HILANG NIKMAT TERSEBAB MAKSIAT
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Di zaman ini kita mengetahui banyak
nikmat yang hilang sedangkan musibah terjadi boleh dikatakan tanpa henti.
Penyebabnya yang paling utama adalah
kelalaian dari kebanyakan manusia untuk mentaati perintah Allah Ta’ala. Kita
menyaksikan bagaimana saat ini sebagian manusia dengan mudahnya meninggalkan
dan melalaikan perintah Allah yang
diwajibkan seperti shalat, puasa di bulan Ramadhan, zakat dan yang lainnya.
Selain itu, kita melihat betapa
banyak manusia yang melanggar dan mengabaikan larangan larangan Allah Ta’ala.
Saat ini kesyirikan terjadi dibanyak tempat dalam masyarakat. Diantaranya
adalah dengan mendatangi dukun, para normal. Minta berkah ke tempat tempat yang
mereka sebut keramat bahkan minta berkah kepada orang yang sudah mati.
Sekali lagi perlu dipahami bahwa
semua kemaksitan itu akan menghilangkan berbagai nikmat dan keberkahan serta
mendatangkan musibah berupa adzab di dunia.
Adzab di akhirat pasti lebih berat lagi. Sungguh selagi manusia belum
betul betul bertaubat dari segala macam maksiat, maka tidaklah berkah akan
turun kepada manusia.
Allah berfirman : “Walau anna ahlal quraa aamanuu wattaqau
lafatahnaa ‘alaihim barakaatin minas samaa-i wal ardhi, wa laakin kadzdzabuu fa
akhadznaa hum bimaa kaanu yaksibuun”. Dan sekiranya penduduk negeri beriman
dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan
dari bumi. Tetapi ternyata (mereka) mendustakan (ayat ayat Kami) maka Kami
siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan. (Q.S al A’raaf 96).
Dan juga selagi manusia belum
beriman dengan benar dan melakukan amal shalih maka baginya akan selalu ada
musibah berupa kehidupan yang sempit. Allah berfirman : “Waman
a’radha ‘an dzikrii fa inna lahuu ma’iisyatan dhankaa, wa nahsyuruhuu yaumal
qiyaamati a’maa”. Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku
maka sungguh dia akan menjalani kehidupan yang sempit dan pada hari Kiamat
(dibangkitkan) dalam keadaan buta. (Q.S
Thaha 124)
Imam Ibnu Katsir berkata tentang ayat ini : Barangsiapa yang
menyelisihi perintah-Ku dan ketentuan syariat yang Aku turunkan kepada Rasul-Ku
(dengan) berpaling darinya, melupakannya, dan mengambil selain petunjuknya maka baginya penghidupan yang sempit dan sengsara,
yaitu di dunia, dan tidak ada kelapangan dalam hatinya.
Bahkan hatinya sempit dan sesak karena penyimpangannya, meskipun (terlihat)
secara zhahir (hidupnya) senang. Berpakaian , makan dan bertempat tinggal
sesukanya. Akan tetapi hatinya selalu diliputi kegundahan, keguncangan dan
keraguan karena jauhnya dari kebenaran dan petunjuk-Nya. (Kitab Tafsir Ibnu
Katsir).
Imam Ibnu Qayyim berkata : Diantara dampak maksiat adalah
menghilangkan nikmat yang ada serta memutuskan nikmat yang berkesinambungan. Ia
menghilangkan apa yang telah didapatkan dan memutuskan apa yang bersambung.
(Kitab ad Daa’ wa ad Dawaa’).
Lalu apa yang bisa dilakukan agar nikmat, berkah dan segala
kebaikan itu bisa datang kembali bahkan
lebih banyak lagi ?. Satu yang paling utama yang bisa dilakukan adalah minta ampun dan bertaubat kepada Allah Ta’ala dengan
sebenar benarnya taubat.
Allah berfirman : “Yaa aiyuhal ladziina aamanuu tuubuu
ilallahi taubatan nashuuha”. Wahai orang orang yang beriman bertaubatlah
kepada Allah dengan taubat nashuha (sebenar benar taubat) Q.S at Tahrim 8.
Allah berfirman : “Watuubuu ilallahi jamii’an aiyuhal
mu’minuuna la’allakum tuflihuun”. Dan bertaubatlah kamu semua kepada Allah,
hai orang orang yang beriman, agar kamu beruntung (Q.S an Nuur 31).
Dari Abu Musa ‘Abdillah bin Qais al
Asy’ari, dari Nabi Salallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda : Sesungguhnya
Allah membentangkan tangan-Nya pada malam hari untuk menerima taubat pelaku
maksiat pada siang hari. Dan Dia
membenatangkan tangan-Nya pada siang hari untuk menerima taubat pelaku
maksiat pada malam hari, sampai matahari terbit dari tempat terbenamnya. (H.R
Imam Muslim).
Jadi segeralah memohon ampun dan
bertaubat wahai hamba hamba Allah yang telah melampaui batas. Sungguh Allah
Ta’ala Maha Pengampun dan Maha Penyayang
kepada hamba hamba-Nya.
Wallahu A’lam (471)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar