MERASA PUAS DENGAN
DUNIA MENGABAIKAN KEBAHAGIAAN AKHIRAT ?
Disusun oleh : Azwir B. Chaniago
Sungguh, ketika seseorang telah memperoleh harta dunia
dalam jumlah yang banyak bahkan berlimpah lalu digunakan untuk mereguk
kebahagian dunia. Dia merasa menikmati mobil mewah, rumah mewah, makan dan
minum apa yang dia inginkan, plesiran
kesana kemari, hura hura dengan menghamburkan harta yang banyak.
Selain itu, mereka tidak tahu bahwa dalam hartanya itu
terdapat hak hak orang lain. Tetapi dia sangat kikir bahkan tidak mau
mengeluarkan harta untuk berzakat, berinfak, bersedekah dan membantu orang
orang yang kekurangan.
Inilah JENIS MANUSIA YANG TERTIPU DENGAN DUNIA dan pernak perniknya, karena semua itu adalah kebahagian yang semu SANGAT SEMENTARA. Dia juga tertipu karena telah mengabaikan kebahagiaan akhirat. Sungguh, Allah Ta’ala telah mengingatkan dalam firman-Nya :
وَمَا
الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَلَلدَّارُالْآَخِرَةُ خَيْرٌ
لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya ? (Q.S al An’aam 32).
Adapun gambaran tentang tingginya kenikmatan akhirat disebutkan dalam hadits qudsi. Allah Azza wa Jalla berfirman :
أَعْدَدْتُ
لِعِبَادِي الصَّا لحِينَ مَ لاَ عَيْنٌ رَأَتْ وَلاَ أُذُنٌ سَمِعَتْ وَلاَ
خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرِ
Aku sediakan untuk hamba-hamba-Ku yang shalih kenikmatan (tinggi di surga) yang belum pernah dilihat oleh mata, didengar oleh telinga dan terlintas dalam hati manusia. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim)
Artinya, semua kenikmatan dan keindahan di dunia yang pernah dilihat oleh mata, didengar oleh telinga atau dibayangkan dalam hati manusia, maka kenikmatan di surga jauh melebihi semua itu. (Faidhul Qadiir)
Selain itu, sungguh Allah Ta'ala telah mengingatkan pula dalam firman-Nya :
وَأَمَّا
مَن بَخِلَ وَاسْتَغْنَىٰ
Dan adapun orang yang kikir dan merasa dirinya cukup (tidak perlu pertolongan Allah) Q.S al Lail 8)
Imam asy Syaukani berkata : Setelah dia diberikan harta yang banyak, dia tidak salurkan ke jalan-jalan kebaikan, dia tidak butuh lagi dengan pahala dari Allah. DIA MERASA CUKUP DENGAN KELEZATAN DUNIA dan tidak butuh dengan kenikmatan akhirat (lihat Fathul Qadiir).
Tentang surat al Lail ayat 8 ini, Syaikh as Sa'di berkata : "Dan merasa dirinya cukup"' (Maknanya dia), Tidak memerlukan Allah Ta'ala dengan tidak menyembah-Nya dan tidak menganggap dirinya butuh pada Rabbnya. Sementara TIDAK ADA keselamatan, keberuntungan, kemenangan bagi jiwa selain menjadikan Allah Ta'ala sebagai Dzat yang dicintai dan disembah. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).
Oleh karena itu hamba hamba Allah jangan puasa dengan kehidupan dunia. Sungguh kehidupan dunia adalah sebagai jalan mencari bekal untuk mendapatkan kehidupan akhirat yang abadi.
Wallahu A'lam. (3.133).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar