ORANG BERIMAN DIUJI DENGAN
KEBURUKAN DAN KEBAIKAN
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Tidak ada orang mukmin yang dalam perjalanan hidupnya tidak
didatangi oleh ujian atau cobaan. Para Nabi dan Rasul serta orang orang shalih
pun sering mendapat ujian atau cobaan. Bahkan mereka mendapat ujian yang lebih
berat yang sekiranya dibebankan kepada kita yang masih lemah iman, mungkin kita
tidak sanggup dan tidak mampu bersabar menghadapinya.
Rasulullah bersabda : “Inna min asyaddin naasi balaa-an anbiyaa-u,
tsummal ladziina yaluunahum, tsummal ladziina yaluunahum, tsummal ladziina
yaluunahum” Sesungguhnya manusia yang paling berat cobaannya adalah para
Nabi, kemudian orang orang yang setingkat dibawahnya, kemudian orang orang yang
setingkat di bawahnya, kemudian orang orang yang setingkat di bawahnya. (H.R
Imam Ahmad, an Nasa’i dan al Hakim).
Sungguh ujian atau cobaan itu
adalah sunnatullah atau ketetapan Allah yang pasti berlaku terhadap seorang
hamba. Dan perlu pula diketahui bahwa cobaan itu adalah sunnah Rabbani yang
penuh dengan rahmat dan hikmah dari-Nya. Ujian itu bisa terjadi pada diri
seorang hamba, keluarganya, pada hartanya dan yang lainnya.
Banyak orang beranggapan bahwa
kalau bicara ujian atau cobaan itu mestilah berkaitan dengan sesuatu kesulitan,
sesuatu yang tidak disukai atau dibenci. Tapi ketahuilah bahwa anggapan seperti
itu ternyata tidaklah tepat. Allah Ta’ala telah menjelaskan bahwa ujian itu
bisa berupa keburukan dan bisa pula berupa kebaikan. Semuanya itu adalah bentuk
dari ujian atau cobaan.
Allah berfirman : “Wa nabluukum bisy syarri wal khairi fitnah,
wa ilainaa turja’uun”. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan
sebagai cobaan (yang sebenar benarnya). Dan hanya kepada Kami-lah kamu
dikembalikan. (Q.S al Anbiya 35)
Ibnu Jarir menukil bahwa Ibnu Abbas
berkata : Kami (Allah Ta’ala) akan menguji kalian dengan kesempitan dan
kelapangan, kesehatan dan penyakit, kekayaan dan kemiskinan. Dengan sesuatu
yang halal dan yang haram, ketaatan dan kemaksiatan petunjuk dan kesesatan.
Juga dalam riwayat yang lain dari
Ibnu Abbas dikatakan : Dengan kelapangan
dan kesempitan, yang kedua duanya adalah ujian.
Ibnu Zaid berkata : Kami akan menguji mereka dengan sesuatu yang mereka
sukai dan mereka benci. Kami akan menguji mereka dengan semua itu untuk mengetahui
tingkat kesyukuran mereka terhadap hal hal yang mereka cintai dan tingkat
kesabaran mereka terhadap hal hal yang mereka benci. (Tafsir
Ibnu Jarir at Thabari).
Tentang ayat ini Syaikh as Sa’di
berkata : Akan tetapi Allah menciptakan para hamba-Nya di dunia untuk
diperintah dan dibatasi dengan larangan. Serta untuk menguji mereka dengan
takdir yang baik ataupun yang buruk, dengan kekayaan dan kemiskinan, dengan
kemuliaan dan kehinaan, dengan kehidupan dan kematian sebagai bentuk ujian dari
Allah Ta’ala.
Syaikh as Sa’di dalam hal ini juga mengutip firman Allah : “Linabluwahum aiyuhum ahsanu amalaa”. Supaya
Kami menguji mereka siapakah yang paling baik amalannya (Q.S al Kahfi 7). Lihat Tafsir Karimir Rahman.
Allah berfirman : “Wa balaunaahum bil hasanaati la’allahum
yarji’uun” Dan Kami coba mereka
dengan (nikmat) yang baik baik dan (bencana) yang buruk buruk, agar mereka
kembali (kepada kebenaran) Q.S al A’raf 168.
Ibnu Jarir berkata : Kami akan
menguji mereka berupa kelapangan dalam hidup, kemewahan di dunia, keleluasaan
dan kelapangan rezki. Semua itu adalah kenikmatan yang baik sebagaimana
disebutkan dalam firman Allah Subahanhu wa Ta’ala tersebut diatas. Sedangkan maksud hal hal yang
buruk adalah kesempitan dan kesengsaraan dalam hidup, musibah dan kekurangan
harta.
Tentang ayat ini pula, Imam Ibnu
Katsir berkata : Maksud dari ayat diatas adalah Kami akan menguji mereka dengan
kelapangan dan kesempitan, kesenangan dan kebencian serta kesehatan dan
musibah. (Tafsir Ibnu Katsir).
Jadi sesungguhnya orang beriman itu
pasti akan di uji dan ujian itu tidaklah hanya berupa keburukan tapi ujan itu bisa pula berupa kebaikan.
Mudah mudahan bermanfaat bagi kita
semua. Wallahu A’lam. (460)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar