kamu berbuat benar, karena kebenaran itu menunjukkan kapada kebaikan.
Dan kebaikan itu menunjukkan jalan ke
surga. Seseorang membiasakan dirinya
berkata benar dan menuntut kebenaran
sehingga tercatat disisi Allah sebagai orang
yang benar.” (H.R Muslim)
Kedua : Mencintai kebenaran
Hendaklah
seorang muslim mencintai dan melaksanakan kebenaran lahir batin, baik dalam
perkataan maupun perbuatan. Kebenaran itu
menunjukkan kepada jalan ke surga. Sedangkan surga adalah merupakan cita-cita
dan harapan tertinggi seorang muslim.
Aplikasi seorang beriman terhadap kebenaran.
Pertama : Benar dalam
berbicara dan berjanji
Seorang
muslim bila berbicara selalu mengucapkan yang benar tidak berbohong. Bila
berjanji selalu memenuhinya, tidak mau mengingkarinya. Sungguh berbicara bohong
dan mengingkari janji bukanlah ciri orang muslim tapi ciri orang munafik.
Rasulullah
bersada: “Ayatal
munaafiqi tsalatsun, idzaa haddatsa kadzaba wa idzaa wa ‘ada akhlafa, wa idzaa
tumina khaana”. Tanda tanda orang munafik itu ada tiga, jika
berbicara ia berbohong, jika berjanji ia ingkar dan jika dipercaya ia
berkhianat (Mutafaq ‘alaihi)
Kedua :Benar dalam
pergaulan.
Seorang
muslim bila bergaul selalu berpijak kepada kebenaran dan kejujuran. Tidak
pernah menipu, berdusta ataupun menzhalimi dalam segala bentuknya.
Ketiga : Benar dalam
tekad
Seorang
muslim bila bertekad untuk melakukan sesuatu yang pantas dia lakukan, ia tidak
ragu-ragu dalam melaksanakannya. Dia bersungguh-sungguh (mujahadah). Tidak
mengerjakan sesuatu dengan asal-asalan, tapi tuntas dan berkualitas.
Keempat : Benar dalam
menunjukkan keadaan dirinya.
Seorang
Muslim (benar) dan jujur dalam
mengatakan keadaan dirinya. Tidak memaksakan diri melebihi kemampuannya.
Penampilannya seperti apa adanya tidak mengada-ada serta tidak dibuat-buat.
Rasulullah
bersabda: “Orang yang pura-pura kaya, padahal tidak berpunya adalah seperti orang
yang memakai dua pakaian kebohongan”. (H.R Imam Muslim).
(Dari Kitab Minhaj al Muslim)
Mudah mudahan bermanfaat bagi kita
semua. Wallahu A’lam (464)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar