JANGAN IKUT DUDUK DI MAJLIS
YANG MENYIA NYIAKAN WAKTU
Oleh : Azwir B. Chaniago
Seorang
hamba yang baik keislamannya tentu akan selalu berusaha menggunakan waktunya
untuk yang bermanfaat bagi dunia dan akhiratnya. Sunguh Rasulullah telah bersabda : “Min husni islamil mar’i tarkuhu ma
laya’niih” Paling baiknya Islam seseorang (ialah) meninggalkan perkara yang
tidak bermanfaat. (H.R Ibnu Majah, dalam Shahihul Jami’).
Imam Ibnu Rajab antara lain menjelaskan : Maksud hadits
ini, salah satu tanda bagusnya keislaman seseorang adalah
meninggalkan apapun yang tidak perlu baginya baik itu berupa perkataan dan
perbuatan. Ia hanya akan berkata dan berbuat apa yang perlu baginya.
Keperluan yang dimaksud adalah perkara yang ia butuhkan sehingga ia mencari dan
mengharapkannya.
Selanjutnya Ibnu Rajab berkata : Para ulama salaf
sangat memuji orang diam yang ingin meninggalkan keburukan dan perkara yang
tidak perlu baginya. Mereka selalu membina dan memperjuangkan diri untuk diam
dari hal-hal yang tidak perlu bagi mereka. (Jami’ul Ulum wal Hikam).
Imam Hasan al Bashri berkata : Salah satu tanda jauhnya
Allah dari hamba-Nya adalah Allah menjadikan orang tersebut sibuk dengan
perkara-perkara yang tidak perlu baginya. Hal itu sebagai bentuk penghinaan
terhadapnya.
Sungguh
waktu kita di dunia sangatlah terbatas
dan kita tidak tahu kapan kita akan meninggalkan dunia ini sedangkan perbekalan
kita masih sedikit. Oleh karena itu seorang hamba tidak akan mau tertipu dengan
nikmat waktu yang diberikan Allah Ta’ala kepadanya.
Dari
Ibnu Abbas, Rasulullah bersabda : “Nikmataani maghbunun fihima kasyirum minannasish
shihatu wal faragh” Dua kenikmatan
yang sering dilupakan oleh kebanyakan manusia adalah kesehatan dan waktu luang (H.R. Imam Bukhari).
Ibnu
Baththaal rahimahullah
mengatakan: “Makna hadits ini, bahwa seseorang tidaklah menjadi orang yang
longgar (punya waktu luang) sehingga dia tercukupi (kebutuhannya) dan sehat
badannya. Barangsiapa dua perkara itu ada padanya, maka hendaklah dia berusaha
agar tidak tertipu, yaitu meninggalkan syukur kepada Allah terhadap nikmat yang
telah Allah berikan kepadanya. Dan termasuk syukur kepada Allah adalah
melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
Barangsiapa melalaikan hal itu, maka dia adalah orang yang tertipu”. (Fathul Bari).
Diantara penyebab seseorang tertipu
dengan waktu adalah suka duduk duduk di majlis yang menyia nyiakan waktu
seperti berkumpul dengan teman teman lalu membicarakan sesuatu yang tidak
bermanfaat. Mereka saling berebut berbicara, berkomentar dalam hal hal yang
sepele dan tidak bermanfaa karena tidak ada hubungan dengan kepentingan mereka.
Ada pula yang berbicara dan berkomentar terhadap sesuatu yang sebenarnya dia
tidak tahu. Bahkan ada pula yang bersenda
gurau, mengeluarkan cerita bohong dan koleksi lelucon sehingga suasana menjadi
ramai.
Memang
di zaman ini banyak manusia yang suka berkumpul kumpul di satu tempat lalu
banyak membicarakan hal hal yang tidak bermutu dan tidak pula bermanfaat.
Bahkan terkadang pembicaraan mereka jatuh kepada perkara perkara yang dilarang
seperti ghibah, namimah, memfitnah dan yang lainnya. Mereka mengobrol tentang
ini dan itu serta bersenda gurau, banyak tertawa yang semuanya bisa membuat hati menjadi keras.
Padahal
Rasulullah telah memberikan tuntunan yaitu ketika beliau ditanya oleh Uqbah bin
Amir : Apa itu keselamatan ?. Maka Rasulullah bersabda : “Amsik ‘alaika lisaanaka, wal yasa’ka baituka, wabki ‘ala khati-atika”.
Jagalah olehmu lisanmu, hendaklah engkau tetap di rumahmu (dengan
melaksakan ketaatan kepada Allah) dan tangisilah dosa dosamu. (H.R at Tirmidzi,
dihasankan oleh Syaikh al Albani).
Ketahuilah bahwa duduk duduk di majlis yang menyia nyiakan
waktu adalah kerugian karena disitu biasanya dibicarakan hal hal yang tidak
bermanfaat dan dihadiri oleh orang orang yang suka melalaikan waktu. Sungguh
orang yang cerdas adalah yang bergaul dengan orang orang yang dapat membantunya
untuk selamat dari kemurkaan dan siksa Allah. Dia bergaul dengan orang orang
shalih yang akan membawa dirinya kepada ketaatan. Oleh sebab itu pandai
pandailah memilih teman untuk bergaul.
Rasulullah bersabda : “Al
mar-u ‘alaa diini khaliilihi, fal yanzhur ahadukum man yukhaalil”. Seseorang itu tergantung dari agama sahabat
karibnya maka hendaklah salah seorang di antara kalian memperhatikan dengan
siapa ia bersahabat karib. (H.R Abu Dawud, at Tirmidzi, Imam Ahmad dan al
Hakim).
Syafiyuddin al Huliy memberi nasehat dalam syairnya : Berkumpul dengan manusia tidak ada
manfaatnya. Selain berbicara tidak karuan dan desas desus. Maka sedikitkanlah
berkumpul dengan manusia. Kecuali jika untuk menuntut ilmu atau memperbaiki
keadaan.
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu
A’lam. (634)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar