SETELAH TAUBAT NASUHA
Oleh Azwir B. Chaniago
Seorang hamba selalu merasa banyak dosa. Oleh sebab itu maka
dia akan senantiasa minta ampun kepada
Allah Ta’ala, bertaubat bahkan dengan sebenar benar taubat atau taubat nasuha.
Lalu setelah bertaubat, maka seorang hamba haruslah berbaik sangka kepada Allah
bahwa dosanya yang telah lalu sudah diampuni.
Husnuzhan itu adalah sikap yang baik. Namun ketahuilah bahwa setelah bertaubat
masih perlu adanya kemauan yang kuat untuk
:
Pertama : Menjadi lebih baik.
Seorang yang telah bertaubat harus mengiringi taubatnya
dengan menjadi pribadi yang lebih baik.
Menjadi lebih baik dalam aqidahnya, ibadahnya, akhlaknya dan juga muamalahnya.
Ini merupakan salah satu tujuan dari taubat nasuha yang telah dilakukannya.
Seolah olah dia menjadi diri yang baru. Sangat berbeda dengan keadaannya
sebelum bertaubat. Taubat yang telah dilakukannya haruslah menjadi langkah awal
perubahan yang besar dalam kehidupannya.
Hendaklah seorang yang sudah bertaubat memperhatikan hal ini
dengan sungguh sungguh. Seandainya seorang hamba mengaku telah taubat dengan
taubat nasuha maka lalu tidak ada perubahan dari keadaan sebelumnya maka lebih
baik dia mengulangi lagi taubatnya dengan lebih bersungguh sungguh.
Kedua : Mengganti keburukan dengan kebaikan.
Allah berfirman : …Innal hasanaati yudzhibnas saiyi-at… Sesungguhnya perbuatan perbuatan baik itu
menghapuskan (dosa) perbuatan perbuatan yang buruk … (Q.S Huud 114).
Rasulullah bersabda : “ …Wa atbi’is saiyiatal hasanata
tamhuhaa …Dan iringilah keburukan dengan kebaikan, niscaya ia (kebaikan) akan
menghapuskannya (keburukan)… (H.R Imam Ahmad, at Tirmidzi dan al Baihaqi).
Orang yang telah bertaubat pastilah mengetahui bahwa
sebelumnya dia banyak berbuat dosa. Maka setelah bertaubat seharusnya dia
banyak berbuat kebaikan. Sebelumnya dia banyak berbuat maksiat maka dia harus
menggantinya dengan banyak melakukan ketaatan. Jika sebelumnya dia banyak
berbohong maka dia harus menggantinya dengan melazimkan sikap jujur pada
dirinya. Jika sebelum bertaubat dia memiliki sikap sombong maka setelah
bertaubat dia harus melazimkan sikap tawadhu’ atau rendah hati. dan yang
lainnya.
Ketiga : Menutup aibnya dimasa lalu.
Jika seseorang telah bertaubat dari berbagai dosa dan
maksiatnya dimasa lalu, maka wajib baginya untuk menutup semua aib atau
keburukannya itu. Dia haruslah berusaha menyembunyikannya. Jangan pernah
sekalipun menceritakannya kepada orang lain. Sungguh ini adalah salah satu adab
bertaubat.
Seorang yang telah melakukan kemaksiatan dimasa lalu jangan
menyebarkannya kepada manusia. Menceritakan aibnya dimasa lalu dianggap sebagai
perbuatan menyebarkan kedurhakaan dan kekejian. Memang terkadang kita melihat
ada sebagian orang yang telah betul betul bertaubat dari suatu kemaksiatan lalu
berbangga diri menceritakannya dihadapan orang banyak. Menceritakan kemaksiatan
dimasa lalu adalah suatu sikap tercela. Berusahalah menghindarinya.
Rasulullah bersabda : “Seluruh umatku dimaafkan kecuali al
mujaahiriin (orang yang menyebarkan perbuatan maksiatnya). Termasuk ijhaar
adalah seorang hamba yang melakukan maksiat pada malam hari. Kemudian pada pagi
harinya Allah menutupi aibnya. Namun ia malah berkata : Wahai Fulan. Aku telah
melakukan begini dan begini tadi malam. Pada malam hari Allah menutupi aibnya
tetapi keesokan harinya ia membuka penutup Allah dari aib dirinya”. (H.R Imam
Bukhari dan Imam Muslim).
Dengan demikian maka menjadi wajib bagi setiap hamba untuk
tidak membuka aibnya sendiri dengan menceritakan perbuatan maksiat yang telah
dilakukannya.
Keempat : Selalu memperbaharui taubat.
Seorang hamba yang telah bertaubat bahkan dengan taubat
nasuha dia hendaknya tetap memperbaharui taubatnya setiap saat, karena seorang
hamba tidak terbebas dari dosa. Perhatikanlah
firman dalam sebuah hadits qudsi yang diriwayatkan oleh Imam
Muslim disebutkan bahwa manusia berbuat dosa siang dan malam artinya terus dan
sering berbuat dosa meskipun sudah bertaubat.
Allah berfirman : “Ya ‘ibaadi, innakum tukhti-una bil laili
wan nahar” Wa ana aghfiru dzunuuba jamii’a. Fastaghfiruni, aghfirlakum”. Wahai
hamba hambaku, sesungguhnya kalian berbuat dosa (kesalahan) siang dan malam.
Dan Aku Mahapengampun, semua dosa. Minta ampunlah kepadaKu, Aku akan ampuni
kalian.
Ketahuilah bahwa seorang hamba yang menyempurnakan
taubatnya, maka insya Allah dia akan
termasuk dalam golongan yang disebutkan dalam firman Allah :
Kecuali orang-orang yang bertaubat,
beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka kejahatan mereka diganti Allah dengan
kebajikan. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan orang-orang yang bertaubat dan
mengerjakan amal saleh, Maka Sesungguhnya Dia bertaubat kepada Allah dengan
taubat yang sebenar-benarnya. (Q.S. al Furqaan 70-71).
Allahu a’lam. (91)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar