DIDATANGI
MUSIBAH BESAR TAPI TAK DISADARI
Disusun oleh : Azwir
B. Chaniago
Dalam menjalani hidup
ini terkadang datang sesuatu yang tidak menyenangkan. Diantaranya adalah karena
kehilangan sumber penghasilan, kehilangan harta, didatangi sakit, dihina orang,
ditinggalkan orang yang dicintai dan banyak lagi yang lainnya.
Musibah musibah ini
sangat kita rasakan lalu kita dianjurkan untuk bersabar dan memohon agar diberi
ganti yang lebih baik.
Ummu
Salamah -salah satu istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam- berkata bahwa beliau pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أُمَّ سَلَمَةَ زَوْجَ النَّبِىِّ -صلى الله
عليه وسلم- تَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ مَا
مِنْ عَبْدٍ تُصِيبُهُ مُصِيبَةٌ فَيَقُولُ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ
رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ أْجُرْنِى فِى مُصِيبَتِى وَأَخْلِفْ لِى خَيْرًا مِنْهَا
إِلاَّ أَجَرَهُ اللَّهُ فِى مُصِيبَتِهِ وَأَخْلَفَ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا
Siapa
saja dari hamba yang tertimpa suatu musibah lalu ia mengucapkan : Inna lillahi
wa inna ilaihi raaji’un. Allahumma’jurnii fii mushibatii wa akhlif lii khairan
minhaa (Segala sesuatu adalah milik Allah dan akan kembali pada-Nya. Ya Allah,
berilah ganjaran terhadap musibah ang menimpaku dan berilah ganti dengan yang
lebih baik, maka Allah akan memberinya ganjaran dalam musibahnya dan
menggantinya dengan yang lebih baik.
(H.R Imam Muslim).
Tetapi ketahuilah saudaraku, bahwa sebenarnya ada musibah besar yang menimpa sebagian saudara saudara kita tetapi dia sepertinya tak merasakan itu sebagai musibah. Diantara musibah yang sering tak terasa oleh sebagian orang adalah MENGETAHUI KEKURANGAN DIRI tetapi tak peduli dan tak berusaha memperbaikinya.
Al Imam Abdullah Ibnul Mubarak
rahimahullah berkata : Diantara musibah yang PALING BESAR adalah seseorang
menyadari akan kekurangannya pada dirinya namun ia tidak peduli dan tidak
bersedih karenanya. (Syu’abul Iman).
Oleh karena itu maka hamba hamba Allah hendaklah terus
menerus berusaha mengevaluasi atau melakukan introspeksi diri tentang aib dan
kekurangan dirinya. Rasulullah Salallahu
‘alaihi Wasallam mengingatkan tentang
perkara ini, sebagaimana sabda beliau :
الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ
الْمَوْتِ والعَاجِرُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنِّى عَلَى اللهِ
Orang yang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi)
dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang
yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan
terhadap Allah Subhanahu wa Ta'ala. (H.R at Tirmidzi, Hadits ini Hasan).
Kemudian
dalam satu atsar yang diriwayatkan oleh Imam at Tirmidzi dari Umar
bin Khaththab, dia berkata : Hisablah (amal perbuatan) diri kalian sebelum
kalian dihisab !. Timbanglah (amal pebuatan) diri kalian sebelum kalian
ditimbang !. Perhitungan kalian kelak (di akhirat) akan lebih ringan di
karenakan telah kalian perhitungkan diri kalian pada hari ini (di dunia).
Berhiaslah
(persiapkanlah) diri kalian demi menghadapi hari ditampakkannya perbuatan. Pada
hari itu kalian dihadapkan (kepada Rabb kalian). Tiada sesuatupun
dari keadaan kalian yang tersembunyi (bagi Allah). Demikian nasehat
Umar.
Wallahu A'lam. (3.123)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar