LIMA
KEBIASAAN BAIK YANG DISUKAI SAHABAT
Oleh : Azwir B. Chaniago
Banyak
penjelasan ulama tentang siapakah orang orang yang disebut dengan sahabat
Rasulullah Sallahu ‘alaihi Wasallam.
Salah satu penjelasan, batasan atau definisi yang bagus adalah sebagaimana
dikatakan oleh al Hafizh Ibnu Hajar Ashqalani
: Sahabat adalah orang yang bertemu dengan Nabi Salallahu ‘alaihi
wasallam, beriman kepadanya dan wafat dalam keadaan Islam. (al Ishabah fi
Tamyiz as Shahabah).
Para
sahabat adalah umat terpilih. Allah berfirman : “Qulilhamdulillahi wa salaamun
‘ala ‘ibaadihil ladziina ashthafaa…” Katakanlah, segala puji bagi Allah dan
kesejahteraan atas hamba hambaNya yang dipilihNya.. (Q.S an Naml 59).
Tentang
ayat ini dijelaskan dalam Tafsir ath Thabari : (1) Ibnu Abbas berkata : Para
sahabat Nabi Muhammad Salallahu ‘alaihi wasallam adalah hamba hamba pilihan
Allah untuk Nabi-Nya. (2) Firman Allah : Hamba
hambaNya yang dipilihNya yaitu
hamba hamba pilihan untuk NabiNya Muhammad. Allah menjadikan mereka sebagai pendamping
dan pembela Nabi untuk mengemban agama yang diutus
Para
sahabat adalah generasi yang pertama tama beriman, mengamalkan dan mendakwahkan
risalah Rasulullah. Mereka melakukannya dengan penuh keikhlasan, sungguh
sungguh, penuh kesabaran dan pengorbanan yang sangat besar pada diri dan
hartanya.
Allah
Ta’ala memuji mereka sebagai umat terbaik dan Allah meridhai mereka sebagaimana
mereka ridha menerima syari’at Islam yang diturunkan kepada mereka melalui
Rasulullah.
Allah
berfirman : “Kuntum khaira ummatin
ukhrijat linnaasi ta’muruuna bil ma’ruufi wa tanhauna ‘anil munkari wa
tu’minuuna billahi”. Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia
(karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf dan mencegah dari yang mungkar dan
beriman kepada Allah” (Q.S. Ali Imran 110).
Sungguh ayat ini turun pada masa
sahabat, dan paling utama yang dimaksud dengan umat terbaik tentulah para
sahabat. Selanjutnya adalah orang orang yang mengikuti cara beragamanya para
sahabat.
Ketahuilah
bahwa prestasi dan kehebatan sahabat dimata Allah dan Rasul-Nya tentulah
dibarengi dengan beberapa sikap dan kebiasaan mereka yang sangat terpuji
sehingga mendatangkan hasil yang pantas pula mendapat pujian. Sungguh para
sahabat memiliki paling tidak lima kebiasaan baik yang senantiasa mereka
lazimkan, yaitu :
Pertama : Mereka senantiasa berpegang
teguh kepada jamaah.
Dalam
beragama mereka mengikuti pemahaman yang benar yaitu al Qur an dan as Sunnah.
Mereka menjaga persatuan dan tidak keluar dari jamaah kaum muslimin.
Kedua : Mereka senantiasa mengikuti
sunnah.
Mereka
selalu mengamalkan dan membela sunnah. Mengambil contoh dan tauladan dari
Rasulullah dan mereka sangatlah paham bahwa tiada suri tauladan yang baik
kecuali Rasulullah. Sungguh Allah Ta’ala telah mengingatkan bahwa contoh dan
tauladan yang paling baik itu ada pada Rasulullah.
Allah
berfirman : “Laqad kaana lakum fii
rasuulillahi uswatun hasanatun liman kaana yajullaha wal yaumal aakhira wa
dzakarallaha katsiiraa”. Sesunguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu
suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah
dan (kedatangan) Hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Q.S al Ahdzaab
21).
Ketiga : Mereka senantiasa memakmurkan
masjid.
Allah
berfirman : “Innama ya’muru masajidallahi man amana billahi wal yaumil
akhiri wa aqamash shalata wa ataz zakata wa lam yakhsya illallaha. Fa’asaa
ulaaika aiyakuunuu minal muhtadiin”. Sesungguhnya yang memakmurkan masjid
Allah hanyalah orang orang yang beriman
kepada Allah dan hari kemudian, dan (tetap) melaksanakan shalat, menunaikan
zakat dan tidak takut (kepada apapun) kecuali kepada Allah. Maka mudah-mudahan
mereka termasuk orang orang yang mendapat petunjuk. (Q.S at Taubah 18).
Sungguh
para sahabat sangat bersemangat memakmurkan masjid terutama sekali adalah
memakmurkan masjid “secara maknawi” yaitu
menghidupkan suasana masjid dengan berbagai kegiatan agama dan paling utama
dengan shalat berjamaah. membaca al
Qur’an, dzikir dan doa, kegiatan kesehatan dan bahkan persiapan perang.
Keempat : Mereka bersemangat membaca Kitabullah dan
mengamalkannya.
Pada
masa Rasulullah berada di Madinah, ayat ayat al Qur an masih terus turun.
Memang ayat al Qur an diturunkan Allah secara berangsur angsur sesuai yang
Allah kehendaki. Allah berfirman : Inna nahnu nazzalnaa ‘alaikal
qur-aana tanziilaa” Sesungguhnya
Kamilah yang menurunkan al Qur an kepadamu (Muhammad) secara berangsur angsur.
(Q.S al Insaan 23).
Lalu
setiap ayat yang turun langsung disampaikan Rasulullah kepada para sahabat.
Kemudian para sahabat mempelajarinya, menghafalkan dan berusaha memahami
maknanya. Jika ada yang mereka kurang paham maka mereka segera meminta
penjelasan kepada Rasulullah. Selanjutnya, jika ayat itu berupa perintah maka
tanpa menunggu sesuatupun mereka langsung mengamalkannya dengan sebaik mungkin.
Jika ayat tersebut merupakan larangan maka para sahabat segera saat itu juga
berhenti pada batas larangan tersebut.
Kesimpulannya adalah bahwa setiap
ada ayat yang turun, maka para sahabat
selalu pada posisi sami’naa wa atha’naa, kami dengar dan
kami taati.
Metode
belajar al Qur an para sahabat juga sangat mengagumkan. Abu Abdurrahman al
Sulama berkata : Mereka yang membacakan al Qur an kepada kami seperti Utsman
bin Affan, Ibnu Mas’ud dan yang lainnya mengatakan bahwa setelah belajar 10
ayat dari Nabi mereka tidak menambahnya lagi sebelum mendalami isinya. Kami
mempelajari al Qur an dari sisi ilmu dan sekali gus amal, tutur mereka.
Kelima : Mereka senantiasa siap
berjihad di jalan Allah.
Kedudukan
jihad dalam Islam adalah sangat agung yaitu sebagaimana dijelaskan dalam sabda
Rasulullah : “ …. Ra’sul amril islaamu wa
‘amuuduhush shalaatu wa dzirwatu sanaamihil jihaadu fii sabiilillah”. ….Pokok
segala urusan adalah Islam, tiangnya adalah shalat dan puncak urusan Islam
adalah jihad fii sabiilillah. (H.R Imam Ahmad dan at Tirmidzi, dari Muadz bin
Jabal)
Para
sahabat sangat memahami keutamaan jihad di jalan Allah meskipun harta dan nyawa
mereka taruhannya. Tidak sedikit jumlah sahabat yang syahid untuk kemuliaan
Islam. Sungguh Allah telah memberi perintah untuk berperang sebagaimana firman-Nya
: “Wa ‘asaa an takrahuu syai-an, wa huwa
khairul lakum. Wa ‘asaa antuhibbuu syai-an wa huwa khairul lakum, wallahu
ya’lamu wa antum laa ta’lamuun”. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi
sesuatu, pada hal itu baik bagimu. Dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, pada
hal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui. (Q.S al Baqarah 216)
Dalam sebuah
hadits Rasulullah telah menjelaskan kepada sahabat tentang keutamaan jihad di jalan Allah. Beliau bersabda : Dari Abdullah bin Mas'ud radhiallahu ‘anhu,
dia berkata, "Saya pernah bertanya kepada Rasulullah SAW, '"Apakah
perbuatan paling utama?" Beliau
menjawab, "Shalat tepat pada waktunya" Dia berkata : Saya
bertanya lagi, kemudiaan apa ?.Beliau menjawab
: Berbuat baik kepada kedua orang tua. Dia berkata : "Saya bertanya lagi, lalu apa?"
Beliau menjawab, "Jihad di jalan
Allah" Maka saya tidak
menambah pertanyaan melainkan untuk melaksanakan dan menjaga hal tersebut (H.R
Imam Muslim).
Ketahuilah
bahwa lima kebiasaan baik yang senantiasa dilazimkan para sahabat, seperti disebutkan diatas adalah sebagaimana dikatakan
oleh Imam al Auza’i dan terangkum dalam riwayat yang disebutkan oleh Imam al
Lalika’i dalam Hilyatul Aulyaa’ dan juga oleh Imam al Baghawi dalam Syarhus
Sunnah, yaitu : “Lima perkara yang selalu dilakukan oleh para sahabat Nabi Muhammad Salallahu
‘alaihi Wasallam dan orang orang yang mengikuti mereka dengan baik : (1)
Senantiasa berpegang teguh pada jamaah kaum muslimin. (2) Mengikuti Sunnah
Nabi. (3) Memakmurkan masjid. (4) Membaca al Qur-an, dan (5) Berjihad di jalan
Allah.
Insya
Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (635)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar