KEWAJIBAN BERIBADAH SEJAK BALIGH HINGGA AJAL
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Tujuan penciptaan manusia adalah
untuk beribadah kepada-Nya, yaitu sebagaimana
dijelaskan Allah dalam firman-Nya : “Wamaa
khalaqtul jinna wal insa illaa liya’buduun” Aku tidak menciptakan jin dan
manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. (Q.S adz Dzariat 56).
Ketahuilah bahwa kewajiban
beribadah tidaklah pernah gugur terhadap seorang mukallaf yakni semenjak dia
baligh sampai ajal menjemputnya. Allah berfirman : Wa’bud rabbaka hattaa ya’tiyakal yaqiin”. Dan beribadahlah kepada
Allah sampai datang kepadamu yang diyakini, yaitu ajal. (Q.S al Hijr 99).
Mengenai kalimat yaqiin dalam
ayat ini adalah sebagaimana disebutkan oleh Imam Bukhari bahwa Salim bin Abdillah,
Mujahid, Qatadah dan ulama ulama tafsir yang lainnya mengatakan bahwa makna al
yaqiin dalam ayat ini adalah kematian.
Oleh karena itu Imam Ibnu Katsir
berkata : Dari ayat ini disimpulkan bahwa ibadah, seperti shalat dan ibadah ibadah
yang lainnya wajib dilakukan selama akal masih ada, sesuai dengan kondisi yang
ia mampu.
Diantara penegasan dari hadits
bahwa makna al yaqiin adalah kematian yaitu sebagaimana juga tersebut pada
sabda Rasulullah : Pada suatu kali Rasulullah masuk ke rumah Utsman bin Mazh’un
yaitu setelah beliau meninggal. Setelah berdialog dengan Ummul A’la, maka
Rasulullah bersabda : “Amma huwa faqad
jaa-ahul yaqiinu wa inni la-arjuu lahul khair”. Adapun dia, sudah datang
kepadanya al yaqiin (kematian) dan aku sungguh sungguh mengharapkan kebaikan
baginya.
Syaikh as Sa’di berkata : “Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu
al Yaqiin, yaitu sampai ajal tiba. Maksudnya istiqamahlah engkau
mendekatkan diri kepada Allah dengan segala macam amal ibadah di setiap waktu.
Maka beliau (Rasulullah) mentaati perintah Rabb-nya dan senantiasa membiasakan
beribadah sampai datang yaqiin (ajal) dari Rabb-nya. (Tafsir Karimir Rahman).
Selanjutnya, Imam Ibnu Katsir juga
menilai sebagai bentuk kekufuran, kesesatan dan kebodohan terhadap orang orang
yang berpendapat bahwa seseorang akan bebas dari beban taklif (tidak dikenai
kewajiban beribadah) bila telah sampai pada derajat ma’rifat (mengenal).
Beliau mengungkapkan fakta bahwa
para Nabi dan sahabat sahabat mereka adalah orang paling mengenal Allah,
mengetahui hak hak-Nya dan sifat sifat-Nya dan mereka adalah orang orang yang
paling banyak beribadah dan istiqamah untuk melakukan amal kebaikan sampai
mereka wafat. (Tafsir Ibnu Katsir).
Wallahu A’lam. (400)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar