MEMOHON PERTOLONGAN ALLAH
MELALUI SABAR DAN SHALAT
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Seorang hamba terkadang harus menghadapi masalah baik yang
berat ataupun yang rigan di dalam menjalani kehidupannya di dunia ini. Masalah
masalah itu bisa muncul terhadap diri, keluarga dan hartanya. Seorang hamba
yang beriman meyakini betul bahwa tidaklah masalah yang berat itu akan lepas
kecuali dengan pertolongan dan kehendak Allah Ta’ala semata.
Sungguh Allah Ta’ala telah memberikan jalan atau cara untuk
memohon pertolongan-Nya sehingga diberikan kebaikan dan jalan keluar yang mudah
dari suatu masalah yang dihadapi yaitu melalui sabar dan shalat.
Pertama : Sungguh Allah telah berfirman :
“Wasta’iinuu bish shabri wasshalah wa innahaa lakabiratun illa ‘alal
khaasyi-iin” Dan jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan
(shalat) itu sungguh berat kecuali bagi orang orang yang khusyu’. (Q.S al
Baqarah 45).
Imam Ibnu Katsir
menjelaskan bahwa melalui firman-Nya ini, Allah Ta’ala menyuruh para hamba-Nya
untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat yang mereka dambakan dengan cara
menjadikan kesabaran dan shalat sebagai penolong.
Imam Ibnu Katsir menukil perkataan Sunaid dari Hajjaj dari
Ibnu Juraij ia mengatakan : Bahwa sabar
dan shalat merupakan penolong untuk mendapatkan rahmat Allah Ta’ala.
Meskipun secara tekstual ayat tersebut ditujukan sebagai
peringatan kepada Bani Israil, namun yang dimaksud bukanlah mereka semata,
tetapi juga ditujukan secara umum baik kepada mereka (Bani Israil) maupun
selain mereka (Lihat Tafsir Ibnu Katsir).
Kedua : Allah berfirman “Yaa aiyuhal ladziina aamanuu ista’iinuu
bish shabri wash shalaati. Innallaha ma’ash shaabiriiin”. Wahai orang orang
yang beriman. Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat.
Sungguh Allah beserta orang orang sabar. (Q.S al Baqarah 153).
Syaikh as Sa’di berkata : Allah Ta’ala memerintahkan orang
orang beriman untuk memohon pertolongan dalam segala urusan mereka baik dunia
maupun akhirat dengan sabar dan shalat.
Sabar adalah pengendalian dan penjagaan diri terhadap hal hal
yang tidak disukai. Sedangkan shalat, tidak salah lagi bahwa itu adalah sebesar besar penolong dari segala perkara.
(Tafsir Karimir Rahman).
Rasulullah salallahu ‘alaihi wasallam, jika menghadapi
masalah yang besar maka beliau melakukan shalat sunat. Ini adalah sebagaimana
kesaksian para sahabat.
Sebagaimana kita ketahui dari banyak riwayat bahwa dalam
perang Badar terlihat keadaan yang sangat berat yang dihadapi oleh Rasulullah
karena akan berhadapan dengan pasukan kafir Quraisy yang berjumlah sekitar
seribu orang sedangkan pasukan kaum Muslimin hanya berjumlah sekitar tiga ratus
orang dan dengan persenjataan yang tidak disiapkan untuk berperang.
Kemudian dalam perang Ahzab, kaum muslimin juga mengalami
keadaan yang sangat berat. Kota Madinah dikepung oleh sekitar 10.000 pasukan
sekutu yang dimotori kafir Quraisy dibawah komando Abu Sofyan.
Ali bin Abi Thalib berkata : “Pada malam (sebelum) perang
Badar, semua kami tertidur kecuali Rasulullah. Beliau shalat dan berdoa sampai
subuh”.
Diriwayatkan dari Hudzaifah bin Yaman : “Pada malam perang
Ahzab, saya menemui Rasulullah dan senantiasa beliau shalat dan menutup
tubuhnya dengan jubah. Hudzaifah juga berkata : “Inna nabiyyu salallahu
‘alaihi wasalam idzaa hazabahu amrun shalla” Nabi salallahu ‘alaihi wasallam apabila
dirundung masalah maka beliau
mengerjakan shalat”. (H.R Imam Abu Dawud, dihasankan oleh Syaikh al Albani).
Begitupun Nabi Ibrahim dan istrinya Sarah yang pernah
menghadapi kesulitan atau bahaya besar. Beliau dan istrinya bersabar lalu
melakukan shalat dan beliau selamat.
Ini sebagaimana
diceritakan Imam Ibnu Katsir. Dikisahkan bahwa pada suatu waktu Nabi Ibrahim
dalam suatu safar bersama istrinya Sarah melewati negeri seorang penguasa
zhalim. Raja negeri itu memerintahkan pembantunya untuk mengambil Sarah yang
sangat cantik itu dan dibawa ke istana. Di istana, raja mulai mendekati Sarah.
Sarah berpaling dari Raja lalu Sarah minta waktu untuk berwudhu’ dan mengerjakan
shalat kemudian berdoa : Ya Allah
jika engkau mengetahui bahwa aku beriman kepada-Mu dan kepada Rasul-Mu dan aku
senantiasa memelihara kehormatanku kecuali kepada suamiku, maka janganlah
Engkau memberikan (kesempatan) kepada orang kafir (untuk menjamahku).
Pada saat mau menjamah Sarah tiba tiba raja itu pingsan dan
terkulai kedua kakinya, tidak berdaya.
Kemudian raja bangun kembali.
Setelah tiga atau empat kali ingin menjamah Sarah ternyata raja tidak
mampu juga. Raja selalu pingsan dan terkulai. Lalu raja memanggil pembantunya
dan berkata : Kalian tidak membawakan
untuk ku kecuali syaithan (bukan manusia). Kemudian Sarah dikembalikan
kepada suaminya Ibrahim. Selain itu raja
memberinya hadiah seorang pembantu seorang wanita yaitu Hajar.
Lalu bagaimna dengan Nabi Ibrahim. Sementara Sarah dibawa
oleh pembantu raja ke istana maka Nabi Ibrahim senantiasa bersabar ditempatnya
dan mengerjakan shalat
lalu berdoa minta pertolongan agar Allah menjaga Sarah dari bencana yang
ditimpakan raja.
Akhirnya dengan
pertolongan Allah Ta’ala keduanya selamat dari raja yang zhalim. (Dari Kitab Qishashul Anbiyaa, Imam Ibnu
Katsir dengan diringkas).
Kita bermohon kepada Allah agar diberi kesabaran dan
senantiasa melaksanakan shalat sebagai jalan untuk mendapatkan pertolongan-Nya.
Wallahu A’lam (458).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar