TIDAK ADA YANG MAU RUGI
Oleh : Azwir B. Chaniago
Adakah manusia yang mau rugi ? Jawabannya adalah tidak. Tidak
ada. Semua orang yang berakal (sehat) akan selalu berfikir dan berusaha
melakukan berbagai usaha agar tidak rugi. Tetapi ada manusia yang tidak mau
rugi untuk urusan dunia saja, sedangkan untuk akhirat ada yang tidak
memikirkannya. Penyebabnya : (1) Mungkin
karena tertipu oleh harta dunia dan segala perhiasannya. (2) Mungkin karena tidak paham tentang makna dari keuntungan yang hakiki. Sungguh
Allah telah menjelaskan dalam kitab yang diturunkan-Nya dengan sangat terang
dan jelas tentang manusia yang disebut manusia yang beruntung.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : “Kullu nafsin
dzaa-iqatul maut, wa innama tuwaffauna ujuurakum yaumal qiyaamah, faman zuhziha
‘anin naari wa udkhilal jannata faqad faaz. Wamal hayaatad dun-yaa illaa
mataa’ul ghuruur” Tiap tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan
sesungguhnya pada hari Kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa
dijauhkan dari neraka dan dimasukkan kedalam surga, maka sungguh ia
telah beruntung. Kehidupan dunia itu hanyalah kesenangan yang memperdayakan
(Q.S Ali Imran 185).
Syaikh as Sa’di berkata Bahwa ayat yang mulia ini mengandung
penjelasan tentang zuhud dari dunia karena bersifat sementara dan tidak kekal.
Dan bahwa dunia itu adalah perhiasan yang menipu, membuat fitnah dengan
keindahannya, menipu dengan kecantikan dan kemolekannya. Kemudian dunia itu
akan berpindah dan ditinggalkan menuju negeri yang abadi. Jiwa jiwa manusia akan
dipenuhi dengan dengan apa yang telah diperbuatnya di dunia ini berupa kebaikan
maupun keburukan.
Selanjutnya dijelaskan pula oleh beliau bahwa : Maka
barang siapa dijauhkan, artinya dikeluarkan, dari neraka dan dimasukkan
kedalam surga, maka sungguh dia telah beruntung, maksudnya dia telah memperoleh kemenangan
yang besar dan selamat dari yang siksa yang pedih dan sampai kepada surga yang
penuh nikmat. (Kitab Tafsir Kariimir Rahman).
Jadi janganlah terperdaya oleh kehidupan dunia bagaimanapun
megahnya karena keberuntungan yang hakiki adalah selamat dari siksa Allah dan
ditempatkan Allah Ta’ala di dalam surganya.
Untuk menjadi seorang hamba yang tidak merugi tetapi menjadi
hamba yang beruntung maka Allah Ta’ala telah mengajarkan caranya. Telah
menunjukkan jalannya yang terang. Diantaranya adalah firman Allah dalam surat
al ‘Asr ayat 2-3. : “Innal insaana lafii khusrin. Illalladziina aamanuu wa
‘amilush shalihaati wa tawaa shaubil haqqi, watawaa shaubish shabri”
Sungguh manusia berada dalam kerugian. Kecuali
orang orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih serta saling
menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.
Surat al ‘Asr ini memberi petunjuk dengan sangat jelas dan sangat
terang tentang empat sebab yang bisa menjauhkan manusia dari kerugian. Ini
mencakup kerugian di dunia maupun kerugian di akhirat. Syaikh Muhammad bin
Shalih memberikan beberapa penjelasan bagi kita :
Pertama : Beriman dengan keimanan yang murni dan dicampuri sedikitpun dengan
keraguan ataupun kebimbangan tentang enam rukun iman yang dijelaskan Rasulullah
pada saat ditanya oleh Malaikat Jibril.
Kedua : Beramal shalih yakni melakukan amalan dan ibadah ibadah yang
diperintahkan. Amal shalih ini haruslah dilandasi dengan ikhlas karena Allah
Ta’ala dan mengikuti sunnah yaitu beribadah dengan cara yang diajarkan oleh
Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam.
Ketiga : Saling menasehati agar mentaati kebenaran. Kebenaran yang dimaksud
adalah syariat Islam. Setiap hamba hendaklah saling menasehati. Jika ia melihat
ada seseorang yang melalaikan kewajiban maka ia
memberi nasehat : Wahai saudaraku, laksanakanlah kewajibanmu, jangan
engkau lalaikan. Begitupun jika ada seseorang melakukan suatu perbuatan buruk
maka yang lain memberi nasehat : Wahai saudaraku jauhilah perbuatan yang buruk
ini. Dengan demikian maka orang dikecualikan dari kerugian akan bermanfaat bagi
dirinya dan juga bermanfaat bagi orang lain.
Keempat : Saling menasehati satu sama lain agar tetap bersabar. (1)
Bersabar dalam mentaati perintah Allah. (2)
Bersabar dalam menjauhi larangan Allah
dan (3) Bersabar dalam menerima takdir atau ketetapan Allah Ta’ala.
Beliau menambahkan : Setiap manusia mengetahui bahwa ia
berada dalam kerugian kecuali dengan memiliki empat hal tadi. (Dari Kitab Tafsir Juz ‘Amma, dengan
diringkas).
Semoga bermanfaat bagi kita semua. Wallahu A’lam. (282)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar