BOLEHKAH BERDOA MINTA KEMATIAN ?
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Sungguh manusia banyak kebutuhan,
banyak keinginan. Bahkan terkadang ingin sesuatu yang melebihi kebutuhannya.
Sementara itu, manusia adalah fakir, tidak memiliki apa apa. Oleh karena itu
mereka selalu berdoa memohon kepada Allah Ta’ala untuk mendapatkan segala
sesuatu yang terbaik baginya. Banyak berdoa atau memohon kepada Allah memang
suatu yang baik dan sangat dianjurkan. Ketahuilah bahwa doa itu sendiri adalah bernilai
ibadah. Rasulullah bersabda : “Ad du’aa huwal ‘ibadah” Do’a
adalah ibadah.(H.R at Tirmizi)
Bahkan dengan kasih sayangnya,
Allah Ta’ala menyuruh hamba-hamba-Nya senantiasa berdoa dan Allah berjanji akan
mengabulkannya. Allah berfirman : “Wa qaala rabbukum ud’unii astajiblakum.” Dan
Rabbmu berfirman : Berdoalah kepada-Ku niscaya akan Aku perkenankan bagimu.
(Q.S al Mu’min 60).
Rasulullah juga mengajarkan umatnya
agar banyak berdoa dan beliau sangat menganjurkan untuk berdoa minta
keselamatan. Dan minta keselamatan adalah doa
paling utama sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah Salallahu ‘alaihi
wasallam.
Dari Anas, bahwa seseorang datang kepada Nabi lalu berkata :
Ya Rasulullah, doa apa yang paling utama. Beliau menjawab : Mintalah keselamatan
dan kebaikan di dunia dan di akhirat
kepada Rabbmu. Lalu orang itu datang lagi pada hari kedua dan
berkata : Ya Rasulullah, doa apa yang paling utama. Maka Rasulullah memberi
jawaban yang sama dengan yang sebelumnya. Lalu orang itu datang kembali pada
hari ketiga dengan pertanyaan yang sama. Kemudian beliau menjawab seperti
sebelumnya. Beliau bersabda : Apabila diberi keselamatan di dunia dan di
akhirat, sungguh beruntunglah kamu. (H.R Imam at Tirmidzi).
Perhatikanlah saudaraku, bagaimana Rasulullah, dalam hadits
ini, menyuruh seorang sahabat untuk berdoa dengan permohonan
yang paling utama yaitu minta keselamatan dan kebaikan di dunia dan di
akhirat. Demikian utamanya doa ini, sampai sampai Rasulullah memberi jawaban
kepada sahabat yang bertanya dengan mengulanginya tiga kali.
Ibnu Umar meriwayatkan Rasulullah bersabda : “Maa
su-ilallahu syai-an ahabbu ilaihi min an-yus-alal ‘aaqiyah” Tak ada yang
membuat Allah senang untuk dimintai, melebihi saat Dia dimintai keselamatan.
(H.R Imam at Tirmidzi).
Diantara doa yang sangat sering dibaca oleh Rasulullah, untuk memohon keselamatan dan kebaikan adalah
sebagaimana kalimat doa yang disebut dalam surat al Baqarah ayat 201 yakni :
Rabbanaa aatinaa fid dun-yaa hasanah, wa fil akhirati hasanah, wa qinaa
‘adzaban naar”. Ya Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan
di akhirat dan lindungilah kami dari adzab neraka.
Lalu ada sementara
orang yang bertanya : Bolehkan berdoa minta kematian. ?. Pertanyaan ini mungkin muncul dengan
beberapa alasan, diantaranya adalah mengalami sakit yang berat, kemiskinan ataupun
ketakutan dan yang lainnya.
Syariat Islam melarang seorang hamba untuk berdoa atau
mengharapkan kematian. Rasulullah bersabda : “Janganlah
salah seorang dari kamu berangan angan untuk mati. Jika ia seorang yang baik
mudah mudahan kebaikannya bertambah, jika ia orang berbuat kesalahan mudah
mudahan ia bertaubat. (H.R Imam
Bukhari).
“Janganlah salah
seorang di antara kamu berangan angan untuk mati. Jangan berdoa untuk mati sebelum kematian itu sendiri datang. Jika salah seorang dari kamu
mati maka terputuslah segala amal perbuatannya. Seorang mukmin mestilah mengisi
usiannya dengan kebaikan. (H.R Imam Muslim).
Dari Anas bin Malik, Rasulullah bersabda : “Janganlah salah seorang kamu menginginkan
kematian disebabkan dia tertimpa bencana. Andaipun ia tetap berkeinginan maka
hendaklah ia mengucapkan : Ya Allah, hidupkanlah aku andai kehidupan itu
baik bagiku dan matikanlah aku jika kematian itu lebih baik bagiku. (H.R
Imam Muslim).
Syaikh as Sa’di, menjelaskan
hadits dari Anas bin Malik : Ini adalah larangan terhadap keinginan seseorang
untuk mati disebabkan tertimpa bencana seperti penyakit, kemiskinan, rasa takut,
terjerumus dalam kesulitan dan yang lainnya, karena dalam keinginan untuk mati
itu terkandung beberapa keburukan, diantaranya adalah :
Pertama : Ia telah mengizinkan sikap marah dan keluh kesah menguasai
dirinya. Padahal ia diperintahkan untuk bersabar dan melaksanakan segala
kewajibannya. Sebagaimana telah diketahui bahwa dengan keinginan untuk mati itu
ia telah menghapus sikap sabarnya.
Kedua : Menyebabkan lemahnya jiwa, menjadi malas dan jatuh ke
dalam keputus asaan. Manusia dituntut untu melawan segala masalah ini bahkan ia
mesti berusaha untuk menguasai segala permasalahannya sesuai dengan
kemampuannya. Ia mesti memiliki ketabahan hati dan semangat yang kuat untuk
mengatasi segala hal yang sedang ia hadapi. Hal itu menuntut dua hal : (1) Kelembutan Illahi yang diberikan kepada
orang yang melaksanakan segala sebab dan usaha yang diperintahkan (2) Usaha
yang bermanfaat yang dapat menimbulkan ketabahan hati dan pengharapan kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Ketiga : Keinginan untuk mati adalah sikap bodoh dan konyol. Ia
tidak mengetahui apa yang terjadi setelah kematian. Justru ia berpindah dari
suatu kemudharatan menuju keburukan yang jauh lebih parah, seperti adzab dan
siksa alam kubur.
Keempat
: Sesungguhnya kematian akan memutuskan segala perbuatan baik seorang hamba
karena hanya dengan hiduplah ia dapat melakukan kebaikan. Sisa usia seorang
mukmin tidak aka nada nilainya jika ia menginginkan terputusnya perbuatan baik,
pada hal perbuatan baik yang sebesar biji sawi jauh lebih baik daripada dunia
dan seisinya. Intinya adalahia mesti sabar terhadap musibah yang menimpanya
karena sesungguhnya Allah melimpahkan balasan yang tidak terhitung kepada orang
orang yang sabar.
Oleh sebab itulah disebutkan pada
akhir hadits dari Anas diatas : “Andaipun
seorang itu tetap berkeinginan mengharapkan kematian maka hendaklah ia
mengucapkan : Ya Allah, hidupkanlah aku andai kehidupan baik
bagiku dan matikanlah aku jika kebaikan itu lebih baik untukku.
Jadi seorang hamba melimpahkan
segala urusannya kepada Allah Ta’ala yang mengetahui segala apa yang terbaik
untuk hamba-Nya, sedangkan hamba itu tidak mengetahuinya. Allah menginginkan suatu
kebaikan untuk hamba-Nya sedangkan hamba
itu tidak menginginkannya. Sungguh Allah Ta’ala bersikap Mahalembut dengan
segala ujian dan cobaan-Nya sebagaimana Dia Mahalembut dengan segala
nikmat-Nya. (Bahjat Qulub al Abrar)
Syaikh Mahmud al Mishri, dalam Kitab Rihlah ilad Darul
Aakhirah, menukil sebuah kisah dari Abu
Salamah, dari Thalhah bin Ubaidillah : Sesungguhnya dua orang laki laki dari
kabilah Baliy (suatu kabilah besar yang dinisbatkan kepada Baliy bin Amr)
menghadap Rasulullah dan menyatakan keislamannya. Satu dari kedua laki laki ini
lebih giat dari yang lainnya. Lalu yang lebih giat ini pergi berperang dan mati
syahid. Laki laki yang satunya lagi diberi umur setahun lagi dan wafat dalam
keadaan wajar di rumahnya.
Thalhah berkata : Saya bermimpi, saya berada di pintu surga,
ternyata saya bersama dua orang laki laki yang sudah meninggal ini. Lalu dari
surga ada suara memanggil orang yang meninggal lebih akhir dari keduanya.
Kemudian datang lagi suara dari dalam surga memanggil orang yang mati syahid.
Selanjutnya suara itu datang kepadaku dan terdengar : Kembalilah, karena belum
waktunya kamu masuk surga.
Lalu pagi harinya, Thalhah bercerita kepada orang orang dan
mereka heran akan hal itu. Kenapa orang yang mati belakangan di rumahnya itu, dipanggil lebih dahulu masuk surga sedangkan
yang mati syahid dipanggil masuk surga belakangan. Cerita mimpi Thalhah ini
disampaikan kepada Rasulullah, maka Rasulullah bertanya kepada orang orang : “Apa
yang kalian herankan dari hal itu” Mereka menjawab : Wahai Rasulullah orang
ini adalah yang paling giat dari keduanya kemudian mati syahid tapi yang
lainnya dipanggil masuk surga lebih dahulu darinya.
Kemudian Rasulullah bersabda : “Bukankah dia telah hidup
setahun lagi setelahnya”? Mereka menjawab : Benar ya Rasulullah :
Rasulullah bersabda : “Dengan begitu (laki laki yang meninggal belakangan
itu) ia mendapati bulan Ramadhan, lalu berpuasa, shalat ini dan shalat itu, sujud
sepanjang tahun” ? Mereka mejawab : Benar. Lalu Rasulullah bersabda : “Karena
itulah jarak di antara keduanya lebih jauh dari jarak antara langit dan bumi” (H.R
Imam Ahmad dan Ibnu Majah, dishahihkan oleh Syaikh al Albani dalam shahih Sunan
Ibnu Majah).
Sangatlah banyak faedah yang bisa
diambil dari kisah ini. Yang terutama adalah bahwa seorang yang beriman jika
mendapat umur yang panjang maka dia akan menggunakan untuk taat beribadah
sehingga bisa jadi mengalahkan pahala orang yang mati syahid. Allahu Akbar.
Oleh karena itu sangatlah tidak
bermanfaat sedikitpun meminta kematian dipercepat meskipun mengalami berbagai
ujian dan cobaan yang berat. Kalau seseorang diberi umur panjang maka masih ada
kesempatan baginya untuk melakukan ketaatan dengan beramal shalih. Jadi jangan
pernah berputus asa. Sungguh Allah
Ta’ala Maha Pengasih dan Maha Penyayang terhadap hamba hamba-Nya.
Wallahu A’lam. (463)
Subhanallah ..
BalasHapusBagaimana
BalasHapusJika seorang hamba yang berdoa tentang kematiannya dan berdoa pula agar masuk surga dan berdoa juga untuk mati dalam keadaan khusnul khatimah juga
Apakah boleh ?
boleh, sesungguhnya Allah maha pendengar lagi maha pengampun
Hapusjangan meminta mati, mintalah panjang umur berkah dan jika mati dalam khusnul khotimah
Hapusnice
HapusApakah dengan berdoa meminta kematian bisa mendatangkan kematian
BalasHapusSaya sering berdoa meminta kematian karena hidup yg sulit apakah saya berdosa
BalasHapusKita sama🙁🙁🙁
HapusAku hanya takut jika aku terus hidup aku kan selalu kufur atas nikmatnya