IBARAT
SESEORANG MEMEGANG BARA API
Oleh : Azwir B. Chaniago
Zaman
sekarang disebut sebagai akhir zaman karena sudah semakin dekat berakhirnya
dunia ini beserta segala isinya. Dan dizaman ini pula akan semakin banyak
fitnah atau ujian. Oleh karena itu, jika seorang hamba tidak mau jatuh kepada
kerugian dan kebinasaan maka dia harus semakin kokoh berdiri di atas agamanya
yang lurus meskipun sangatlah berat.
Rasulullah telah mengingatkan umatnya
tentang hal ini dalam sabda beliau : “Ya’tii ‘alannaasi zamaanul qaabidhu ‘alaa
diinihi kalqaabidhi ‘alal jamr”. Akan datang
kepada manusia suatu zaman, orang yang berpegang teguh pada agamanya seperti
orang yang menggenggam bara api. (H.R at Tirmidzi, dishaihkan oleh Syaikh al Albani).
Itulah perumpamaan yang
diberikan oleh Rasulullah tentang betapa beratnya memegang agama yang benar di akhir
zaman ini yaitu bagaikan memegang bara api. Memegang bara api tentulah sangat
berat karena panasnya dan jika dilepaskan berarti seseorang melepaskan
agamanya.
Imam
al Munawi rahimahullah dalam menjelaskan hadits ini beliau berkata : Nabi
Shallallahu‘alaihi wasallam
mengibaratkan dengan perumpamaan yang bisa dicerna secara inderawi.
Maksudnya orang yang bersabar dalam berpegang pada hukum Al Qur’an dan As
Sunnah, akan mendapatkan perlakuan keras dan kesulitan-kesulitan dari ahlul
bid’ah dan orang-orang menyimpang. (Mereka) dianalogikan bagai memegang bara
api dengan genggaman tangannya, bahkan lebih dahsyat dari itu.(Faidhul Qadir).
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as Sa’di berkata : “Pada
akhir zaman akan sedikit kebaikan dan sebab-sebabnya, merajalela keburukan dan
sebab-sebabnya dan pada saat itu orang yang berpegang teguh dengan agama sangat
sedikit jumlahnya. Yang sedikit ini berada dalam keadaan kesusahan (karena
banyaknya fitnah) sebagaimana orang yang mengenggam bara api karena banyak yang
menentang dan banyak fitnah yang menyesatkan, fitnah syubhat, keraguan,
berpaling dari kebenaran, fitnah syahwat dan condongnya makhluk kepada dunia
dan tenggelam dengan kemilau dunia baik zhahir dan batin.”(Bahjah Qulubil
Abrar)
Sungguh
tentulah tidak nyaman menggenggam bara
api yang memang panas dan bisa membahayakan diri dan agama seseorang. Lalu bagaimana
seseorang bisa menjaga dan menyelamatkan agama dizaman ini meskipun menghadapi finah atau
ujian yaitu ibarat memegang bara api
yang membakar. Diantaranya adalah :
Pertama
: Ikhlas dalam memegang dan menjalankan agama ini.
Makna
ikhlas adalah niat mengharap
ridha Allah saja dalam beramal tanpa menyekutukan-Nya dengan yang lain. Memurnikan
niat dari segala sesuatu yang bisa
merusaknya. Ketahuilah bahwa fitnah atau
ujian dalam agama itu di akhir zaman memang berat tetapi keikhlasan dalam
memegangnya untuk mencari ridha Allah maka insya Allah akan menjadi lebih
ringan.
Allah
Subhanahu Ta’ala berfirman : “Wamaa umiruu illaa liya’budullaha mukhlishiina
lahuddiin. Padahal mereka hanya diperintah untuk menyembah Allah dengan
ikhlas mantaatiNya semata mata karena (menjalankan) agama. (Q.S al Baiyinah 5).
Kedua
: Memegang agama ini dengan kaffah.
Diantara yang bisa membuat ringannya
ujian dan cobaan dalam beragama adalah dengan memegang dan menjaga agama ini secara kaffah. Pegang keseluruhan, tidak
setengah setengah. Fitnah dalam agama ini diibaratkan dengan bara api maka
ketahuilah kalau bara api itu kita pegang dengan kuat maka dia akan lumat dan
apinya bisa mati. Wallahu A’lam.
Allah Ta’ala berfirman : “Yaa aiyuhal ladziina aamanuudkhulu fiis
silmi kaaffah” Wahai orang orang yang beriman !. Masuklah kedalam Islam
secara keseluruhan. (Q.S al Baqarah 208).
Syaikh as Sa’di berkata : Ini adalah perintah
Allah Ta’ala kepada orang orang yang beriman untuk masuk “ke dalam Islam kaffah, keseluruhan” maksudnya dalam seluruh
syariat syariat agama. Mereka tidak meninggalkan sesuatu pun dari agama. Bahkan
menjadi satu hal yang wajib yang mana nafsunya tunduk pada agama. Ia melakukan
segala perbuatan baik dengan segala kemampuannya. Dan apa yang tidak mampu dia
lakukan maka dia berusaha dan berniat melakukannya. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).
Ketiga : Sabar
dalam menanggung kesusahan.
Fitnah
atau ujian di zaman ini terasa sangatlah berat bahkan diibaratkan oleh
Rasulullah seperti memegang bara api. Jika dipegang sangatlah panas dan jika
dilepaskan berarti melepaskan agama. Sungguh keadaan ini membutuhkan kesabaran
yang luar biasa.
Syaikh al Mubarakfuri menukil perkataan al Qari :
Tidak mungkin menggenggam bara api kecuali dengan kesabaran yang amat sangat
dalam menanggung kesusahan. Ini bisa terjadi pada zaman yang tidak bisa
terbayangkan lagi bagaimana bisa menjaga agama kecuali dengan kesabararan yang
besar. (Tuhfatul Ahwadzi).
Imam
Hasan al Bashri berkata : Mereka diperintahkan agar bersabar di atas agama yang
telah Allah Ta’ala ridhai untuk mereka yaitu agama Islam. Jangan sampai mereka
meninggalkannya dengan sebab senang atau susah, sengsara atau sejahtera,
sehingga mereka mati dalam keadaan sebagai orang Islam. Dan agar mereka
menambah kesabaran menghadapi musuh musuh yang menyembunyikan agama mereka
(Tafsir Ibnu Katsir).
Keempat : Memiliki ilmu tentang agama
ini.
Seorang
hamba yang hidup di zaman fitnah ini haruslah tegar di atas kebenaran. Untuk
itu haruslah berusaha memiliki ilmu yang cukup sehingga bisa mengetahui mana
yang benar mana yang salah, mana yang halal dan mana yang haram. Ini adalah salah satu pagar menghadapi fitnah
sehingga bara api nya tidak menjadi jadi.
Rasulullah
bersabda : “Innamal ‘ilm bit ta’allum, wa
innamal huluma bit tahallum. Waman yatahararal kahira yu’tihi waman yatawaqqay
syarra yuuqah” Sesungguhnya ilmu didapat dengan belajar dan sesungguhnya
hilm (ketenangan, kesabaran) didapat dengan melatihnya. Barangsiapa yang berusaha untuk mendapatkan kebaikan maka Allah akan
memberikannya. Barang siapa yang berusaha untuk menghindari keburukan niscaya
akan terhindar darinya. (H.R ath Thabrani, dihasankan oleh Syaikh al
Albani).
Insya
Allah ada manfaatnya untuk kita semua. Wallahu A’lam. (652)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar