Senin, 11 April 2016

BELAJAR ILMU DAN BERSEGERA MENGAMALKANNYA



BELAJAR ILMU DAN BERSEGERA MENGAMALKANNYA

Oleh : Azwir B. Chaniago

Ketahuilah bahwa belajar ilmu wajib bagi kaum muslimin baik laki laki maupun perempuan. Rasulullah bersabda : “Thalibul ‘ilmi fardhatun ‘ala kulli muslim” Belajar ilmu adalah  wajib bagi setiap muslim. (H.R  Imam Ahmad dan Ibnu Majah)

Sungguh (1) Tidaklah seorang hamba bisa mengingat Allah secara benar kecuali dengan ilmu (2) Tidaklah seorang hamba bisa melakukan ketaatan kepada Allah dengan benar kecuali dengan ilmu. (3) Tidaklah seorang hamba bisa bersyukur atas  nikmat Allah kecuali dengan ilmu (4) Tidaklah seorang hamba bisa bersabar secara benar  terhadap ujian yang diberikan Allah kecuali dengan ilmu.

Setelah belajar ilmu maka bersegeralah mengamalkannya. Sungguh mengamalkan ilmu adalah kewajiban seorang yang telah mengetahui suatu ilmu. Ilmu tidak bermanfaat jika tidak diamalkan. Sesungguhnya buah ilmu adalah amal. Dan Allah hanya akan memberikan balasan berdasarkan amal yang dilakukan.

Allah Ta’ala berfirman : “Falaa ta’lamu nafsun maa ukhfiya lahum min qurrati a’yun, bima kaanuu ya’maluun”. Maka tidak seorang pun mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam macam nikmat) yang menyenangkan hati sebagai balasan terhadap apa yang mereka amalkan (Q.S as Sajdah 17)

Allah berfirman :  “Innama tujzauna ma kuntum ta’malun.” Sesungguhnya kamu diberi balasan terhadap apa yang telah kamu kerjakan. (Q.S. Ath Thuur 16).
Imam Ibnu Katsir menjelaskan makna ayat ini bahwa Allah tidak akan pernah menzhalimi seorangpun. Bahkan sebaliknya. Dia senantiasa memberikan balasan kepada setiap orang sesuai dengan amalnya.

Sungguh Allah Ta’ala mencela orang yang mengetahui tapi tidak mengamalkannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : “Ata’muruunan naasa bil birri wa tansauna anfusakum wa antum tatluunal kitaab, afalaa ta’qiluun”.  Mengapa kamu suruh orang lain (melakukan) kebajikan sedangkan kamu melupakan (kewajiban) dirimu sendiri pada hal kamu membaca Kitab.  Maka tidakkah kamu berfikir.” ? (Q.S. al Baqarah 44).

Dalam kitab Tafsir Karimiir Rahman, Syaikh as  Sa’di antara lain menjelaskan bahwa ayat ini turun, walaupun kepada Bani Israil, namun bersifat umum kepada setiap orang, karena ini adalah firman Allah. Selanjutnya Syaikh berkata : Barangsiapa yang menyuruh orang lain kepada kebaikan lalu dia tidak melakukannya atau melarang  dari kemungkaran namun dia tidak meninggalkannya maka hal itu menunjukkan tidak ada akal padanya. Dan ini suatu kebodohan. Khususnya bila dia telah mengetahui hal itu dan hujjah benar-benar  telah ditegakkan atasnya.

Diantara sifat orang berilmu adalah tidak pernah lalai dalam mengamalkan ilmunya karena Allah telah mengingatkan :   “Yaa aiyuhal ladziina aamanuu lima taquuluuna maa laa taf’aluun. Kabura maqtan ‘indallahi an taquuluu maa laa taf’aluun”. Wahai orang orang yang beriman ! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan ?. (Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa apa yang tidak kamu kerjakan.  (Q.S ash Shaaf 2-3).

Syaikh as Sa’di berkata : Apakah kondisi tercela seperti ini pantas bagi orang-orang yang beriman ?. Bukankah amat besar murka Allah pada orang yang mengatakan sesuatu namun tidak dikerjakannya. Oleh karena itu orang yang menyuruh berbuat baik seharusnya menjadi orang yang pertama mengamalkannya. Dan orang yang melarang kemungkaran seharusnya menjadi orang yang paling jauh dari kemungkaran itu.
Sufyan ats Tsauri  berkata : Bahwa sungguh ilmu dipelajari untuk (diamalkan) dan   dijadikan sebagai sarana bertakwa kepada Allah.

Namun demikian di zaman ini, sangatlah banyak kita menyaksikan orang orang yang telah belajar dan tahu ilmu tapi lamban dalam pengamalannya. Diantara contohnya adalah :

(1) Berapa banyak saudara saudara kita yang telah belajar  ilmu tentang adab di masjid atau ilmu tentang adab jika  mendengar adzan tapi pengamalannya masih sangatlah kurang. 

(2) Berapa banyak pula saudara saudara kita yang telah belajar misalnya ilmu tentang shalat shalat sunat dan keutamaannya, puasa sunat dan keutamaannya tapi pengamalannya juga sering masih tanda tanya. 

(3) Berapa banyak pula saudara kita yang telah mengetahui ilmu tentang adab adab tidur secara syar’i tapi masih ada yang lalai dalam mengamalkannya.
Ketahuilah bahwa ilmu dalam Islam terutama ilmu syar’i, bukan sebatas untuk diketahui tapi wajib untuk diamalkan.  Bukan sekedar penambah wawasan tapi haruslah tercermin dalam kehidupan sehari hari yaitu berupa kelurusan akidah, keistiqamahan dalam ibadah, kemuliaan akhlak dan kebaikan dalam bermuamalah. 

Sungguh  ilmu bisa menjadi bumerang  yang akan memberatkan seorang hamba di hari Kiamat jika tidak diamalkan. Rasulullah bersabda : “Tidak akan beranjak kedua kaki seorang hamba pada hari Kiamat hingga ia ditanya tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang ilmunya, apa yang telah diamalkan, tentang hartanya dari mana ia peroleh dan ke mana ia habiskan dan tentang tubuhnya untuk apa ia gunakan”  (H.R  Imam at Tirmidzi).

Insya Allah ada manfaatnya untuk kita semua. Wallahu A’lam. (631)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar