LAPANG DADA MENERIMA PERBEDAAN
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Semua orang
mengetahui bahwa dalam menjalankan agama ini terutama
dalam ibadah ada kemungkinan perbedaan pendapat antara satu orang dengan
yang lainnya. Tapi ketahuilah bahwa perbedaan
itu sudah ada sejak dahulu bahkan sudah ada pada
zaman sahabat. Oleh karena itu diperlukan sikap berlapang dada dan bijak dalam menyikapi
perbedaan. Jangan suka mencela atau meremehkan
karena sesuatu yang berbeda. Bisa jadi kita benar orang lain salah ataupun
sebaliknya.
Jika
ada perbedaan pendapat terutama dalam hal cara beribadah, maka sangatlah dianjurkan
untuk bersikap bijak, diantaranya :
Pertama : Terhadap diri sendiri. Selalu berusaha
mencari pendapat yang benar atau yang lebih kuat dalilnya.
Kedua : Terhadap orang lain yang berbeda. Jangan meremehkan pendapat
orang lain. Kalau merasa benar jangan memaksakan sesuatu kebenaran yang
mungkin sudah kita ketahui.
Ketiga : Terhadap diri dan orang yang berbeda. Berdoalah : Ya Allah
kalau saudaraku itu benar, beri aku petunjuk untuk mengikutinya. Kalau dia
salah, beri dia petunjuk untuk melakukan yang benar.
Syaikh Said
bin Jubair, seorang Tabi’in senior, ahli
tafsir, murid Ibnu Abbas, jika melihat
seseorang yang beribadah berbeda dengan yang ia ketahui maka beliau berusaha
mencari tahu kenapa berbeda. Beliau tidak mencela, tapi berbaik sangka.
Beliau
berkata dalam hati :
Pertama : Mungkin orang ini tidak tahu atau
belum tahu.
Kedua : Mungkin orang ini lupa.
Ketiga : Mungkin orang ini terpaksa.
Keempat : Mungkin orang ini lebih tahu dari pada saya.
Padahal
beliau adalah ahli fiqih dan ahli tafsir tapi beliau tidak serta merta mengatakan
bahwa beliau yang benar sedangkan orang lain salah.
Sungguh Allah Ta’ala telah memberi
petunjuk yang sangat jelas bagaimana menyikapi perbedaan pendapat sebagaimana
firman-Nya : ”Fain tanaaza’tum fii syai-in fa rudduuhu Ilallahi warrasuuli inkuntum
tu’minuuna billahi wal yaumil aakhiri, dzaalika khairun wa ahsanu ta’wiilaa”
Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu maka kembalikanlah kepada
Allah (kepada al Qur-an) dan Rasul (kepada sunnahnya), jika kamu beriman kepada
Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya. (Q.S an Nisa’ 59)
Semoga
Allah Subhanahu wa Ta’ala memberi petunjuk
kepada kita semua agar bersikap bijak, lapang dada dan
mengembalikan setiap perbedaan kepada al Qur-an dan as Sunnah dengan
pemahaman shalafush shalih.
Wallahu A’lam. (450)
<( ̄︶ ̄)>
BalasHapus